Thursday, November 23, 2023

Kota Yope dan Simon si Penyamak Kulit (2)

 (sambungan)

Saya lalu menggendongnya pulang, membersihkannya dan kemudian mencari orang yang mau mengadopsinya via sosial media. Puji Tuhan, ada yang tergerak untuk mengadopsinya hanya dua hari setelah direscue. Sampai hari ini ia hidup bahagia jadi bagian dari keluarga. Dan itu sudah terjadi sekitar 4 tahun lalu.

Kalau saya menolak untuk kotor main lumpur, saya tidak akan bisa menyelamatkannya. Dalam melakukan pekerjaan, ada kalanya kita harus rela kotor, terkadang disertai resikonya sendiri. Saya masih mending karena tidak tiap hari harus bermain lumpur, karena ada orang-orang yang harus melakukan itu sebagai profesinya. Misalnya tukang sumur bor, petani, petugas kebersihan yang mengangkut sampah rumah tangga dan lain-lain. Selain itu ada pula pekerjaan lainnya yang mewajibkan pelakunya untuk kotor seperti pekerja bangunan, montir dan sebagainya. Bayangkan kalau tidak ada yang mau melakukan pekerjaan-pekerjaan ini, apa jadinya kita? Pekerjaan mereka itu sama penting dan berharganya, yang kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh sama pula nilainya di mata Tuhan.

Masih ingatkah teman-teman tentang kisah seorang wanita bernama Tabita alias Dorkas, wanita di kota Yope? Kisah tentang ibu penjahit ini dicatat dalam Kisah Para Rasul 9:32-43. Alkitab menjadi saksi bahwa ibu Tabita sudah "banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah." (ay 36). Perbuatan baik dan sedekahnya ia lakukan sesuai keahliannya, yaitu dalam bentuk membuat/menjahit baju dan jubah buat para janda miskin di kotanya. Profesinya ia pakai untuk melakukan perbuatan baiknya. Bu Tabita bukanlah seorang bos dari perusahaan bonafit, pengusaha kaya, sarjana dan lain-lain yang mungkin penghasilannya jauh diatasnya.Tapi hebatnya ia tetap bisa, dan mau memberkati orang lain sesuai kemampuannya.

Pada suatu hari ia meninggal dunia. Para janda pun menangis sedih kehilangan ibu Tabita yang selama ini sudah begitu baik pada mereka. Ditengah kesedihan mereka, mereka mendengar kabar bahwa Petrus sedang berada di Lida, kota yang tidak jauh dari Yope, jaraknya kurang lebih cuma 22 kilometer. Para janda ini pun lalu mengirimkan dua utusan untuk menjumpai Petrus dan memintanya datang ke kota mereka. Petrus langsung berkemas-kemas dan ikut menuju Yope. Setibanya disana, ia disambut para janda yang sambil menangis menunjukkan pakaian-pakaian yang dijahitkan Tabita buat mereka semasa hidupnya.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...