Wednesday, August 31, 2016

Keras Hati dan Kepala (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Markus 3:5
====================
"Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka..."

Setiap kali membeli roti tawar saya selalu mencari roti yang paling baru. Roti yang sudah lewat sehari biasanya akan mulai kehilangan kelembutannya, menjadi lebih keras dan tidak seenak pada saat roti masih baru. Beberapa roti mencantumkan tanggal pembuatan, tapi kalau pun tidak, saya akan melihat tanggal kadaluarsanya dan tinggal mengurangi saja, karena rata-rata umur roti tawar yang dijual adalah sekitar 4 hari-an. Kalau membeli roti seperti bakpau dan tidak langsung dimakan, rotinya bisa keras beremah dan tidak enak lagi dimakan setelah dibiarkan lama. Kalau untuk roti kita suka yang lembut, hati kita pun diharuskan untuk tetap lembut. Membiarkan hati menjadi keras akan membuat kita jauh dari melakukan hal baik yang sesuai kebenaran Firman, malah bisa membutakan mata kita. Keras bukan saja masalah hati, tapi juga masalah kepala. Keras kepala menjadi sebuah sikap yang juga buruk dan merugikan kita sendiri. Kalau sudah keras hati keras kepala pula? Wah, ruginya pun jadi makin parah.

Seperti apa sebenarnya orang yang keras hati itu? Orang yang hatinya keras biasanya menunjukkan kemauan yang sangat keras akan sesuatu, yang seringkali kemudian berubah menjadi memaksakan kehendak dan tidak mau mendengar masukan atau pendapat orang lain. Mereka yang keras hati juga mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Orang yang keras kepala atau degil juga sama. Tidak mau mendengar nasihat, mau menang sendiri dan selalu merasa diri paling benar. Mereka susah diajak bicara, cenderung lebih memilih untuk berdebat walau mungkin dalam hati mereka setuju dengan apa yang kita katakan. Pokoknya bantah dulu, lempar argumen asal beda dengan pendapat orang. Orang-orang seperti ini terus dikuasai oleh kekerasan hati dan kepalanya sehingga tumbuh menjadi orang yang degil dan sangatlah susah untuk dinasihati atau diubahkan.

Benar, kita memang tidak harus selalu setuju dengan pendapat orang. Tetapi alangkah baiknya jika kita mau mendengarkan terlebih dahulu. Mau menerima nasihat yang benar dan menghargai pendapat yang berbeda. Setidaknya kita harus bisa memberi kesempatan terlebih dahulu buat orang untuk mengutarakan pendapatnya. Orang-orang yang keras hati dan kepalanya susah untuk berubah. Kedegilan itu bisa membutakan.dan sangatlah merugikan. Banyak orang keliru mengira bahwa mereka keren kalau keras hati dan kepalanya, tapi sebenarnya membiarkan hati tetap keras bukan menunjukkan kehebatan kita, tetapi itu hanya akan membawa kerugian kepada diri kita sendiri.

Kita bisa melihat contohnya dari sikap orang-orang Farisi. Mereka ini memiliki keadaan hati dan pikiran yang sungguh mengecewakan Yesus. Hati dan kepalamereka yang sangat keras mengakibatkan mereka tidak lagi peka, baik terhadap kebenaran, terhadap orang lain juga terhadap diri mereka sendiri. Dalam banyak kesempatan yang tercatat dalam Alkitab kita bisa melihat bagaimana bangganya mereka memamerkan kemunafikan mereka. Mereka merasa sebagai orang-orang yang paling rohani, paling suci,paling benar, paling tahu segalanya, paling hebat. Mereka rajin menghakimi orang lain tetapi tidak pernah introspeksi terhadap diri sendiri. Mereka suka pamer rohani, tapi tidak peka sama sekali terhadap kebutuhan orang lain. Mari kita ambil salah satu contoh saja ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat dalam Markus 3:1-6.

Pada suatu kali Yesus bertemu dengan orang yang tangannya lumpuh sebelah di sebuah rumah ibadat. Melihat keadaan itu, tampaknya para orang Farisi seolah mendapatkan peluang untuk mencari-cari perkara terhadap Yesus. Mereka sudah tahu bagaimana Yesus mengasihi manusia, oleh karena itu tentunya mereka sudah memperkirakan bahwa Yesus akan menyembuhkan orang lumpuh itu meskipun hari itu adalah hari Sabat. Mereka bersiap mau menghujat Yesus, karena menurut hukum Taurat hari Sabat tidak boleh dipakai untuk mengerjakan apapun.

Lihatlah betapa ironisnya perbuatan ini. Ada Tuhan hadir tepat ditengah-tengah mereka dan mereka berkesempatan untuk melihat langsung bagaimana hebatnya Tuhan menjamah mereka.  Seharusnya mereka bersukacita. Lebih jauh lagi, kalau mereka bukan cuma sekedar hafal tapi benar-benar memahami isi seluruh hukum Taurat dan tulisan-tulisan para nabi terdahulu, mereka harusnya menyadari betul siapa Pribadi yang berdiri di tengah mereka. Sebab, Yesus jelas-jelas memenuhi syarat setiap nubuat mengenai kedatangan Mesias yang sudah tertulis di sana.

Tetapi lihatlah bagaimana kekerasan hati dan kepala membuat mereka tidak lagi peka bahkan menjadi buta. Mereka sama sekali tidak mengenali jati diri Yesus. Bukannya bersyukur dan bersukacita mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan Yesus, mereka malah sibuk mencari-cari kesalahan supaya bisa menghakimi. "Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia." (Markus 3:2).

Seperti itulah perilaku mereka. Hati dan batok kepala orang Farisi ini bukan saja keras untuk menerima Yesus, tetapi juga keras dalam melihat tangisan memohon pertolongan orang-orang di sekitar mereka. Mereka lebih mementingkan tata cara, formalitas atau tradisi ketimbang mengasihi orang lain.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker