Monday, May 30, 2016

Terlambat (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Lukas 16:23
====================
"Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya."

Seorang teman bercerita mengenai kerugian yang ia derita hanya karena terlambat sedikit saja. Ceritanya ia harus menemui klien di kota lain. Ia sebenarnya sudah memasang alarm, tapi karena terlanjur lelah ia kebablasan tidur. Ia terbangun sekitar setengah jam sebelum waktu berangkat. Sontak ia panik dan buru-buru menyiapkan koper dan semua yang diperlukan untuk dibawa. Ia kemudian langsung terburu-buru berangkat menuju bandara. Kepanikan bertambah karena ia terjebak kemacetan. Ia tiba di bandara terlambat hanya beberapa menit. Hanya sekitar 5 menit yang lalu ia masih dipanggil lewat pengeras suara, tetapi sekarang sudah terlambat. Ia mencoba untuk mencari pesawat berikutnya tapi penuh. Kalaupun ada, ia sudah tidak mungkin lagi mengejar waktu meetingnya. Ia rugi tiket pesawat, ia gagal mengikat kerjasama dengan klien dan mengalami kerugian yang lebih besar dari sekedar hangusnya tiket. Pengalaman itu pahit, tapi ia berpikir positif untuk mempergunakan itu sebagai peringatan agar lebih menghargai waktu. "Kalau saja saya lebih berhati-hati mengatur waktu, tidak bergadang malamnya dan sudah mempersiapkan semua dengan baik, tentu saya tidak harus rugi besar seperti itu," katanya.

Kata terlambat memang bisa menimbulkan kerguian dan banyak masalah lainnya. Apa yang terjadi jika anda terlambat ke sekolah atau kampus di saat ujian? Apa yang terjadi jika reaksi anda terlambat sedetik saja mengerem? Kalau anda terlambat sepersekian detik mengelak kendaraan yang berhenti mendadak di depan anda? Ada banyak hal yang akhirnya kita sesali hanya karena sebuah kata: terlambat. Dalam contoh teman saya di atas, masih untung itu bukanlah sebuah keterlambatan yang terlalu fatal. Benar ia rugi, tapi setidaknya ia masih bisa berusaha lagi, mudah-mudahan lebih baik. Ia masih punya kesempatan untuk mengambil jadwal keberangkatan lainnya. Ada keterlambatan-keterlambatan yang berakibat fatal dimana penyesalan tidak ada gunanya lagi, yang bisa menimpa diri kita jika kita gagal memanfaatkan waktu selagi masa masih ada.

ITu bisa kita lihat dari kisah "Orang kaya dan Lazarus yang miskin" dalam Lukas 16:19-31. Tersebutlah seorang pengemis bernama Lazarus. Ia penuh borok dan sangat menderita. Ia menetap tepat di depan pintu rumah seorang kaya yang setiap hari bersukaria dalam kemewahannya. Adakah Lazarus pernah ia perhatikan? Tampaknya tidak. Si orang kaya mungkin berpikir, "Masih syukur kamu saya biarkan duduk di situ dan tidak diusir. Aku mencari uang dengan keringatku sendiri, kenapa aku harus memberi kepadamu?" Lazarus diabaikan begitu saja. Jika anda baca Ia bahkan harus makan dari remah-remah yang jatuh dari atas meja si orang kaya, sambil membiarkan boroknya dijilati anjing-anjing. Benar-benar menyedihkan. Kalau kita berdiri disana tentu kita melihat sebuah pemandangan yang kontras dan ironis.

Lalu kemudian Lazarus mati. Demikian pula si orang kaya tersebut. Pemandangan kontras kembali tersaji di atas sana, tetapi keadaan kini berbalik. "..Dan sementara ia (orang kaya itu) menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya." (ay 23). Melihat hal itu, si orang kaya pun meratap. "Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). "Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang." (ay 25-26).

Betapa menyesalnya si orang kaya itu. Tentu ia berpikir, seandainya waktu hidup ia tidak bersikap seperti itu dan iba terhadap Lazarus, tentu ia tidak harus berakhir di ujung yang salah. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Masa yang ada padanya tidak ia pergunakan dengan benar. Kesempatan ia sia-siakan. Sekarang tidak ada lagi yang bisa ia lakukan sekarang untuk mengubah keadaan. Semua sudah terlambat.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker