Ayat bacaan: 1 Korintus 13:13
======================
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."
Seorang teman bercerita bahwa ada seorang sahabat dalam kelompok pertemanannya yang tidak lagi mereka ajak ngumpul, dan alasannya karena bucin. "Males aja, setiap kali pacarnya nge-whatsapp, dia langsung meninggalkan kita semua tanpa peduli apapun. Terkadang kita sedang ngobrol asyik, dia bisa pergi begitu saja tanpa permisi. Jadi males untuk ngajak dia ngumpul dan main lagi." katanya sambil tersenyum. Bucin? Pasti semua pada tahu kan artinya?
Di jaman sekarang atau jaman yang disebut jaman now, ada banyak istilah-istilah baru yang biasanya merupakan singkatan, dimana istilah-istilah ini sangat familiar terutama di kalangan anak muda. Salah satunya adalah bucin, yang merupakan singkatan dari budak cinta. Istilah ini mengacu pada sosok yang melulu mendahulukan pasangannya dalam situasi dan kondisi apapun. Terlepas dari definisi atau pengertian yang lahir dari candaan di masyarakat akan orang yang melulu mendasari prioritas hidupnya atas pasangannya, istilah ini bagi saya sedikit banyak menunjukkan tingginya kebutuhan manusia akan cinta atau kasih, baik dicintai maupun mencintai, mengasihi dan dikasihi.
Baru saja kita melewati Valentine's Day. Sebagian mau merayakan, sebagian lagi tidak. Mungkin mudah bagi yang sudah punya pasangan dan sedang dalam keadaan hubungan yang baik untuk merayakan, tapi bisa jadi sulit bagi yang belum punya pasangan, atau sedang berada dalam turbulensi hubungan. Tapi ingatlah, seperti yang saya bahas dalam renungan sebelumnya, bahwa diatas bentuk kasih antar manusia, kita jangan pernah lupa dan bersyukur akan kasih Allah yang sangat besar, sebegitu besar hingga Dia rela mengorbankan Kristus demi menebus dosa-dosa kita. Sebuah karya penebusan sebesar ini didasari oleh satu hal, yaitu kasih.
Dunia yang kita hidupi hari ini adalah dunia yang terus semakin dipenuhi kebencian. Kalau kita dekat dengan Tuhan seharusnya kita tidak kesulitan mengakses kasih sehingga tidak ada tempat bagi kebencian dalam hati kita. Kalau ternyata kita masih diliputi kebencian dan kepahitan, itu artinya kita harus memeriksa kembali keberadaan kasih Tuhan dalam diri kita. Bagi saya, hari kasih sayang pun bisa dijadikan momen untuk itu. Saya merayakan juga bersama istri dan anak, mengucapkan kepada keluarga dan teman-teman, hanya saja saya tidak mau membatasi dan memandang hari kasih sayang secara sempit hanya mengenai orang yang pacaran atau saling cinta saja. Saya lebih suka melihatnya sebagai saat yang baik untuk melihat kasih secara universal, terhadap Tuhan dan sesama kita, serta memeriksa seberapa besar kasih masih menguasai hati kita.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment