Friday, November 11, 2016

Hanya Memuaskan Telinga (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: 2 Timotius 2:3-4
=======================
"Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng."

Berkotbah itu gampang-gampang sulit. Seorang pendeta bercerita pada saya suatu kali bahwa ada banyak gereja yang ternyata tidak siap untuk menerima kotbah yang isinya keras. Kalau kotbah tentang berkat, itu populer. Jadi kalau ingin laris, ya kotbah tentang berkat saja. Itu dijamin aman dan pasti diundang lagi dan lagi. Tapi kalau kotbahnya menjurus pada dosa, teguran dan sejenisnya, siap-siap saja tidak diundang lagi. Ada gembala gereja yang pernah mengajaknya bicara sehabis kotbah dan berkata: "Pak, jangan kotbah yang seperti itulah.. jemaat bisa kabur semua nanti karena tersinggung." "Saya heran, orang itu mau dengar Firman Tuhan dan bertumbuh atau cuma mau mendengar yang menyenangkan telinganya saja?" katanya.

Ya, begitulah realitanya. Kotbah tentang berkat bisa jadi tidak ada habisnya untuk dibahas karena jumlahnya ada begitu banyak di dalam Alkitab. Tetapi disisi lain, ada begitu banyak ayat lainnya yang menunjukkan apa yang akan terjadi kelak jika kita terus melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam hidup kita. Kita senang mendengar ayat-ayat yang menjanjikan berkat, ayat-ayat yang membesarkan hati, yang menenangkan dan menghibur, tapi ada banyak juga yang berisi teguran keras yang tidak kalah pentingnya untuk kita camkan. Kalau cuma mau dengar yang enak tapi menolak yang keras, ketidakseimbangan itu bisa membuat kita terlena dan tersesat. Ada kalanya kita harus rela ditegur lewat Firman Tuhan supaya kita bisa berubah dan berbenah lebih baik lagi ke depannya.

Sayangnya fakta menunjukkan bahwa orang memang cenderung lebih suka mendengar apa yang menyenangkan untuk didengar dan berusaha mengelak dari teguran-teguran. Dan Firman Tuhan pun sudah menyatakan hal itu, seperti apa yang saya ambil sebagai ayat bacaan hari ini. "Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2 Timotius 4:3-4). Inilah yang terjadi saat ini. Banyak orang yang mengaku percaya tidak mau lagi mendengar kebenaran, menolak teguran dan hanya mau mendengar apa yang menyenangkan bagi telinga mereka saja, sesuatu yang membuai mereka seindah mendengarkan dongeng. Karena itulah Paulus mengingatkan agar kita selalu siap sedia kapan saja untuk menyatakan apa yang salah dengan tegas, tetapi harus dalam kesabaran dan bukan dengan paksaan apalagi kekerasan. (ay 2). Sebab kalau bukan kita, siapa lagi?

Banyak orang menganggap bahwa teguran sering dianggap menghalangi kesenangannya, seolah Pendeta yang berkotbah atau Tuhan tidak rela melihat mereka bersenang-senang. Mereka mengira bahwa mengikuti Tuhan sepenuhnya sama dengan mengucapkan selamat tinggal kepada hal-hal yang menyenangkan dalam hidup. Dari pengalaman saya sendiri yang lahir baru di usia yang sudah dewasa, mengikuti Tuhan sama sekali tidak menghilangkan rasa bahagia. Justru sebaliknya, saya berani berkata bahwa saya belum pernah sebahagia ini sebelumnya. Memang ada hal-hal yang secara dunia terasa nikmat namun dibaliknya mengandung begitu banyak kesesatan yang mencelakakan, dan itu memang harus kita jauhi. Tapi itupun demi kebaikan kita sendiri juga kan? Plus, tanpa melakukan hal-hal tersebut pun hidup tidak berkurang indahnya, bahkan lebih indah dari yang bisa kita pikirkan.

Persinggungan dengan dunia membuat kita bersentuhan dengan berbagai godaan yang menjanjikan begitu banyak kenikmatan, dan ketika kita sudah terjebak di dalamnya maka beratlah bagi kita untuk lepas darinya. Dan kotbah-kotbah yang "keras" yang mengingatkan bahaya jebakan dosa seharusnya bertujuan baik dan penting, agar bagi kita yang sudah melenceng dari kebenaran bisa segera kembali ke jalan yang benar, agar kekeliruan tidak dibiarkan berlarut-larut dan segera diperbaiki sebelum semakin runyam.

Sayangnya kotbah-kotbah seperti itu menjadi sesuatu yang tidak populer bagi banyak jemaat saat ini. Ironisnya ada banyak gereja yang berkompromi dengan hal ini. Mereka memilih jalan aman untuk menyampaikan apa yang disukai jemaat untuk didengar. Bukan lagi sebagai penyampai suara Tuhan, tetapi gereja-gereja ini sudah beralih fungsi sebagai sebuah panggung hiburan saja. Tata suara, tata pencahayaan, penampilan tim musik dan worship, kotbah yang cuma bicara hal-hal yang terdengar menyenangkan, itu menjadi lebih penting agar kuantitas jemaat bisa terjaga, kalau bisa meningkat. Soal kualitas, nanti saja.

Betapa memprihatinkan apabila gereja berpikir seperti ini. Dampaknya kena ke jemaat. Akan ada banyak jemaat yang masih belum mengerti betul akan kandungan Firman Tuhan bisa terjebak pada harapan akan kekayaan secara materi untuk diri sendiri. Kalau gereja terus seperti menginspirasi jemaat untuk hanya memilih apa yang suka mereka dengar ketimbang mendalami betul apa bunyi Firman Tuhan sepenuhnya, akan semakin banyak pula orang percaya yang tidak berfungsi sebagai terang dan garam tapi justru menjadi masalah di masyarakat.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker