Sunday, August 19, 2018

Menyikapi Kemerdekaan Dengan Benar (1)

Ayat bacaan: Galatia 5:13
====================
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."

Dua hari lalu kita baru saja merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 73. 73 tahun bukanlah masa yang singkat. Seandainya saja kita semua sepakat menyikapi kemerdekaan dengan benar dan mengisinya dengan segala kebaikan sesuai panggilan masing-masing, negara ini sudah menjadi negara yang sangat makmur hari ini. Sayangnya dalam tiap generasi tampaknya jumlah mereka yang tidak tahu atau mungkin tidak peduli akan kemakmuran negeri lebih banyak dari mereka yang peduli. Bangsa ini pun kemudian harus jatuh bangun menghadapi banyak masalah yang berbeda-beda. Reformasi yang terjadi seharusnya memberi babak baru yang lebih baik.

Sayangnya, lagi-lagi kemerdekaan menyatakan pendapat disikapi keliru oleh banyak elemen bangsa. Kemerdekaan atau kebebasan itu diartikan sebagai boleh berbuat seenaknya, merugikan hak orang lain, merasa paling benar, dan melakukan hal-hal yang bisa mengarah pada tindakan anarkis. Menyebar kebencian dianggap bagian dari kebebasan atau kemerdekaan. Tidaklah heran kalau ada sebagian orang yang menganggap bahwa masa sebelum reformasi ternyata lebih baik, padahal itu karena banyak orang keliru menyikapi arti dari sebuah kemerdekaan.

Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Sayang sekali ada banyak orang yan menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah dan kemudian entah sadar atau tidak bukannya memanjukan bangsa, tapi malah menyebabkan kemunduran hingga puluhan tahun. Sendi-sendi kehidupan gotong royong, kebersatuan dalam keberagaman yang sudah dengan susah payah dibangun dan dijaga dalam sekejap mata ambruk dan akan butuh waktu yang sangat lama untuk kembali dibangun. Itupun kalau semuanya sadar akan pentingnya hal ini. Kalau terus dibiarkan rusak, entah bagaimana masa depan bangsa ini dan semua yang hidup di dalamnya.

Hidup di alam kemerdekaan bisa membuat orang terlena sehingga mengira bahwa itu berarti mereka bisa melakukan segalanya sesuka hati. Bukan menyampaikan keluhan dengan cara baik, tapi memaksakan kehendak karena merasa absolut, paling benar. Kebencian yang tadinya mungkin seperti api dalam sekam kemudian menyala membakar apapun yang bisa disambarnya. Ada juga yang tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu. Tidak melakukan apa-apa, apatis dan hanya fokus pada kepentingan pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Apa yang harusnya dilakukan orang percaya? Bagaimana kita seharusnya menyikapi kemerdekaan? Adakah Alkitab menyebutkan akan hal ini? Semua ini menjadi pertanyaan penting yang baik kita renungkan saat kita merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai.

Alkitab sudah memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Pertama, ingatlah bahwa kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. Paulus menyampaikan: "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Ayat ini mengingatkan dengan jelas bahwa kemerdekaan yang telah diberikan Yesus bagi kita membuat kita merdeka bukan setengah-setengah melainkan sungguh-sungguh, sepenuhnya. Itu bukan lagi 'bakal' atau 'akan', tetapi 'telah' atau 'sudah'.

(bersambung)


No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...