(sambungan)
Kitab ini memaparkan sejarah dari sekitar 500 tahun Sebelum Masehi saat teguran Tuhan datang kepada bangsa Israel lewat nabi Hagai mengenai pembiaran mereka terhadap rumah/bait Tuhan yang sudah cukup lama hanya berupa puing-puing saja. Pada masa itu bangsa Israel dikatakan terlalu sibuk mengurusi urusannya masing-masing sehingga membiarkan rumah Tuhan terbengkalai tidak terurus. Mereka hanya sibuk untuk terus mempercantik rumah sendiri sampai-sampai rumah Tuhan yang sudah menjadi reruntuhan pun tidak lagi mereka pedulikan. Teguran Tuhan pun turun melalui Hagai. Tuhan berseru: "Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?" (Hagai 1:4).
Tuhan menegur keras bangsa Israel dengan mencela sikap mereka ini secara tegas. Tidaklah heran apabila mereka terus menerus memperoleh hasil yang sedikit dan hidup dalam kekeringan, mengalami kegagalan atas segala yang mereka usahakan, dan itu terjadi "Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri." (ay 9b). Tuhan tersinggung dan kecewa dengan sikap seperti ini.
Semua itu tertulis jelas di dalam kitab Hagai yang mencatat langsung suara Tuhan yang menegur keras sikap bangsa ini. "Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya." (ay 6,9a).
Sebelum kita lanjutkan, mari kita lihat lebih jauh dari fakta sejarah dari kisah ini yang tercatat dalam kitab Ezra. Sekitar lebih dari 10 tahun sebelumnya raja Koresh memerintahkan orang-orang Israel untuk kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel atau Babilonia. Mereka sebenarnya tahu pentingnya membangun kembali bait Allah begitu sampai kembali di negerinya. Ezra pasal 3 mencatat bahwa dua tahun setelah pulang dari pembuangan, mereka sudah meletakkan pondasi untuk pembangunan kembali bait Allah. Tetangga mereka yang tidak akur dengan mereka atau bahkan dikatakan musuh menawarkan untuk turut membangun kembali bait Allah tersebut, tapi bangsa Israel menolak tawaran mereka. Karena ditolak, bangsa musuh ini pun mulai mengintimidasi dan mengganggu pembangunan kembali bait Allah itu dengan segala cara, mulai dari melemahkan semangat dan membuat mereka takut membangun sampai menyogok para pejabat pemerintah Persia agar menolak rencana tersebut (Ezra 4). Karena itu rencana tersebut pun terhenti.
Sekitar 14-16 tahun setelahnya, bangsa Israel sudah terbiasa dalam rutinitas hidupnya seperti bertani, membangun perumahan, berkeluarga dan sebagainya. Tidak ada yang salah dengan kegiatan-kegiatan tersebut, hanya saja mereka sudah tidak lagi mementingkan hidup dengan bait Allah. Bahkan bupati/gubernur Yehuda bernama Zerubabel dan imam besar Yosua pun terlena dalam rutinitas dan tidak lagi merasa perlu untuk meneruskan pembangunan kembali bait Allah tersebut. Dan Hagai pun kemudian diangkat Tuhan sebagai penyampai pesan/teguran dari Tuhan agar bangsa itu menyadari kesalahan mereka dan kembali mengingat pekerjaan yang terbengkalai selama lebih 1 dekade tersebut.
Apa yang terjadi dalam kitab Hagai ini sangat relevan bagi kita yang hidup di masa sekarang. Orang-orang seperti kita yang bisa jadi tanpa sadar sudah meletakkan Tuhan pada prioritas jauh di bawah aktivitas-aktivitas lainnya yang kita anggap penting. Hagai mengingatkan kita kembali bahwa kita harus meletakkan Tuhan pada prioritas utama kita. Kita tahu itu, bangsa Israel pada masa itu juga tahu, tapi banyak dari kita dan bangsa Israel di masa nabi Hagai telah bergeser dalam sebuah pola hidup dimana supremasi Tuhan tidak lagi tercermin didalamnya. Kita masih mengatakan bahwa Tuhan adalah prioritas utama, tapi pada kenyataannya hidup sudah dikuasai oleh prioritas-prioritas lainnya.
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Belajar Pentingnya Menempatkan Prioritas yang Benar Lewat Kitab Hagai (2)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Perempuan Samaria di Sumur
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment