Sunday, February 25, 2024

Lebih Jauh Tentang Kasih (4)

 (sambungan)


Kemudian, dalam ayat berikut kita membaca "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (ay 16). Sedemikian pentingnya sebuah ungkapan kasih kepada sesama manusia, sedemikian pentingnya untuk hidup dikuasai oleh kasih dan bukan kebencian sampai-sampai itu dikaitkan dengan seberapa jauh pengenalan dan kedekatan kita dengan Allah sendiri.

Menariknya, apa yang disampaikan ayat ini bukan hanya sebatas Tuhan sebagai Pribadi yang Maha Pengasih, tetapi Tuhan sebagai kasih itu sendiri. Tuhan selalu rindu untuk memberikan kasihNya kepada kita, karena PribadiNya adalah kasih.

Selanjutnya, mari kita lihat kasih dari sudut objek. Tuhan mempunyai banyak sifat seperti adil, kudus, maha kuasa, maha besar dan seterusnya. Menariknya, sifat-sifat ini bisa dimiliki Tuhan tanpa membutuhkan kita alias sebenarnya tidak butuh objek.

Apa yang saya maksud adalah, Tuhan tidak perlu kita, manusia, untuk menjadi Yang Maha Kudus, tidak membutuhkan kita untuk menjadi Maha Adil, Maha Besar dan sebagainya. Tapi dari sisi pribadiNya sebagai Kasih itu nyatanya berbeda. Kasih tidak dapat Dia berikan tanpa kehadiran kita, manusia-manusia yang dibentuk sesuai dengan gambar dan rupaNya. Artinya, kita ada sebagai objek dimana Tuhan bisa menyatakan kasihNya. Logikanya, kasih akan berlangsung jika ada yang mengasihi dan ada yang dikasihi, dan saat kedua pihak saling mengasihi, maka disanalah kasih itu akan menjadi luar biasa indahnya. Singkatnya, kasih ternyata butuh objek.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...