Thursday, February 1, 2024

Superman of the Family (6)

 (sambungan)


Salah prioritas merupakan hal lain yang bisa kita pelajari dari keluarga ini. Imam Eli sepertinya terlalu sibuk bekerja dalam pelayanan sehingga sudah tidak cukup waktu dan tenaga lagi untuk mengasuh anak-anaknya. Jika kita perhatikan dalam kehidupan kita, bukankah banyak dari kita yang jatuh pada kekeliruan yang sama baik disadari atau tidak? Kita sibuk bekerja untuk mencari nafkah, kita terjun dalam pelayanan, lalu mengabaikan atau menomor duakan anak-anak, istri dan keluarga. Membagi waktu itu memang tidaklah mudah. Namun menyusun skala prioritas yang benar dan finding balance alias menemukan keseimbangan antara bekerja dan waktu untuk keluarga harus benar-benar menjadi perhatian kita.

Jika kebanyakan pria tidak mementingkan untuk meletakkan keluarga tidak dalam posisi teratas alias top priority tentunya selain Tuhan, dan berpikir bahwa keluarga itu nanti saja, keluarga harus selalu siap untuk dikorbankan demi tugas-tugas atau pekerjaan, Alkitab sama sekali tidak menyebutkan demikian.

Menarik jika kita melihat apa yang dikatakan Yesus berikut ini.  "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8).

Apa hubungannya? Lihatlah ada sebuah urutan disana. Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Di Yerusalem, itu berbicara mengenai keluarga, lalu meningkat ke Yudea, menggambarkan lingkup regional, lalu ke Samaria yang mengacu kepada negara/nasional dan baru mencapai dunia. Artinya kita tidak akan bisa bermimpi untuk bisa menjadi berkat bagi dunia atau kota sekalipun jika kita tidak memulainya dari keluarga.

Bukankah sangat ironis jika kita berhasil melayani orang lain tetapi justru gagal dalam keluarga sendiri, pintar mengajari orang tetapi tidak bisa mengajar anak sendiri? Keluarga harus menjadi prioritas utama di atas pekerjaan atau pelayanan sekalipun. Idealnya rumah tangga orang percaya seharusnya bisa menjadi rumah yang sejuk, nyaman dan damai, dan bisa menjadi teladan bahkan kesaksian tersendiri bagi orang lain.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...