Friday, November 18, 2016

Saat Mengalami Perlakuan Tidak Adil (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kejadian 39:12
======================
"Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar."

Berbuat baik tapi disalah-artikan atau disalahkan? Kita bisa mengalami itu dalam hidup kita. Dijadikan kambing hitam, mendapat fitnah, ditipu, itu bisa saja terjadi. Akan lebih menyakitkan apabila itu terjadi saat kita sebenarnya sedang melakukan sesuatu yang baik dan benar. Ada teman saya yang harus rela meringkuk dalam penjara karena mendapat tuduhan yang sama sekali tidak ia lakukan. Dan prinsip hukum Indonesia masih cenderung tidak membela kebenaran, apalagi kalau korbannya orang kecil yang tidak bisa diperas. Ia seorang ibu dengan anak dua, usia sudah kepala empat. Ia didakwa melakukan sesuatu yang tidak terbukti, tapi tetap harus ikhlas masuk penjara.

Ia bercerita bahwa pada awalnya ia sempat merasa sangat kecewa. Kenapa Tuhan biarkan semua ini terjadi? Tapi ia tidak mau berlama-lama membiarkan dirinya dilanda rasa kecewa. Ia bertemu dengan banyak korban lainnya di dalam penjara dan justru disana ia belajar banyak soal pengampunan. Apa yang terjadi setelahnya? Setelah ia keluar, ia kemudian rutin mengunjungi teman-teman sependeritaan saat ia masih ditahan. Ia melayani disana, melatih mereka memainkan musik, memuji dan menyembah setiap minggu. "Sekarang saya tahu kenapa saya harus mengalami itu, dan saya tidak henti-hentinya berterimakasih kepada Tuhan atas kesempatan ini." katanya.

Mendapat perlakuan tidak adil itu menyedihkan, mengecewakan dan menyakitkan. Itu pasti. Tapi dari teman saya ini saya pun belajar bahwa perasaan-perasaan seperti itu sebenarnya terjadi karena kita belum tahu apa yang menjadi rencana Tuhan buat kita di depan sana. Kita mengalami rasa sakit karena masih menjalani sebagian atau fase dari sebuah rencana besar atau grand design Tuhan yang indah pada waktunya. Kita belum bisa melihat itu, sehingga saat bagian yang tidak enak atau tidak adil ini kita alami, kita merasakan kepedihan karena diperlakukan tidak adil, disalah artikan, difitnah, dikambinghitamkan dan sebagainya.

Pengalaman yang mirip seperti teman saya ini pernah terjadi ribuan tahun yang lalu seperti yang ditulis dalam Alkitab. Saya ingin menyambung kisah antara Yusuf dan istri Potifar kemarin dari sudut yang berbeda. Yusuf adalah orang yang disertai Tuhan. Penyertaan Tuhan atas hidupnya itu membuatnya terus berhasil meski dalam situasi sulit sekalipun. Bicara soal diperlakukan tak adil, Yusuf punya pengalaman banyak tentang itu. Bukan hanya satu, tapi ia berkali-kali mengalami dalam prosesnya menggenapi rencana Tuhan, beruntun pula. Tapi hebatnya, meski ia beranjak dari satu ketidakadilan kepada ketidakadilan yang lain, ia tetap menjalani hidup yang berintegritas tanpa tergoyahkan sedikitpun, dan itu membuat penyertaan Tuhan turun atasnya yang memungkinkannya terus mengalami keberhasilan-keberhasilan kecil yang kelak terakumulasi pada tergenapinya rencana Tuhan.

Setelah dibuang ke dalam sumur oleh kakak-kakaknya sendiri, ia dijual menjadi budak ke Mesir. Tidak ada orang yang ingin jadi budak. Kebebasan dirampas, harga diri diinjak. Bagi kebanyakan orang, itulah akhir dari harapan akan hidup yang indah. Tapi tidak buat Yusuf. Menjadi budak tidak masalah baginya. Di sana ia menunjukkan kualitas dirinya yang tangguh. Penyertaan Tuhan membuatnya berhasil dalam pekerjaannya sehingga ia pun mendapat promosi dari tuannya, Potifar. (Kejadian 39:2).

Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Istri Potifar berusaha menggodanya, tapi Yusuf tidak menanggapinya, meski kesempatan sudah begitu terbuka di depan mata. "Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: "Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ay 8-9). Yusuf mau menjaga kepercayaan yang telah ia terima, tapi lebih dari itu ia tidak mau terjebak untuk melakukan kejahatan yang besar yang artinya berbuat dosa terhadap Allah. Ini kualitas luar biasa dalam diri Yusuf.

Apakah istri Potifar menyerah? Tidak. Ia terus berusaha membujuk Yusuf untuk menyetubuhinya. "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (ay 12). Yusuf memilih untuk lari keluar, menjauhi dosa. Tetapi akibat bajunya tertinggal di tangan istri Potifar ia pun kemudian difitnah. Kekesalan ditolak berkali-kali oleh Yusuf membuat wanita itu kesal dan menyimpan dendam. Sehingga Yusuf pun difitnah melakukan hal yang sebaliknya yaitu sebuah tuduhan atas usaha memperkosa dirinya. "dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka: "Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku berteriak-teriak dengan suara keras. Dan ketika didengarnya bahwa aku berteriak sekeras-kerasnya, ditinggalkannyalah bajunya padaku, lalu ia lari ke luar." (ay 14-15). Dan kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Potifar kemudian memenjarakan Yusuf atas tuduhan perbuatan yang sebenarnya sama sekali tidak ia lakukan.

Sangat tidak adil bukan? Yusuf harus masuk penjara karena difitnah untuk menutupi rasa sakit hati istri majikannya. Tapi Yusuf rela mengalami itu. Ia memilih untuk menjaga kepercayaan dari tuannya terlebih ia mau tetap setia kepada Tuhan meski apa yang ditawarkan bisa sangat memuaskan daging dan tidak ada yang melihat. Bagi Yusuf itu adalah konsekuensi dari keputusannya bertahan pada kebenaran. Kalau itu harus ia alami, if that's the price I should pay, so be it. Tidak masalah. Yang penting ia tidak menggadaikan kesetiaannya pada Tuhan yang ia sembah. Bagi saya, kisah Yusuf ini selalu menginspirasi terutama saat bergumul dengan ketidakadilan karena memilih untuk mempertahankan integritas dan kesetiaan.

Hal seperti ini pun terkadang bisa menimpa kita. Ketika kita sudah berbuat baik, tetapi kita malah menderita karenanya. Maksud baik kita disalahartikan, bahkan dimanfaatkan untuk menghancurkan kita. Kita sering mendengar orang difitnah, bahkan dianiaya justru karena berbuat baik. Ini memang terjadi di dunia, terutama dengan sistem keadilan dunia yang masih subjektif. Tapi hendaklah kita ingat bahwa ada Tuhan di atas segalanya. Dia tahu apa yang benar, dan meski di dunia kita diperlakukan tidak adil tapi sebuah keadilan yang sebenarnya kelak akan kita terima dari Tuhan.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker