Saturday, December 10, 2022

Einstein (1)

webmaster | 9:00:00 PM |

 Ayat bacaan: Amsal 1:5
======================
"baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan"

Salah seorang sepupu saya di whatsapp group famili kemarin cerita kalau dia merasa sudah lelah. Pengen berhenti kerja saja, sudah merasa terlalu tua untuk belajar hal baru. Dia mengaku bingung saat pandemi datang dan kehidupan berubah drastis. Rapat-rapat berubah menjadi online, sekolah online, dan buat dirinya, itu terasa sangat mengganggu. "Pengennya bisa pensiun saja, nggak usah ngapa-ngapain lagi." katanya. Umurnya? Masih jauh di bawah saya. Di masa seperti sekarang, berpikir seperti itu sangat tidak realistis. Apalagi kalau bagi orang-orang yang tidak mendapat gaji tetap seperti saya misalnya, dimana daya beli menurun drastis sehingga justru harus berusaha lebih dari sebelumnya saat semua masih baik-baik saja.

Saya pun teringat akan seorang tokoh yang bagi saya sangat luar biasa pintarnya, yaitu Albert Einstein. Bagi anda yang dulu mengambil jurusan eksakta, anda tentu ingat dengan rumus yang menggambarkan kesetaraan energi dengan masa benda sebagai implikasi dari teori relativitas, yaitu E=MC2. Rumus ini hadir lewat dirinya. Sepetinya kalau Einstein tidak pernah ada, sejarah dunia bisa jadi sangat berbeda. Kenapa saya bilang demikian? Salah satunya adalah, bahwa rumus E=MC2 itu merupakan dasar dari ditemukannya bom atom.

Yang luar biasa, rumus ini bukanlah satu-satunya buah pikiran jenius dari Einstein. Lihatlah sebuah fakta bahwa ia menerbitkan tak kurang dari 300 karya ilmiah plus 150 karya non ilmiah selama masa hidupnya. Beberapa tahun lalu ada sebuah universitas yang merilis makalah-makalah Einstein, dan ternyata jumlahnya mencapai 30.000 dokumen yang berbeda. Lalu, tahukah anda bahwa Einstein sebenarnya piawai memainkan musik-musik karya maestro mulai dari Mozart sampai Beethoven dengan memainkan biola? Dan yang membuat saya salut, ia terus berkarya dan sesekali bermain musik buat momen-momen khusus hingga akhir hayatnya di usia 76 pada tahun 1955.

Ia terus berkarya, artinya ia terus belajar sambil melakukan banyak penelitian. Sampai di usia 76, orang sekelas Einstein pun masih belajar. Ayah saya yang berusia 82 tahun pun masih aktif bekerja dan belajar. Meski lumayan sulit diajari, ia masih melek dengan teknologi-teknologi baru saat ini dan tidak buta-buta amat dalam menggunakan gadget. Ia masih terus berpikir merintis ini dan itu, dan saya sering ia telepon untuk bertukar pikiran. Bukankah konyol kalau banyak orang yang masih sangat jauh di bawah Einstein malah merasa sudah terlalu 'kenyang' belajar pada usia muda?

Apa yang ia bilang sangat menarik buat saya dari sosok seperti Einstein dan ayah saya adalah semangat belajar mereka yang tak pernah kendor. Usia boleh saja lanjut, tapi otak mereka masih tetap lapar untuk belajar lebih banyak lagi. Satu hal yang pernah dikatakan ayah saya adalah kita harus mensyukuri hidup dan apapun yang sudah diberikan Tuhan pada kita hari ini, dan harus kuat menerima kondisi apapun dengan hati lapang. Dan ia masih terus menyemangati saya, mengingatkan agar jangan sampai saya berhenti belajar, berusaha dan bekerja keras. Terus belajar, mempergunakan kemampuan otak secara maksimal untuk menyerap ilmu dan kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan. Karena itu adalah perwujudan dari rasa syukur kita, katanya.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker