Saturday, August 27, 2016

Coming Back Home (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 15:32
====================
"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Ada seorang teman yang sudah lama melayani bercerita tentang sukacita terbarunya. Ia pernah punya teman sepelayanan yang sudah sama-sama menjalaninya selama bertahun-tahun. Pada suatu kali temannya ini pergi meninggalkannya tanpa alasan yang jelas. Ketika dikontak dengan cara apapun tidak pernah direspon sama sekali. Ia sempat kuatir kalau-kalau temannya ada apa-apa, tapi setelah ia cari tahu, temannya itu ternyata baik-baik saja. Ia pun kemudian harus merelakan kepergian temannya melepaskan diri dari pelayanan dan pertemanan. Waktu berlalu bertahun-tahun. Pada suatu hari temannya tersebut tiba-tiba datang dan memohon maaf atas perbuatannya. Menurutnya, si teman ini pergi karena merasa jenuh dengan pelayanan dan ingin menikmati hidup tanpa harus dibebani ini itu. Kalau ia terus menjalin hubungan, ia kuatir akan dipaksa untuk terus melayani. Maka ia benar-benar pergi melepaskan keduanya: pelayanan dan pertemanan.

Hidup tampaknya tenang, tapi semakin lama ia semakin merasa gelisah karena keputusannya tersebut. Maka ia pun kembali, meminta maaf dan berharap ia bisa kembali diterima oleh teman-teman lamanya. Sebagian besar dari teman-temannya cenderung menolak karena merasa dikhianati. Apa jaminannya ia sudah berubah? Bagaimana kalau berulang lagi? Lagi pula, mereka mendengar berbagai kelakuannya yang buruk setelah meninggalkan pelayanan. Tapi teman saya memutuskan untuk menyambut kembalinya si 'anak yang hilang' ini dengan penuh sukacita. "Kalau kalian tidak mau menerimanya tidak apa-apa, tapi saya mau." katanya. Kenapa? "Karena saya yakin benar Tuhan Yesus sendiri akan menyambut kembalinya anak yang hilang ini dengan tangan terbuka. Kalau Yesus saja mau, siapalah saya yang beraninya menolak?" katanya.

 Ia sangat senang temannya kembali. Meski bisa saja ada potensi kejadian berulang kembali, tapi teman saya ini mau mengambil resiko itu, karena baginya kembalinya si teman dan kerinduannya untuk melayani lagi haruslah disikapi positif. Ia tidak mau menolak tapi ingin merangkul. Ia tidak ingin menghukum melainkan rindu untuk menyambut. "Begitu seringnya saya melakukan kesalahan, tapi Tuhan selalu kasih saya kesempatan kedua." katanya lagi. Dan ia pun ingin menerapkan hal itu.

Apa yang ia ceritakan sangat memberkati saya.Dalam rangkaian perjalanan kehidupan ada kalanya kita keluar dari jalur dan menjauh dari alur yang benar. Tapi ketika kita mendengar dan merespon ketukan Tuhan dalam hati kita, selalu ada kesempatan bagi kita untuk kembali kepada Tuhan. Bagaimana reaksi Tuhan? Tuhan akan selalu dengan senang hati menerima kita kembali dengan penuh sukacita bersama seisi Surga. Ada kalanya kita terlalu sibuk dalam aktivitas sehari-hari, baik itu pekerjaan, tugas-tugas, berbagai kewajiban dan serangkaian kegiatan lainnya sehingga tanpa sadar kita sudah tidak lagi punya waktu untuk Tuhan. Kita meninggalkan Dia dan terus berjalan semakin jauh dariNya. Kita memilih dunia yang fana ketimbang kebahagiaan dalam KerajaanNya yang kekal. Apa yang terjadi dalam hati Tuhan ketika kita melakukan itu? Setiap saat Tuhan merindukan anak-anakNya yang sudah meninggalkanNya, bahkan yang sudah terlalu jauh sekalipun, untuk kembali kepadaNya. Setiap saat itu pula Tuhan siap menyambut dengan penuh sukacita dengan pelukanNya untuk kembali melimpahi kita dengan berkat-berkatNya.

Dari mana kita bisa yakin akan hal ini? Kisah Perumpamaan tentang anak yang hilang dalam Lukas 15:11-32 yang diberikan Yesus menggambarkan suasana hati Bapa itu dengan jelas.

Perumpamaan ini sudah sangat kita kenal. Ada seorang anak bungsu yang keterlaluan meminta bagian warisannya dan segera mempergunakan itu untuk bertualang ke negeri yang jauh, meninggalkan ayahnya. Untuk sesaat hidup terasa luar biasa indah. Ia menghabiskan semuanya untuk berfoya-foya. Tapi kemudian dalam waktu singkat hidupnya berubah drastis. Ia jadi melarat, bahkan harus mulai makan ampas sisa makanan babi agar bisa bertahan hidup. Ia pun menyadari kesalahannya dan berpikir untuk kembali. Ia rela menerima konsekuensi asal diperbolehkan pulang. Tidak apa-apa jika harus dihukum dan tidak lagi mendapat hak sebagai anak, karena ia tahu bahwa kesalahan berasal dari dirinya sendiri.

Apapun konsekuensinya, ia tetap memilih pulang. Mungkin perasaannya berkecamuk antara menyesal dan takut, tapi ia tahu bahwa tidak ada tempat yang lebih baik lagi selain berada di rumah ayahnya. Lantas apa yang terjadi? Yesus berkata: "Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." (Lukas 15:20b). Ia tidak dihukum, bahkan diomeli pun tidak. Sang ayah justru berlari merangkul dan menciumnya sebelum ia sampai di gerbang rumahnya.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker