Wednesday, July 13, 2016

Pencuri Sukacita (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Yohanes 10:10
======================
"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

Orang yang bersukacita dan tidak akan terlihat jelas dari raut wajahnya. Tadinya periang mendadak jadi murung, pendiam dan cenderung menghindar dari orang lain. Ada yang tiba-tiba berubah jadi pemarah dengan emosi yang tidak stabil. Salah sedikit saja urusannya bisa panjang. Ada yang menjadi dingin dan kaku. Pendeknya, mereka mengalami perubahan sikap ke arah negatif yang membuat suasana disekitar mereka tiba-tiba menjadi terasa tidak nyaman, suram atau bahkan panas. Semua ini bermuara pada satu hal yaitu  kehilangan sukacita.

Agar tidak kehilangan sukacita, kita harus tahu apa yang menjadi pencuri sukacita itu. Dalam salah satu bukunya Charles Swindoll menyebutkan ada tiga hal yang paling sering menjadi pencuri sukacita, yaitu: worry, stress and fear. Cemas, stres dan takut. Charles mendefinisikan worry atau cemas sebagai "an inordinate anxiety about something that may or may not occur." Kekuatiran berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin bisa atau mungkin tidak terjadi. Stress is "intense strain over a situation we can't change or control". Ketegangan yang intens terhadap sebuah situasi yang tidak bisa kita ubah atau kendalikan. Dan fear: "a dreadful uneasiness over danger, evil or pain." Sebuah rasa gentar yang sangat tidak nyaman terhadap bahaya, perbuatan keji dan rasa sakit.

Menurut Swindoll, ketiga hal inilah yang seringkali bertindak sebagai pencuri sukacita atau joy stealers. Dan untuk mengalahkannya, ia menganjurkan kita untuk mengimani keyakinan Paulus akan penyertaan Tuhan seperti yang disebukan dalam kitab Filipi. "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. " (Filipi 1:6). Kalau kita tahu sepenuhnya seperti Paulus, bahwa Tuhan yang sudah memulai sesuatu yang baik bagi kita akan meneruskan sampai pada akhirnya, kita seharusnya tidak perlu kehilangan sukacita.

Kita hidup di dunia yang sulit. Sudah sulit, kita bertemu dengan orang-orang yang siap membuat kita kehilangan kesabaran dan membuat situasi yang sudah buruk bertambah parah. Bukankah itu kita temui hampir setiap saat? Dan kita pun terbatas daya tahan dan sabarnya. Kalau kita terus berpusat pada hal-hal seperti ini, rasa cemas, stres dan takut akan dengan mudah merampas sukacita dari diri kita. Manusia bisa mengecewakan, orang terdekat kita sekalipun pada suatu waktu bisa menyinggung perasaan kita lalu membuat kita terluka, merasa tidak dipeduli, dikhianati dan sebagainya. Apa yang terjadi di depan bisa begitu tidak pasti sehingga membuat kita kuatir. Berbagai bahaya, perbuatan-perbuatan jahat dan rasa sakit bisa setiap saat membuat kita takut. Tapi dengarlah. Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita. Selain yang dikatakan Paulus, Pemazmur juga berseru: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Tidak hanya dikatakan sebagai tempat perlindungan dan kekuatan dan penolong dalam kesesakan, tapi juga sangat terbukti.

Sebuah sukacita yang sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan. Bukan dari manusia, bukan pula tergantung dari situasi, kondisi atau keadaan yang tengah kita alami. Artinya, kita tidak harus menggantungkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup kita kepada manusia lain di sekeliling kita, atau pada keadaan kita saat ini, melainkan menggantungkannya kepada Tuhan, Allah kita yang tidak akan pernah mengecewakan anak-anakNya. Seperti renungan kemarin, Daud memberitahukan kunci yang bisa membuatnya tetap bersukacita dalam segala kondisi: "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak.." (Mazmur 16:8-9a).

Masih dari kitab yang sama dikatakan: "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Dari sini kita bisa melihat bahwa hati kita bersukacita bukan tergantung dari orang lain atau situasi yang kita hadapi, tapi tergantung dari sejauh mana kita percaya pada Tuhan dan mempercayakanNya sebagai sumber sukacita kita yang sejati. Kita tidak akan pernah bisa menghempang masalah, kita tidak akan bisa menghindari persinggungan dengan orang lain. Masalah boleh hadir, orang-orang yang sulit ini bisa kapan saja hadir di depan hidung kita, tapi sukacita tidak boleh hilang karenanya. Mengapa? Karena sukacita sesungguhnya berasal dari Tuhan, bukan dari orang atau situasi di sekeliling kita.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker