Saturday, February 24, 2024

Lebih Jauh Tentang Kasih (3)

 (sambungan)


Selanjutnya, mari kita gali lebih dalam. Kita diperintahkan untuk meningkatkan level kasih kita, tidak hanya seperti mengasihi diri sendiri, melainkan seperti Kristus sendiri telah mengasihi kita. (Yohanes 13:34). Yesus juga berkata: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (15:13).
Tingkatan seperti itulah yang Tuhan sampaikan, dan itu sudah Dia contohkan sendiri secara langsung. Bisakah kita melakukan itu kepada orang lain? Mungkin bisa kepada orang yang sangat kita sayangi, tapi bagaimana kalau kepada orang lain, apalagi yang bermasalah dengan kita? Berat, itu pasti. Tetapi kalau kita bicara soal kasih dalam standar Kerajaan Surga, kita harus terus meningkatkan kekuatan otot kasih dalam hati kita agar setapak demi setapak bisa mencapai standar tersebut.

Dalam renungan hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat sebuah sisi lain dari penerapan kasih Allah, yaitu dari sisi hubungan antara kasih dan objeknya. Sebelum kita masuk kesana, mari kita lihat dahulu ayat berikut ini. "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8).

Ayat ini sangat sederhana dan tidak asing lagi bagi kita, tetapi sesungguhnya berbicara sangat dalam dan fundamental, yaitu mengenai hubungan antara mengasihi orang lain  dengan pengenalan kita akan pribadi Allah. Artinya, seberapa besar kita mengasihi sesama kita akan mencerminkan sejauh mana kita mengenal Allah, yang bukan cuma sumber kasih tapi juga merupakan Kasih itu sendiri.

Perhatikanlah bahwa ayat tersebut tidak mengatakan bahwa "barangsiapa tidak mengasihi keluarganya, istrinya, anaknya, orang tuanya", tapi berbicara mengenai mengasihi terhadap orang lain secara umum, siapapun mereka. Jadi, kalau kita masih menyimpan dendam, jika kita masih membenci seseorang, yang artinya kita tidak mengasihi mereka, itu sama saja dengan tidak mengenal Allah.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...