Monday, February 5, 2024

Sekuens (2)

 (sambungan)

So here it is.

Every moment of life is a part of a long sequence. There will always be ups and downs, there will be turbulances, obstacles and all kinds of circumstances. But we have to go through it in order to reach what He has destined for each and everyone of us.

Walk through the path is one thing. But it is also important to know where He wants us to go, what He wants us to be. Not taking the wrong way, but walking all the way towards the right path, so we won't waste our time, and then waste our chance to reach it.

So for me, the message for this year is clear and strong. Let's find out what He plans for us in 2024. Choose the right path and complete the sequence then fulfill the grand design of what God desires for us to have exactly from the moment He breathed the breath of life into us.


Setiap momen dalam perjalanan hidup kita adalah bagian dari sebuah sekuens atau urutan panjang. Akan selalu ada saat-saat pasang surut, akan selalu ada goncangan, halangan dan berbagai situasi sulit yang mungkin tidak terelakkan. Tapi kita harus mampu melewatinya agar kita bisa mencapai apa yang sudah Dia buat/rencanakan bagi setiap kita.

Melewati, melangkah, berjalan maju adalah satu hal, tapi ingatlah bahwa sangat penting pula untuk mengetahui kemana sebenarnya Tuhan mau kita melangkah. Apa yang Tuhan ingin untuk kita lakukan, Tuhan ingin kita jadi apa. Jangan sampai kita salah melangkah dan membuang waktu, tapi memastikan agar kita melangkah dalam arah yang benar supaya kita mampu menggenapi apa yang Tuhan sudah sediakan bagi kita - segala sesuatu yang indah.

Saya akan bagikan sebuah ilustrasi akan hal ini berdasarkan kisah nyata dari pemilik sekolah dimana anak saya saat ini berada. Ia bercerita bahwa ia dan suaminya sampai di kota ini sekian tahun lalu dalam keadaan tidak punya apa-apa. Mereka hanya berjalan dan mencari dimana mereka bisa menetap, dan apa yang harus mereka kerjakan supaya bisa bertahan hidup. Suaminya bercerita bahwa di saat sulit seperti itu, ia mengambil waktu untuk berdoa, agar kiranya Tuhan mengarahkan langkah mereka sesuai yang Tuhan kehendaki. "Jadilah kehendakNya, bukan kehendak kami." katanya.

Saya merasa bahwa doa mereka ini tidak umum. Kenapa? Bukankah sebagian besar dari kita akan berdoa memohon agar kita lepas dari situasi sulit dengan instan saat kita terjepit? Bukankah Tuhan lebih dari sanggup untuk itu? Tiba-tiba memberikan tempat tinggal, makanan, uang, atau apapun itu yang saat kita butuhkan secara langsung, saat ini juga. Itu kan yang biasanya jadi bentuk doa bagi sebagian besar orang? Tapi mereka tidak melakukan itu.

Di saat sulit, sang suami justru berdoa agar Tuhan mengarahkan langkah mereka ke arah yang sesuai dengan maunya Tuhan. Sekali lagi, bukan kehendak mereka, tapi kehendak Tuhanlah yang jadi.

Lalu lihatlah apa yang terjadi selanjutnya.

Pada keesokan harinya, mereka seolah dituntun untuk sampai pada sebuah rumah besar, dimana pemiliknya belum pernah mereka kenal.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...