Wednesday, May 9, 2018

Samuel dan Imam Eli (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: 1 Samuel 3:10
====================
"Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Seorang teman lama hari ini menelepon. Tidak terasa sudah puluhan tahun kami tidak pernah bertukar sapa karena sempat hilang kontak. Pada masa saya masih sekolah belum ada teknologi speerti sekarang yang memudahkan orang untuk berkomunikasi. Jangankan telepon genggam, telepon rumah saja pada masa itu belum masuk ke daerah pinggiran kota dimana saya tinggal. Sosial media kemudian banyak mempertemukan kembali teman-teman lama, dan saling bertukar nomor pun menjadi langkah selanjutnya.

Betapa terbantunya kita dengan perkembangan teknologi di bidang komunikasi. Sekarang dunia terasa kecil karena kita bisa terhubung dengan belahan dunia manapun tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Kalau dulu harus pakai fasilitas sambungan langsung internasional yang di charge per sekian detik, hari ini kita bisa berhubungan dengan gratis. Mulai dari chatting, voice call bahkan bisa sambil melihat lawan bicara melalui video call yang disediakan oleh beberapa aplikasi smart phone/gadget. Yang diperlukan hanyalah fasilitas internet yang bisa didapat dari penyelenggara seluler yang kita gunakan atau pakai wi-fi. Begitu mudah, begitu murah. Kalaupun orangnya gaptek alias gagap teknologi dan tidak memakai smart phone, minimal kita bisa menelepon mereka, tidak seperti dulu saat komunikasi masih sangat sulit.

Meskipun begitu mudah dan murah, agar bisa terhubung dengan orang yang kita tuju tetap tergantung dari kesediaan pihak kedua untuk menerima dan membalas kontak kita kepada mereka. Sebab meski teknologi memungkinkan, jika orang yang dihubungi tidak mau mengangkat teleponnya atau tidak membalas pesan kita, maka tidak akan ada hubungan yang bisa berhasil tersambung. Ada banyak orang yang mungkin terlalu sibuk sehingga tidak mau membalas sambungan yang masuk kepadanya. Ada yang pilih-pilih, ada pula yang enggan diganggu. Atau ada pula yang karena sering diganggu oleh penelepon yang menawarkan berbagai hal mulai dari kartu kredit, pinjaman sampai jualan macam-macam, mereka bisa jadi tidak mengetahui saat kita hubungi karena telepon sedang dalam kondisi silent mode. Telepon memang setiap saat bisa diletakkan pada posisi silent atau dimatikan total sehingga hubungan dengan kontak-kontak dalam telepon seluler pun terputus. Kita mungkin butuh berbicara dengan mereka, namun semua tergantung dari mereka apakah mereka bisa dihubungi dan berkenan merespon atau tidak.

Semua itu adalah perihal hubungan komunikasi antar manusia. Bagaimana dengan hubungan kita dengan Tuhan? Apakah anda percaya bahwa Tuhan selalu rindu untuk menghubungi anda? Tuhan selalu rindu untuk berbicara, baik untuk menegur, mengingatkan, meneguhkan, menyampaikan pesan, membersarkan hati dan tentu saja menyatakan kasihNya kepada kita. Tetapi semua tergantung sikap hati kita, apakah kita bisa dihubungi, mau atau berkenan untuk dihubungi, atau hati kita tengah berada pada posisi "silent" yang artinya tidak memberi respon terhadap suara Tuhan. Tidak peduli seberapa besar kerinduan Tuhan untuk berhubungan dengan kita, tidak peduli seberapa intens ia mencoba mengontak kita, hubungan tidak akan bisa berlangsung bila kita menolak, mengabaikan atau mendiamkan saja panggilanNya.

Kemarin kita sudah belajar tentang berbagai kesalahan Imam Eli dalam membesarkan anak-anaknya. Meski ia pada awalnya sukses mendidik jemaatnya dan juga Samuel, ia gagal menanamkan pendidikan moral kepada kedua anak kandungnya sendiri. Dan kita tahu bagaimana beratnya hukuman Tuhan lantas jatuh atas seisi keluarganya. Hari ini saya masih ingin melanjutkan bagian dari hidup Imam Eli dari sisi lain, yaitu dalam hal mendengar suara Tuhan.

Sebagai seorang imam seharusnya Eli peka mendengar suara Tuhan. Dalam masa Perjanjian Lama peran seorang imam sangat penting sebagai perantara yang menghubungkan Tuhan dengan manusia. Tapi sayangnya imam Eli ternyata gagal menjalankan fungsinya. Pada ayat berikutnya dikatakan bahwa Eli matanya mulai kabur, dan itu bukan hanya mata jasmaninya melainkan juga mata rohaninya.

Keputusannya untuk membiarkan anak-anaknya berbuat dosa, bertindak lebih seperti preman ketimbang sebagai anak imam yang terpandang membuatnya semakin kehilangan kemampuan rohaninya. Maka pada masanya firman Tuhan pun dikatakan jarang turun. Firman Tuhan berkata: "Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering." (1 Samuel 3:1b). Karena hubungan dengan Eli terputus sementara Tuhan tetap ingin berhubungan dengan manusia, maka Tuhan pun mengalihkan perhatiannya kepada seorang anak muda yang hatinya bersih, yaitu Samuel.

Samuel ternyata berbeda. Kita bisa melihat bagaimana reaksi Samuel ketika dihubungi Tuhan. Pada mulanya Samuel bingung ketika mendengar panggilan Tuhan karena Firman Tuhan sebelumnya belum pernah dinyatakan kepadanya. (ay 7). Itu hal baru yang mungkin sulit dipercaya. Tetapi meski demikian, Samuel mendengar dan merespon. "Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." (ay 10).

Berbeda dengan Eli, Samuel ternyata bisa dihubungi. Ia membuka diri untuk mendengar, dan ia menjawab. Maka hubungan antara Tuhan dan Samuel pun tersambung. Tuhan pun lalu menyampaikan pesan-pesan yang keras terhadap bangsa Israel terutama kepada imam Eli dan keluarganya.


(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker