(sambungan)
Salah uangnya? Bukan. Kita semua butuh uang untuk hidup. Tapi yang harus kita sadari adalah bahwa uang punya daya tarik atau daya pikat yang sangat kuat, dimana kalau kita tidak hati-hati maka kita bisa terjebak, terjerumus dan jatuh pada hal-hal yang membinasakan. Jadi selain kita berharap akan datangnya berkat, kita pun harus bijaksana dalam menyikapinya.
Mengharap berkat itu satu hal, menyikapi berkat itu hal lain. Salah menyikapi berkat bukannya baik tapi malah bisa mendatangkan kemalangan bagi kita. Akan sangat baik jika berkat yang diperoleh itu dipakai untuk hal-hal baik, tidak hambur, atau luar biasa jika kita berpikir menggunakannya untuk memberkati orang lain, karena pada hakekatnya kita memang diberkati untuk memberkati. Tapi kalau itu dipakai untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Tuhan, menyakiti hatinya, kalau semakin banyak harta malah membuat semakin pelit dan semakin tidak peduli kepada sesama, kalau itu malah membuat orang berusaha mengejar lebih lagi alias menjadi hamba uang, bahkan tega mengorbankan atau merugikan orang lain demi hal tersebut, tentu itu sangat berbahaya. Selain ada banyak resiko yang muncul di kehidupan yang sekarang, semua itu punya potensi kuat untuk menggagalkan seseorang dari kasih karunia Tuhan yang sudah memberikan keselamatan kekal. Singkatnya, saat kekuasaan, kekayaan, keberuntungan, popularitas dan hal-hal sejenis datang, kalau tidak hati-hati itu bisa mendatangkan malapetaka bagi kita.
Ironis sekali jika setelah kita lama berharap, kita lalu keliru menyikapi berkat Tuhan saat berkat itu turun atas kita. Saat kita berdoa meminta pertolongan Tuhan di kala kita hidup berkekurangan, lalu Tuhan menurunkan berkatNya, kita bukannya bersyukur dan memuliakanNya dengan menjadi saluran berkat bagi orang lain, tapi itu malah membuat kita jauh dariNya. Menjadi orang yang sombong, tidak peduli sesama dan juga Tuhan. Saat dalam keadaan pas-pasan manusia rajin beribadah dan berdoa, tetapi ketika dipulihkan secepat itu pula manusia berubah dan menggantikan prioritasnya dengan harta. Tuhan tidak lagi ada di posisi teratas dalam hidupnya, digantikan oleh harta kekayaan dan lainnya.
Haruskah kita menolak kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya? Haruskah itu kita anggap tabu dan kita harus memilih untuk hidup susah? Tentu tidak. Apa yang kita harus perhatikan betul adalah bagaimana kita harus menyikapinya dan tahu untuk apa itu semua diberikan kepada kita. Tapi namanya manusia, sangat banyak orang yang mengalami perubahan sikap menjadi lebih buruk setelah mengalami kesuksesan. Dan itu sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satunya adalah raja Rehabeam, seorang raja Yehuda yang juga merupakan anak Salomo, cucu Daud.
(bersambung)
Monday, April 17, 2023
Rehabeam (2)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjalankan Amanat Agung (6)
(sambungan) Paulus tidak menutup diri dan tidak berhenti melayani. Ia membuka rumahnya seluas-luasnya bagi semua orang tanpa terkecuali, me...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 1:1-3 =================== "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdi...
No comments:
Post a Comment