Thursday, November 10, 2016

First Thing's First (2)

webmaster | 11:00:00 PM |
(sambungan)

Apa yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi itu adalah sebuah bentuk kesombongan Rohani yang timbul akibat lebih memilih tradisi atau tata cara ketimbang mengasihi orang lain. Artinya, peraturan menjadi lebih tinggi ketimbang membangun hubungan dengan Tuhan dan melakukan sesuai perintahNya, yang ironisnya jelas-jelas merupakan isi Taurat Tuhan yang mereka ketahui. Yesus menentang hal ini. "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Markus 7:6-8). Apa yang dikatakan Yesus ketika kita lebih mementingkan tradisi dan tata cara, peraturan-peraturan bikinan manusia ketimbang melakukan perintah Allah? Yesus berkata itu munafik. Percuma saja beribadah kalau hubungan Tuhan ternyata dinomor duakan dibawah berbagai formalitas, peraturan, tata cara atau adat istiadat buatan manusia.

Di satu sisi formalitas atau aturan memang diperlukan agar segala sesuatu bisa berjalan tertib, teratur dan lancar. Tetapi di sisi lain ketika itu menjadi terlalu jauh, maka kita pun bisa menjadi dingin dan kaku, atau kemudian terjebak menjadi orang-orang yang sombong secara rohani. Kita merasa bangga dan hebat jika sudah memenuhi aturan dari yang pertama hingga yang terakhir, lalu terperosok pada sikap yang menghakimi, dengan mudah menyalahkan orang lain yang berbeda tata cara dengan kita karena merasa kitalah yang paling benar. Kita juga lupa kepada esensi dari sebuah peraturan dan hanya lebih mementingkan tata cara dibanding tujuan utamanya.

Menghakimi jelas bukan gambaran sikap yang seharusnya dimiliki oleh orang percaya. "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2). Di saat kesombongan itu hadir dan menelan kita, maka belas kasih pun menjadi kering, seperti apa yang kita lihat dari sikap orang-orang Farisi di atas. Formalitas atau aturan itu perlu untuk menjaga kelancaran dan keteraturan, tetapi jangan lupa bahwa kasih karunia Tuhan dan belas kasih seharusnya tetap menjadi dasar dari segala yang kita lakukan dalam hidup kita.

Aturan akan menjadi indah apabila dipakai untuk memuliakan Tuhan dengan menyatakan kasih kepada orang lain tanpa pandang bulu. Aturan akan menjadi indah kalau kita benar-benar paham esensinya dan tidak terjebak pada tata caranya. Sebaliknya akan sangat tragis apabila pemahaman keliru kita malah merusak hubungan kita dengan sesama terlebih dengan Tuhan. Tidakkah ironis jika peraturan bukan membuat kita menjadi lebih baik tetapi malah menghancurkan diri kita sendiri yang juga bisa berdampak pada orang lain? Oleh karena itu pahami benar apa isi hati Tuhan dan fokuslah kepada hal itu. Selama yang dilakukan adalah bertujuan baik, tidak melanggar Firman Tuhan dan dilakukan demi kemuliaanNya, lakukanlah. Karena adalah jauh lebih penting untuk menjadi pelaku Firman ketimbang terperangkap hanya pada tata cara tapi melupakan apa yang menjadi tugas kita.

Membangun hubungan secara pribadi dengan Tuhan jauh lebih penting ketimbang tata cara yang dibuat manusia


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker