Saturday, November 5, 2016

Bukan dengan Tangan Besi tapi Mengasihi dan Melayani (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
 Ayat bacaan: Matius 20:25-26a
=========================
"Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.."

"Ini jaman yang keras bro... kita harus keras juga. Only the strong survive!" Begitu kata seorang teman suatu kali saat bercerita tentang pergumulan yang terus ia hadapi belakangan ini. Kita tidak boleh lemah, kita harus kuat. Itu tentu benar. Tapi keras? Keras seperti apa maksudnya? Kalau keras dalam arti kasar, ketus, provokatif, konfrontatif, wah.. nanti dulu. Itu jelas bukan cerminan orang-orang yang mengaku sebagai murid Kristus. Kita semua tahu itu. Tapi pada pelaksanaannya di dunia nyata, berapa banyak yang benar-benar mengadopsi hal tersebut dalam kehidupannya? Kalau masalahnya biasa saja, kalau orang bikin masalah yang tidak terlalu parah, mungkin kita masih bisa sabar. Tapi kalau sudah keterlaluan, pertahanan kita pun runtuh. Daripada mengajak bicara baik-baik, kita cenderung membalas dengan keras pula. Fight fire with fire, atau ada juga yang menggambarkannya seperti laga kambing. Orang jual, saya beli. Yang penting bukan saya yang mulai. Banyak yang bersikap seperti ini. Ada pula yang membentengi dirinya dengan sikap-sikap kasar untuk menutupi kelemahan dan rasa tidak percaya diri pada karakternya.

Benar, kita mungkin tidak bergerombol lalu membakar rumah orang, memukuli bahkan membacok beramai-ramai seperti sebagian oknum di luar sana. Itu tentu baik. Tapi kita harus terus melakukan lebih jauh, yaitu tidak reaktif terhadap orang yang baik sengaja atau tidak hendak memancing emosi kita. Bagi pimpinan seharusnya tidak bersikap kasar, bertindak semena-mena dan otoriter terhadap bawahan.  Kita melihat pemerintahan dengan tangan besi terjadi di banyak tempat, kita pun sempat mengalaminya dahulu. Dalih yang selalu dipakai adalah karena sang pemimpin negara bahwa itulah solusi terbaik dalam membenahi negara. Di satu sisi memang kita harus bertindak tegas dalam menghadapi masalah, tetapi sayangnya ada banyak orang yang sulit membedakan antara tegas dan keras. Mereka berpikir bahwa tegas itu berarti keras dan kasar. Mereka berpikir bahwa orang akan hormat dan takut apabila kekuasaan ditunjukkan secara ekstrim lewat cara-cara yang kasar bahkan kejam.

Disisi lain banyak pula orang yang percaya bahwa untuk menang bertarung hidup di dunia yang keras dan kejam kita harus lebih keras dan lebih kejam lagi, seperti apa yang dipercaya teman saya di awal renungan ini. Lupakan soal moral, abaikan kejujuran, kebaikan, keramahan, selanjutnya tabraklah segalanya, halalkan semua cara agar kita bisa tetap eksis di dunia yang keras ini. Buat apapun yang diperlukan agar bisa meraih harta, pangkat, jabatan dan sejenisnya sebanyak-banyaknya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Agar terlihat hebat dan punya kuasa, bersikaplah arogan, ketus, rendahkan orang lain.Halalkan segala cara, lakukan apa saja yang penting apa yang kita inginkan tercapai. Saling sikut menyikut, saling menjatuhkan, saling menjelekkan, fitnah, korupsi dan tindakan-tindakan amoral lainnya, semua itu bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dilakukan. Malah yang dianggap bodoh justru orang-orang yang tetap hidup lurus karena itu artinya mereka membuang kesempatan untuk bisa memperoleh segalanya.

No, we should never do that under any circumstances. Itu sama sekali bukan gambaran yang benar tentang umat Tuhan. Alkitab dengan tegas justru berbicara sebaliknya. Jadi apabila hati dan pikiran kita sudah sampai kepada konsep seperti perilaku orang-orang di atas, itu artinya kita sudah sangat jauh dari Tuhan. Konsep kehidupan dan bertingkahlaku yang diajarkan Yesus yang harus kita adopsi sungguh bertolak belakang dengan perilaku yang terus diajarkan dunia. Lihatlah pengajaran-pengajaran Kristus tentang cara hidup dalam Kerajaan Allah yang terbalik seratus delapan puluh derajat dengan cara pikir dunia.

Anda ingin menjadi yang terbesar? Dunia berkata kuasai sebanyak-banyaknya, tetapi Yesus mengajarkan kita sebaliknya. Justru kita harus merendahkan diri kita sejauh mungkin. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat apa yang tertulis di dalam Alkitab. "Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka." (Matius 20:25) Pemerintah bangsa-bangsa dalam versi bahasa Inggrisnya dikatakan dengan "the rulers of the Gentiles", yang bisa kita artikan sebagai para pemimpin bangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka memakai kekuasaan sebagai alat untuk menekan rakyatnya dengan tangan besi demi kepentingan pribadi. Posisi orang percaya seharusnya tidak boleh seperti itu. Perhatikan kata Yesus selanjutnya: "Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (ay 26-27).

Kontroversi? Mungkin ya. Prinsipnya berbeda? Itu jelas. Yang pasti, konsep Kerajaan Allah berbanding terbalik dengan konsep dunia. Kalau di dunia orang yang terbesar adalah orang yang absolut, bisa mempergunakan kekuasaannya sebesar-besarnya demi kepentingannya dan tidak tersentuh, Kerajaan Allah bilang orang yang besar adalah orang yang mau melayani, yang terkemuka adalah orang yang mau merendahkan dirinya menjadi hamba.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker