Friday, August 3, 2018

Kalau Janji, Tepati (3)

(sambungan)


Lihatlah ada banyak orang bahkan bisa dengan santai saat melanggar janji yang pernah ia ucapkan. Contoh paling gampang saja, orang dengan mudahnya bercerai.Padahal itu jelas-jelas melanggar janji nikah yang mereka ucapkan bukan cuma di depan pendeta tapi juga merupakan janji kepada Tuhan yang memateraikan hubungan pernikahan. Luar biasanya lagi, mereka malah menyalahkan Tuhan dengan mengatakan bahwa itu adalah takdir atau merasa bahwa Tuhan yang sudah berkehendak seperti itu. Lihatlah betapa parahnya kebiasaan melanggar janji kalau kita biarkan.

Orang yang selalu menepati janji dengan sendirinya menjadi saksi kuat akan dirinya sendiri dalam hal kebenaran, sehingga mereka tidak lagi perlu mengucapkan sumpah-sumpah lewat bibirnya untuk meyakinkan orang lain. Kita harus mampu menjalani kehidupan yang bisa mendatangkan kepercayaan orang pada diri kita lewat kesetiaan kita akan sebuah janji, dan itu akan jauh lebih terbukti dibanding kepercayaan yang bisa diperoleh lewat ucapan yang berusaha meyakinkan orang lain.

Satu hal lagi yang sangat penting untuk kita perhatikan, kalau kepada manusia saja janji itu penting dan harus dipegang sebenar-benarnya atau ditepati, jangan pernah berani untuk mengumbar janji kepada Tuhan lantas kemudian tidak ditepati. Misalnya nazar, yang merupakan janji kita terhadap Tuhan ketika memohon sesuatu, itu tidak boleh kita lupakan, ditunda apalagi kalau sampai dengan sengaja dilanggar. "Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu." (Pengkotbah 5:4).

Memegang teguh dan menepati janji merupakan bagian dari integritas yang seharusnya dimiliki umat Tuhan di tiap generasinya. Kita tidak bisa mengaku sebagai orang berintegritas yang hidup sesuai Firman kalau kita masih mudah untuk tidak menepati janji. Hendaklah kita mau menghormati janji dan senantiasa menepatinya. Jika berjanji, tepatilah. Kalau ya katakan ya, kalau tidak katakan tidak. Kalau kita belum yakin, jangan terburu-buru menjanjikan sesuatu. Sebab, kalau mengatakan ya tapi tidak dilakukan, itu adalah kebohongan yang datangnya dari iblis. Ketika mengatakan ya, peganglah itu dengan sungguh-sungguh. Jangan biasakan untuk memberi janji-janji palsu dengan alasan apapun, meski untuk hal-hal yang tidak serius sekalipun.

Seperti yang dikatakan sebuah pepatah dalam bahasa Inggris "Never make a promise you can't keep", hendaklah kita selalu mengutamakan kejujuran agar tidak membuka peluang bagi iblis untuk masuk dan menghancurkanhidup kita. Ingatlah bahwa janji yang dibuat asal-asalan dan tidak ditepati akan mengakibatkan ketidakpercayaan orang pada kita dan kemudian akan sangat merugikan hidup kita ke depannya serta merupakan sebuah dosa yang menjijikkan di mata Tuhan.

"Breaking promises are worse than lies, because you make them hope for something that you're not sure you can give. Don't make a promise just to make someone expect but get hurt in the end"

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...