Monday, January 13, 2014

Hidup yang Berbuah (1)

Ayat bacaan: Filipi 1:22a
===================
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."

Ketika berkunjung ke rumah seorang teman beberapa hari yang lalu, ia sedang berada di tamannya dan hendak menebang sebuah pohon disana. Ketika saya tanya kenapa ditebang, ia berkata bahwa pohon itu tidak kunjung berbuah meski sudah diberi pupuk dan dirawat baik. Melihat tidak ada perubahan setelah lebih setahun, ia pun memutuskan untuk membabat habis pohon tersebut. Saya pun berpikir bahwa sebuah pohon buah ternyata punya tugas untuk menghasilkan buah. Jika tidak, maka pohon itu tidak berguna dan hanya akan berakhir dengan ditebang dan dibakar.

Sangat menarik ketika kita bisa menjumpai peringatan yang sama dari Yesus mengenai pentingnya sebuah kehidupan yang berbuah. Dalam Lukas 13:6-9 Yesus memberi perumpamaan lewat pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya. Suatu hari sang pemilik mendatangi pohon untuk mencari buah, tapi ia tidak menemukannya. Tiga tahun sudah pohon itu hidup tapi tidak satupun buah yang dihasilkannya. Sang pemilik berkata: "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" (ay 7). Tapi tukang kebun memohon kesempatan sekali lagi bagi si pohon. Tapi jika kesempatan itu tidak membawa perubahan, maka mau tidak mau pohon itu mesti ditebang. Pada kesempatan lain Yesus menggambarkan diriNya sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa sebagai pengusahanya, yaitu dalam Yohanes 15:1-8. Kata Yesus: "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah,dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah." (ay 2). Lalu lihatlah kata-kata Yesus selanjutnya yang tidak sulit untuk kita mengerti. "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.  Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar." (ay 4-6). Dan dalam Matius 3:10 tertulis: "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." 

Semua ini menggambarkan bahwa kehidupan kita pun seperti pohon. Tuhan tidak menciptakan sesuatu asal-asalan. Segala yang Dia ciptakan ada tujuannya dan berisi rencana indah, terlebih manusia yang Dia ciptakan dengan istimewa. Kalau Tuhan punya rencana dalam menciptakan kita, tentu kita pun tidak sembarangan asal hidup di dunia ini. Hidup kita punya tujuan, punya makna dan harus berfungsi baik serta membawa manfaat bagi sesama. Bayangkan apabila kita bukannya membawa dampak baik dan memberkati orang lain, kota maupun bangsa, tetapi malah menjadi masalah bagi orang lain. Bayangkan apabila kita bukannya menghasilkan buah-buah manis tapi malah jadi benalu di masyarakat. Bukankah itu buruk?

Hidup haruslah punya makna. Seringkali kita terlena ketika hidup terasa baik-baik saja. Kita merasa bahwa kita masih punya kesempatan, jadi sekarang kita masih bisa bersenang-senang melakukan apapun termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak berkenan di mata Tuhan. Bertobat nanti saja, toh waktu masih banyak. Ada banyak pula yang berpikir bahwa hidup bisa dijalani seenaknya sesuka kita tanpa tanggungjawab, tanpa kewajiban. Itu bukanlah bentuk hidup yang Tuhan inginkan buat kita jalani. Ada panggilan bagi masing-masing kita, yang diberikan lengkap dengan penyediaan talenta-talenta atau bakat dari Tuhan yang akan sangat berguna bagi kita untuk melaksanakan panggilan tersebut. Disamping itu Tuhan pun siap melimpahi kita dengan berkat-berkat terbaik yang berasal dari perbendaharaanNya sendiri. Semua itu diberikan agar dalam masa hidup kita yang singkat ini, kita bisa membawa dampak positif bagi dunia. Kita menjadi saluran berkat Tuhan, memberkati kota dan lingkungan dimana kita tinggal, menghasilkan buah-buah manis dan segar yang bisa dinikmati dan bermanfaat bagi banyak orang.

(bersambung)

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...