Thursday, May 24, 2018

Simon Orang Farisi dan Wanita Berdosa (1)

Ayat bacaan: Lukas 7:36-37
===================
"Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi."

Apa bahasa Inggrisnya keset? Kalau ditanya pada anak-anak terutama sekitaran dua dekade lalu, jawabannya mungkin seragam: "Welcome". Kenapa? Pada saat itu jenis keset belumlah se-variatif sekarang. Rata-rata keset pada jaman dulu bertuliskan 'welcome' alias 'selamat datang', yang mungkin gunanya agar tamu sudah disambut dengan ramah sebelum tuan rumah membuka pintu menemui mereka. Kalau orang yang belum kita kenal saja disambut dengan 'welcome', apalagi orang-orang yang kita kenal dekat seperti teman, saudara atau keluarga. Atau, tamu yang memang kita undang. Tentu saja sambutan bagi tamu yang dengan sengaja kita undang berbeda. Kalau istimewa dirasa terlalu mewah, minimal penyambutan yang layak sesuai etika, tata krama dan sopan santun wajib kita kedepankan. Akan sangat aneh kalau kita mengundang seseorang untuk datang tapi kita tidak menyambut dengan layak. Tidak disalam, tidak dipersilahkan masuk, duduk dan dihidangkan sesuatu.

Kenapa saya mulai dengan 'selamat datang' dan 'undangan'? Karena dalam renungan kali ini saya ingin membagikan sebuah penggalan kisah menarik pada masa Yesus berada di dunia. Kisah ini berhubungan dengan soal 'undangan' dan 'sambutan yang pantas'. Bagian ini dicatat oleh Lukas dalam Injilnya pasal 7 mulai dari ayat 36 sampai 50.

Mari kita lihat dua ayat pembuka dari perikop ini yang langsung menunjuk dua orang dengan status dan latar belakang serta sikap berbeda.

"Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi." (Lukas 7:36-37).

Orang pertama adalah seorang Farisi bernama Simon, tuan rumah yang mengundang Yesus. Lalu orang kedua adalah seorang wanita pendosa, yang datang ke rumah Simon karena mendengar bahwa Yesus sedang ada disana.

Untuk apa Simon yang orang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan ke rumahnya? Lukas tidak menyebutkan alasan pastinya. Apakah karena ia mendengar begitu banyak cerita tentang Yesus dan ingin melihat langsung siapa dan seperti apa Yesus itu? Apakah ia ingin mencoba menjebak Yesus untuk mencari kesalahan seperti yang kerap dilakukan orang-orang Farisi karena mereka merasa paling benar berdasarkan keahlian mereka terhadap kitab? Atau ia ingin mendatangkan 'Pembicara' terkenal supaya banyak yang datang? Atau Simon ingin Yesus datang mengajar dia dan teman-teman, yang mungkin bisa terindikasi dari caranya memanggil Yesus sebagai 'Guru' (ay 40)? Atau ia mengundang Yesus supaya Yesus tahu bahwa Simon ini orang terpandang dengan banyak pengikut di kotanya? Entahlah. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai alasannya. Tapi satu hal yang pasti, Simon orang Farisi mengundang Yesus, dan Yesus memenuhi undangannya.

Sebelum saya lanjutkan, ada satu poin penting sampai pada bagian ini, yaitu Yesus akan selalu datang memenuhi undangan dari siapapun. Pemungut cukai, orang Farisi, orang berdosa seperti apapun, siapapun yang mengundang, Yesus akan selalu menyambut undangan dengan senang hati dan datang. Dia tidak memandang latar belakang, warna kulit, status atau apapun tentang kita, tapi tergantung apakah kita mengundangNya untuk datang atau tidak.

Mari kita lanjutkan kisah ini. Pada masa itu dalam tradisi Yahudi ada tiga hal yang dilakukan sebagai bentuk sambutan selamat datang: meletakkan tangan pada bahu tamu lalu memberi ciuman pada pipi kiri dan kanan, mencuci kaki dan meminyaki kepala. Itulah hal-hal yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada tamu. Orang pada saat itu berjalan di tengah terik panas matahari dan jalan penuh debu. Bentuk sepatu atau sandal pun cuma tapak atau sol yang sisi-sisinya terhubung dengan tali temali. Jadi dengan menuangkan air segar di kaki tamu, diharapkan bisa membuat mereka merasa nyaman selain juga bersih. Lalu minyak dari ekstrak tumbuhan yang wangi diletakkan di kepala tamu yang akan menambah kenyamanan mereka.

(bersambung)


No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...