Tuesday, January 28, 2014

Dipermuliakan atau Dipermalukan?

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 4:13
============================
"Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."

Sebuah cermin akan merefleksikan gambar yang ditangkapnya. Dan sifat cermin ini berfungsi besar bagi kita untuk memperhatikan dandanan atau penampilan agar bisa tampil baik. Ada pula orang yang mempergunakan cermin untuk melatih ekspresi mereka ketika berorasi, belajar percaya diri dan lain-lain. Sangatlah menarik ketika saya melihat sebuah ilustrasi yang saya pakai sebagai gambar untuk renungan hari ini. Seorang pria yang mempergunakan cermin untuk melukis dirinya sendiri, tetapi yang tampil di kanvas bukan wajahnya melainkan image Yesus. Apakah hal ini mungkin? Tentu saja mungkin, malah sangat mungkin. Jika kita ambil sebuah contoh sederhana, perhatikan bagaimana anak kecil seringkali diasosiasikan dengan orang tuanya .Ketika si anak berperilaku baik maka orang tuanya yang dipuji, sebaliknya jika ada yang bandel maka kerap orang tuanya yang disalahkan. Artinya, seperti apa tingkah laku si anak akan memberi gambaran orang tuanya di mata orang lain.

Seperti apa orang mengenal kita hari ini? Apakah kita dikenal sebagai orang yang baik, ramah, damai, penuh kasih, rajin menolong sesama atau justru sebaliknya, kasar, sombong dan penuh kebencian, atau bahkan biang kerok alias sumber masalah dimanapun kita ada? Apakah ketika kita hadir orang merasa senang atau sebaliknya ketakutan atau malah kehilangan happy mood atau perasaan sukacita? Sebagai pengikut Yesus, seperti apa citra kita di mata orang lain mau tidak mau akan mengarahkan orang untuk mengenal seperti apa Yesus itu. Sebagai orang percaya, kita akan mencerminkan kepada siapa kita beriman. Dengan kata lain, orang bisa, dan akan mengenal Yesus lewat pribadi kita.

Mari kita lihat sebuah kejadian yang dicatat dalam Alkitab ketika Petrus dan Yohanes ditangkap para imam kepala dan orang Saduki saat mereka sedang mengajar. Para imam kepala dan orang Saduki merasa terganggu dengan kegiatan kedua rasul itu dalam mewartakan kabar gembira mengenai Kristus. Penangkapan itu ternyata tidaklah melemahkan mental mereka. Tapi Alkitab mencatat tanggapan orang-orang yang hadir dalam persidangan kala itu. "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus." (Kisah Para Rasul 4:13). Perhatikan bagaimana kedua rasul itu dikenal orang. Mereka dikenal bukan sebagai orang terpelajar, bukan seperti para imam dan orang Saduki, orang-orang yang merasa 'pintar' baik dalam hal keagamaan dan lain-lain, juga punya posisi tinggi di masyarakat. Tapi secara jelas Alkitab mencatat bahwa kedua rasul ini namun mereka dikenal sebagai pengikut Kristus, dan status ini ternyata membuat mereka tampil beda sehingga mengherankan para petinggi agama saat itu.  Citra Kristus tergambar dari cara hidup, pikiran dan perkataan mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah, keduanya dibebaskan karena memang tidak ada kesalahan apapun yang bisa didakwa dari mereka. (ay 21).

Mau disadari atau tidak, tingkah dan polah, lagak dan gaya kita dalam bermasyarakat akan mengarah kepada pengenalan orang akan Kristus. Maka kita perlu menjaga perilaku kita agar orang tidak salah mengenal siapa pribadi Kristus itu sebenarnya. Tuhan Yesus sendiri mengingatkan kita agar selalu siap menjadi terang dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16). Garam hanya akan berfungsi jika bercampur dengan makanan. Dan jika garam menjadi hambar maka garam akan kehilangan fungsi dan tujuannya. Demikian pula dengan terang. Terang hanya akan berfungsi dalam gelap. Jika semuanya terang benderang, untuk apa lagi kita menambahkan terang? Dan jika terang disembunyikan atau ditutupi, apakah gunanya terang itu? Tuhan Yesus pun mengingatkan kita agar kita senantiasa mampu menjadi terang dan garam agar Tuhan bisa dipermuliakan. Lebih jauh lagi, Yesus pun telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Bukan hanya sekedar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri saja, melainkan mengasihi orang lain seperti halnya Kristus sendiri telah mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Hal ini penting, karena "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (ay 35). The world should be able to know that we are His disciples if we applied love to one another, that's where they can see the real image of Jesus through us. 

Tidak peduli apa pekerjaan, jabatan, status dan tempat kita saat ini, kita selalu dituntut untuk siap menjadi terang dan garam yang bisa mewakili gambaran Kristus di dunia saat ini. Bahkan orang yang dianggap bodoh atau tidak terpelajar, yang dianggap tak berguna bagi dunia sekalipun bisa Tuhan pakai. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." (1 Korintus 1:27). Artinya, siapapun kita, anda dan saya, kita harus selalu siap menjadi duta Kristus dimanapun kita ditempatkan dan mencerminkan image Yesus secara benar di dunia. Alangkah ironis jika Yesus yang mengasihi kita justru mendapat gambaran yang salah di dunia lewat perilaku kita. Yesus sendiri telah mengingatkan kita dan telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Kita harus terus berusaha untuk menjadi sosok yang penuh dengan kemuliaan Tuhan sehingga tidak diragukan oleh siapapun disekeliling kita. Sudah seharusnya demikian, karena kita sudah menjadi ciptaan baru, tidak lagi sama dengan dunia ini, yang dipenuhi Roh Kudus. Adalah perlu bagi kita untuk menghidupi cahaya Tuhan dalam diri kita hingga orang asing di pinggir jalan sekalipun akan mampu melihat Yesus lewat diri kita. Mari kita periksa tingkah laku dan cara hidup kita hari ini. Apakah Tuhan dipermuliakan atau dipermalukan lewat hidup kita? Siapkah anda menjadi duta Kristus yang memberi gambaran yang benar akan diriNya?

Jagalah perilaku kita agar Tuhan senantiasa dipermuliakan di dalamnya, bukan dipermalukan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...