Thursday, November 24, 2016

Mikha (1)

Ayat bacaan: Mikha 7:7
======================
"Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!"

Masalah di negara ini tidak kunjung habis. Sudah susah dibereskan, masalah baru pun terus datang. Konflik kepentingan tidak ada habisnya, mengedepankan kepentingan pribadi atau golongan dan mengorbankan rakyat yang berteriak merindukan kehidupan yang lebih baik. Tikus-tikus pengerat, perongrong, premanisme, kelompok ekstrimis, harga kebutuhan yang melambung tinggi, begal dan tindak-tindak kejahatan, semua itu barulah sedikit dari permasalahan yang terus menggerogoti bangsa ini.

Apa yang bisa kita lakukan? Banyak orang percaya yang segera membandingkan kemampuan kita secara perorangan terhadap kondisi yang sudah terlanjur berantakan sedemikian rupa, sehingga rasanya tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya. Yang menyedihkan, jangankan melakukan hal-hal nyata untuk memberkati kota, sekedar mendoakan negara atau setidaknya kota atau lingkungan dimana kita tinggal saja malas. Padahal doa orang benar dikatakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16b), sehingga doa-doa syafaat yang dipanjatkan oleh umat Tuhan yang benar akan membawa dampak yang besar bagi terjadinya pemulihan sebuah bangsa.

Lantas dalam 2 Tawarikh 7:14 Tuhan sudah mengingatkan: "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Karena itulah Paulus pun mengingatkan akan pentingnya doa syafaat dari para orang percaya dalam 1 Timotius 2:1-2, "Karena itu, pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan."

Peran orang percaya jadi semakin nyata bisa kita lihat dari kisah kehancuran Sodom. Tuhan memutuskan untuk memusnahkan kota itu karena pada masa itu semua orang sudah begitu jahat, bahkan 10 orang benar pun tidak ada lagi di dalam kota itu. (bacalah Kejadian 18). Lalu contoh lainnya ada Daniel yang berdoa bagi bangsanya dengan melibatkan dirinya yang sebenarnya tidak ikut-ikutan hidup buruk sebagai bagian terintegrasi dari bangsanya sendiri. Semua ini adalah sebuah contoh yang sangat baik tentang bagaimana seharusnya sikap umat Tuhan dalam menyikapi kehancuran bangsanya. Dalam renungan kali ini mari kita lihat contoh lain lewat Mikha.

Mikha adalah seorang nabi dari desa terpencil yang masa pelayanannya berada dalam rentang masa pemerintahan raja Yotam, Ahaz dan Hizkia. Segala kerusakan yang terjadi di negeri kita saat ini sudah pula terjadi pada masa tersebut. Kita bisa tahu itu karena Alkitab mencatat segala keburukan atau kejahatan yang terjadi pada masa itu secara rinci.

Apa saja? Mari kita lihat seperti apa parahnya kehancuran pada masa itu seperti yang tertulis dalam Mikha pasal 7.

- Kelaparan, gagal panen (ay 1),
- kemerosotan moral, hilangnya orang saleh dan jujur, saling jebak, saling tipu, bahkan saling menghancurkan (ay 2)
- sudah begitu terbiasa berbuat jahat, pejabat dan hakim korupsi dan menerima suap, pemimpin memaksakan kemauannya, hukum diputar balikkan (ay 3)
- orang yang terbaik sekalipun di dunia diibaratkan bagai semak duri yang tidak berguna dan menusuk (ay 4)
- tidak ada lagi yang bisa dipercaya (ay 5)
- kehancuran rumah tangga, permusuhan antara anggota keluarga (ay 6).

Bukankah semua ini pun menjadi masalah bangsa kita hari-hari ini? Begitu parahnya, bahkan Mikha menggambarkan semua itu sebagai sebuah luka yang tidak dapat sembuh dan menular (Mikha 1:9).

Kalau sudah jadi luka yang tidak dapat sembuh dan menular, apa lagi yang harus dilakukan? Kalau ada penyakit menular yang belum ada obatnya, biasanya penderitanya dikarantina seperti halnya saat virus flu burung kemarin sempat mencemaskan kita. Tapi bagaimana dengan Mikha? Melihat sesuatu yang menurutnya sudah tidak tahu mau diapakan lagi, apakah Mikha berpangku tangan dan hanya mengeluh melihat permasalahan berat yang tengah dialami bangsanya? Sama sekali tidak.

(bersambung)


No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...