Saturday, April 29, 2023

Mempersiapkan Anak di Masa Sukar (1)

 Ayat bacaan: 2 Timotius 3:1
=======================
"Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."


Saya tidak pernah membayangkan harus mengalami masa menyeramkan seperti saat pandemi mulai muncul di penghujung 2019 lalu masuk ke Indonesia sejak sekitar Februari atau Maret 2020. Mendadak kita seolah disuguhi horror dengan adanya virus yang belum dikenal, sehingga jelas butuh waktu panjang untuk mempelajari virus ini, membuat anti virusnya sementara korban mulai berjatuhan. Di masa-masa awal, kita pun bingung bagaimana harus melindungi diri karena belum kenal dan belum terbiasa dengan situasi baru yang menakutkan. Tidaklah heran jika kemudian terjadi panic buying karena menghadapi ketidakpastian. Beberapa produk mulai hilang dari pasaran, dan kalaupun ada harganya langsung melonjak berkali-kali lipat. Selain karena hukum ekonomi, orang-orang yang masih saja memanfaatkan kesempatan tanpa rasa perikemanusiaan mencoba mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Yang membuat saya miris adalah orang-orang yang memanfaatkan situasi dengan terus menyebarkan berita-berita yang salah tentang virus. Media tanpa peduli terus membombardir kita dengan berita berlebihan hanya karena ingin membuat click bait demi keuntungan mereka. Para oposan membuat berita-berita menyerang pemerintah, tak peduli perbuatan itu akan memakan banyak jiwa dari orang yang termakan kebohongan yang mereka jual. Ingatkah saat mereka menyerang pemerintah saat berhasil mendapatkan vaksin untuk memerangi pandemi? Selain negara asal vaksin yang mereka serang, mereka pun mengatakan bahwa pemerintah buang uang untuk membeli vaksin yang belum terbukti. Bagaimana mau terbukti kalau kita berhadapan dengan virus yang baru saja nongol di bumi? Mau tunggu setengah populasi mati dulu? Dan yang paling keterlaluan, di satu sisi mereka mencoba membuat masyarakat tidak percaya dengan vaksin, bahkan virus, sementara mereka sendiri ikutan vaksin.

Seandainya saja di saat genting kita bisa melupakan dulu kepentingan pribadi dan perbedaan lalu bergandengan tangan menghadapi bersama-sama, kita pasti bisa lebih kuat menghadapi situasi ini. Tapi begitulah manusia. Jika hati nurani tidak lagi berfungsi, jika iman bukannya membuat diri menjadi manusia yang lebih baik tapi malah dipakai untuk kepentingan-kepentingan pribadi yang hanya sesaat, maka mereka akan tega mengorbankan siapapun demi mereka sendiri.

Sampai hari ini entah sudah berapa banyak varian hasil mutasi virus ini. Namanya virus, ya memang alaminya seperti itu. Jika anda ingat bagaimana saat flu pertama muncul dan mendatangkan situasi seperti hari ini ratusan tahun lalu, hari ini pun kita berhadapan dengan tidak kurang dari 3000 varian flu. Kabar baiknya, semakin banyak mutasinya, virus akan semakin melemah. Kalau dulu flu bisa membunuh yang tertular, hari ini flu jadi hal biasa yang bisa dikalahkan hanya dengan obat beli di warung, atau bahkan dengan makan vitamin dan beristirahat yang cukup.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...