(sambungan)
Kalau bentuk pengajarannya hanya bersifat perintah tanpa contoh nyata lewat perilaku orang tuanya sendiri, anak-anak akan cenderung tidak menganggap serius semua itu. Bisa-bisa mereka akan sinis terhadap apa yang diajarkan orang tuanya. Mereka tidak akan menyadari untuk apa beribadah itu, apa manfaatnya, kenapa mereka harus menjadi pribadi berintegritas, apa gunanya dalam hidup mereka kelak setelah dewasa. Semua itu akan merugikan perkembangan jiwa si anak. Mau anak siapapun, meski orang tuanya terpandang atau bahkan hamba Tuhan, kalau orang tuanya tidak mendidik dengan contoh keteladanan yang benar, hidup anak-anak ini akan jauh dari sikap takut akan Tuhan. Dan kalau sudah terlanjur dewasa, biasanya sifat-sifat mereka terlanjur buruk dan akan sulit sekali untuk diperbaiki. Benar, anak-anak memiliki sifatnya sendiri-sendiri. Tetapi bagaimana orang tua mendidik anak akan sangat menentukan seperti apa mereka kelak pada saat menginjak dewasa.
Akan halnya keteladanan turun temurun, ayat bacaan kita hari ini memberi gambaran menarik akan hal itu. Timotius dikenal sebagai anak rohani Paulus, seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1:2. Ia adalah seorang anak muda yang sudah bersinar sejak masih belia. Di usia mudanya, Timotius sudah sanggup tampil di depan, menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani.
Jika kita mencari tahu latar latar belakang dari Timotius, kita akan mendapati awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1-3. Paulus bertemu dengan Timotius pada saat ia tiba di Listra (sekarang dikenal sebagai Turki). Mari kita lihat ayatnya.
"Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani." (Kisah Para Rasul 16:1-3).
Ibu Timotius adalah seorang Yahudi yang ternyata telah menerima Yesus sebelum bertemu Paulus, sedang ayahnya orang Yunani. Timotius bukanlah anak muda yang suka bikin onar, meresahkan masyarakat, ia pun bukan anak muda yang kacau hidupnya. Ia bukan anak muda yang labil dan suka cari masalah. Alkitab mencatat bahwa saat Paulus bertemu dengannya, Timotius dikenal sebagai orang baik di kalangan orang-orang percaya.
Dari mana ia bisa tumbuh dengan baik seperti itu dan bisa bersinar sejak usia mudanya? Jawabannya bisa kita dapati dalam surat 2 Timotius yang saya jadikan ayat bacaan hari ini. Mari kita baca ayatnya. "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2 Timotius 1:5).
Ayat ini menjelaskan dari mana perilaku baik Timotius itu berasal. Ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran sangat penting dalam mendidiknya. Neneknya Lois dan ibunya Eunike memberi teladan hidup yang baik bagi Timotius. Yang pertama menjadi orang percaya adalah neneknya Timotius. Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Lois bukan hanya menerima Kristus tetapi ia memiliki iman yang tulus ikhlas. Dalam beberapa versi bahasa Inggrisnya iman yang tulus ikhlas ini disebutkan dengan honest/sincere faith, iman yang jujur, tulus dan sungguh-sungguh. Iman seperti itu ia wariskan kepada anak perempuannya Eunike. Eunike pun memiliki iman yang sama sebagai warisan dari Lois. Lalu iman tersebut ia wariskan kepada Timotius sejak belia.
Selanjutnya mari kita lanjutkan dengan ayat berikut ini. "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." (2 Timotius 3:15).
Dari ayat ini kita bisa mendapati bukti bahwa sejak masa kecilnya Timotius telah dikenalkan pada Kitab Suci sehingga dirinya sudah beroleh hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus pada usia muda. Ia sudah dibawa pada pengenalan akan Kristus, ia sudah diajarkan mengenai keselamatan yang diberikan Tuhan sebagai sebuah kasih karunia yang sangat luar biasa besar. Ia hidup didalamnya lewat keteladanan dan pengajaran dari nenek dan ibunya.
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Warisan Iman Turun Temurun (2)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Perempuan Samaria di Sumur
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment