Tuesday, May 23, 2017

Arif, Bukan Bebal

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Efesus 5:15
===================
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif"

Ada istilah kearifan alam dan kearifan lokal yang belakangan semakin sering kita dengar. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kearifan lokal atau alam ini? Sebuah kearifan alam mengacu kepada bagaimana nilai kehidupan alam dan segala kebaikan yang terkandung di dalamnya yang menginspirasi kehidupan baik bagi alam itu sendiri maupun kepada mahluk hidup yang ada didalamnya, termasuk manusia. Sebuah kearifan lokal berbicara mengenai bagaimana karakteristik yang ada pada suatu daerah atau wilayah terbangun dari kekhasannya sendiri-sendiri yang menjadi sumber nilai dan inspirasi yang selama ini membuat mereka mampu membangun tatanan kehidupan yang baik turun temurun selama kurun waktu yang sangat panjang.

Ada nilai-nilai kearifan yang bisa kita peroleh dari baik dari sebuah kultur atau budaya lokal maupun alam. Tapi jangan lupa bahwa Alkitab pun mengandung begitu banyak kearifan yang tentu akan membuat kita mampu memiliki karakter yang bercahaya terang di tengah kegelapan yang merajai dunia. Kata arif memang sempat menghilang dan baru kembali digunakan di berbagai media, tetapi sebenarnya kata ini tetap penting karena nilai yang terkandung di dalamnya.

Apa yang dimaksud dengan arif? Arif adalah sebuah karakter yang bijaksana, pandai, berilmu sehingga paham mengenai kebenaran. Orang yang arif akan selalu mendasarkan pada kebenaran, tidak terburu-buru mengambil keputusan melainkan didasari pertimbangan matang, mencari solusi yang terbaik tanpa merugikan orang lain, berani mengakui kesalahan dan akan melihat segala sesuatu secara komprehensif, tidak aku-centris, tidak mementingkan diri sendiri dan mengacu kepada kebenaran. Orang-orang arif memiliki hikmat dan mengedepankan keadilan.

Bagiamana dengan sesuatu yang bertolak belakang dengan arif? Akan hal ini, sangatlah menarik apabila melihat bahwa Alkitab mengkomparasi antara bebal dan arif. Orang bebal itu artinya orang yang keras kepala, bandel, hanya peduli terhadap kepentingan diri sendiri dan mau menang sendiri. Mereka akan terus melakukan sesuka hati meski yang dilakukan itu salah. Tidak bisa ditegur, tidak suka diprotes dan tidak mau dinasihati. Itu sama sekali bukanlah hidup yang mencerminkan Kerajaan Allah. Maka sebagai warga Kerajaan kita tidak boleh seperti itu.  Paulus mengingatkan: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" (Efesus 5:15).

Ayat ini hadir diantara pesan Paulus agar kita hidup sebagai anak-anak terang. Anak-anak yang jadi penurut-penurut Allah (ay 1), hidup dalam kasih (ay 2), menjauhi percabulan, rupa-rupa kecemaran dan keserakahan (ay 3), menghindari perkataan kotor, kosong, sembrono dan tidak pantas (ay 4), tidak cabul, cemar (ay 5), tidak gampang disesatkan (ay 6) dan memperhatikan pertemanan (ay 7). Kita harus terus mengenal apa yang berkenan kepada Tuhan (ay 10), tidak ikut serta dalam perbuatan-perbuatan kegelapan (ay 11), mengoptimalkan penggunaan waktu dengan sebaik-baiknya (ay 16), mencari tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan (ay 17), tidak menuruti hawa nafsu dan mabuk didalamnya (ay 18) dan senantiasa mengucap syukur (ay 19-20) serta memiliki kerendahan hati (ay 21).

Serangkaian panjang dari pesan Paulus ini sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan seperti apa yang dikatakan hidup seperti orang arif itu. Jika tidak demikian, itu artinya kita hidup sebagai orang bebal, dan kehidupan kita sebenarnya tengah tidur atau mungkin sudah 'mati'. Hidup yang sia-sia, tawar, tanpa makna dan hanya mendatangkan masalah baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Tapi orang yang hidup dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupannya secara seksama, itulah orang yang benar-benar hidup. Apabila kita melihat apa yang dikatakan pada ayat 14, kita bisa melihat bahwa orang yang arif adalah orang yang hidupnya memancarkan cahaya Kristus.

Orang yang hidupnya arif mengalami kemuliaan Tuhan dan memancarkannya kepada orang lain lewat pikiran perkataan dan perbuatan. Orang yang hidupnya menurut kearifan Kerajaan Allah akan bercahaya bagai anak-anak terang ditengah kegelapan dan kemuraman dunia. Itu menjadi sebuah kewajiban dan harus mendapat perhatian serius secara seksama. Itulah hidup yang arif dan bukan hidup bagaikan orang bebal. Masalahnya, maukah kita hidup dengan kearifan Kerajaan atau kita terus membuang waktu hidup tanpa makna atau malah menyusahkan dan merugikan sesama?

Hidup menjadi penuh makna dan bermanfaat apabila kita hidupi dengan kearifan Kerajaan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker