Monday, May 21, 2018

Prioritas Maria dan Marta

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 10:39
=====================
"Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya"

Waktu kecil saya dan adik saya dipandang orang punya banyak sifat yang bertolak belakang. Saya lebih kalem, dia tipe yang tidak bisa diam. Saya suka mendengar, dia senang didengar. Soal suka mendengar, saya belakangan merasa sangat bersyukur. Karena memang suka mendengar, saya banyak meluangkan waktu untuk mendengar apa yang dikatakan ayah dan ibu saya. Mereka begitu banyak memberi wejangan, nasihat mengenai berbagai hal yang sampai saat ini ternyata sangat berguna dalam hidup. Dari ayah saya, saya belajar banyak hal diantaranya setia dalam bekerja, jujur, supel dalam pergaulan, tenang dalam menghadapi masalah, hidup tidak mendahulukan materi melainkan ikhlas menolong orang. Dari ibu saya mendapat banyak pelajaran mengenai cara bersikap gentleman terhadap wanita seperti membukakan pintu dan menyilahkan mereka masuk duluan, tidak berjalan di depan wanita apalagi terhadap istri atau pacar, harus menjadi yang mengangkat plastik belanjaan kalau keluar dengan wanita, tidak boleh membentak, bersuara keras apalagi memaki dan memukul. Yang paling ekstrim yang masih sangat saya ingat kata-katanya adalah, "kalau ada lumpur di jalan, kamu harus siap membuka baju untuk menutupi lumpur supaya istri kamu nanti tidak harus kotor kakinya." Pada kenyataannya saya belum pernah harus melakukan itu sampai hari ini, tapi dari beliau saya belajar banyak mengenai bagaimana bersikap terhadap wanita. Disamping itu, ibu sayalah yang mengajarkan berhitung, bahasa Inggris dan sejarah, yang selalu ia ajarkan lewat cara menyenangkan seperti bercerita, pakai alat peraga dan sambil bermain. Waktu kecil saya tidak tahu betapa pentingnya hal itu. Saya hanya melakukan apa yang menyenangkan bagi saya. Ternyata hobi mendengar itu membuat saya tidak kehilangan bagian terbaik dari kedua orang tua saya, yang sangat membantu dan berguna sampai hari ini dan tentunya sepanjang sisa hidup saya.

Selain punya orang tua di dunia, kita juga punya Bapa surgawi. Pernahkah anda berpikir apa yang bisa anda lakukan untuk menyenangkanNya? Banyak yang ingin kasih karuniaNya, ingin berkatNya, ingin pertolonganNya, karenanya merasa perlu membuat Tuhan merasa senang karena mengharapkan sesuatu. Mereka berusaha melakukan ini dan itu, melayani sebanyak atau sesibuk mungkin agar Tuhan senang lalu memakmurkan mereka.

Masih banyak orang yang keliru menganggap bahwa keselamatan itu akan datang lewat perbuatan-perbuatan baik. Mereka mengira bahwa semakin banyak melayani kesempatan selamat lebih besar. Padahal Alkitab sudah menyatakan bahwa keselamatan merupakan kasih karunia yang diberikan cuma-cuma lewat Kristus. Perbuatan baik seharusnya menyertai kehidupan orang percaya sebagai akibat atau buah dari hidup oleh kasih karunia dan bukan tiket untuk menerima kasih karunia.

Atau ada juga yang kasih persembahan besar, bukan karena ingin memberi yang terbaik bagi Tuhan melainkan karena berharap pelipat-gandaan yang lebih besar pula. Doa diisi dengan daftar permintaan panjang, keluh kesah ketimbang ucapan syukur. Kita lebih banyak bicara ketimbang mendengarNya. Kita lebih memilih untuk sibuk daripada datang dan diam menikmati kedamaian dalam hadiratNya dan kemudian mendengar apa yang hendak Dia katakan. Sedikit yang benar-benar rindu untuk menyenangkanNya, lebih sedikit lagi yang tahu apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan.

Di sisi lain, seperti yang saya sampaikan dalam renungan terdahulu, kesibukan kita bekerja, bermain dan melakukan banyak ativitas sehari-hari seringkali menyita waktu lebih dari yang seharusnya. Kebanyakan orang lebih tertarik untuk mengejar kemakmuran dengan terus memacu diri bekerja sebanyak-banyaknya dan mengabaikan waktu-waktu khusus untuk mendatangi dan berdiam di hadiratNya. Pergeseran urutan prioritas memicu semakin renggangnya hubungan kita dengan Tuhan. Kita terus membangun istana tapi membiarkan rumah Tuhan dalam diri kita semakin tidak terurus, dan kemudian tinggal puing-puing saja. Puing-puing menunjukkan bahwa dahulu rumah Tuhan pernah berdiri megah dalam diri kita tapi kemudian ditinggalkan dan dibiarkan hancur.

Apakah melayani itu baik? Tentu. Itu bahkan merupakan sebuah keharusan atas dasar kasih terhadap Tuhan dan sesama. Akan tetapi jangan sampai kesibukan melayani kemudian membuat kita mengabaikan waktu-waktu dimana kita duduk berdiam di kakiNya dan merasakan betapa Tuhan begitu dekat dan begitu mengasihi kita. Melayani itu baik, bekerja itu baik, tapi kita harus tahu kapan kita harus diam, mengambil momen khusus untuk bersekutu denganNya, menikmati hadirat Tuhan yang kudus dan merasakan kedekatan hubungan antara Bapa dan anak bersama Tuhan, menyenangkan hatiNya dengan mendengar perkataanNya.

Kita bisa belajar mengenai hal ini lewat sebuah cerita pada saat Yesus berkunjung ke rumah Marta dan Maria.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker