Monday, January 23, 2017

Kelegaan dari Tuhan (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 11:28
====================
"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."

Suatu kali ada teman yang curhat dengan saya. Masalahnya cukup pelik, sehingga saya sempat tidak tahu harus menjawab apa. Saya lebih banyak diam mendengarkan ceritanya, hanya sesekali merespon untuk menguatkan dan menenangkannya. Saya merasa kurang maksimal dalam memberi solusi, tapi di akhir curhatannya, ia berkata bahwa ia merasa lega. Ia mengaku sudah curhat dengan beberapa teman lain, tapi mereka kemudian lebih banyak ngomong ketimbang mendengarkan. Malah ada yang menyalahkannya, the last thing she would need during that time. Padahal menurutnya, saat ia menumpahkan isi hatinya ia merasa lega, hati terasa lebih lapang, tidak sesak seperti sebelumnya. Dan itu justru ia dapatkan dari saya yang lebih banyak diam menyimak apa yang ia katakan.

Sejak saat itu saya tahu bahwa terkadang kita tidak perlu terlalu jauh mencoba memberikan solusi kalau kita tidak terlalu menguasai permasalahan seseorang. Ada kalanya mereka cuma butuh didengarkan, dibiarkan menumpahkan isi hatinya supaya terasa lapang. Ketika masalah menekan kita sampai kita lelah, jenuh, mumet, pusing dan sejenisnya, bisa jadi kita cuma butuh kelegaan supaya bisa lebih tenang dalam menyikapi masalah dan memikirkan solusi terbaik. Membersihkan kabut di pikiran kita supaya bisa berpikir jernih, dengan menumpahkan sebagian dari hal-hal yang berkecamuk disana menghimpit hati dan benak kita. Sometimes the only thing we need is a shoulder to cry on, people to talk to, not an answer, not an instant help.

Satu persatu masalah datang ke dalam hidup kita, mempengaruhi perasaan kita. Semakin berat masalahnya, semakin banyak yang harus dihadapi, perasaan-perasaan itu pun akan semakin membebani hati kita. Itu bisa membuat kita tidak bersemangat, mematikan kreativitas dan membuat mood kita jelek. Akibatnya kita tidak lagi produktif dan jadi malas berbuat apa-apa. Bagai batu-batu yang terus ditambah, digantungkan atau dikalungkan ke dalam hati kita sehingga berat benar rasanya. Yang lebih parah kalau itu membuat kita dicekam kekuatiran, merasa cemas dan takut. Kesehatan kita pun bisa jadi taruhannya. Seringkali kita sudah tahu cara mengatasinya, tapi tetap saja saat mengalami perasaan yang berkecamuk di hati seperti badai yang mengganggu hidup. Maka jelas, kita butuh kelegaan. Kelegaan agar bisa berpikir jernih, agar tidak terus menerus berendam dalam perasaan-perasaan negatif dan mulai kembali positif, agar bisa lebih ringan dalam mengambil langkah atau keputusan. Mungkin tidak serta merta pulih, mungkin masalah tersebut tidak segera selesai saat ini juga, tapi setidaknya keringanan atau kelegaan hati akan membuat kita bisa mengarah kepada situasi-situasi yang lebih baik.

Sangatlah menarik kalau mencermati bahwa Tuhan ternyata paham akan hal itu. Tuhan memang menjanjikan banyak pertolongan. Mukjizat dan kuasaNya lebih dari cukup untuk melepaskan kita dari masalah seberat apapun. Itu sudah disebutkan dalam banyak kesempatan sepanjang isi Alkitab. Tapi kalau kita masih harus berhadapan dengan semua itu, Tuhan juga menjanjikan sebuah kelegaan. Kelegaan yang bisa meringankan kita. Bayangkan jika anda  tengah mengangkat banyak beban berat, tapi kemudian anda tahu ada orang yang mau membantu anda, mengangkat sebagian dari beban itu sehingga anda bisa lebih ringan, bukankah itu sangat menyenangkan? Seperti yang saya sebut di awal, seringkali kita hanya butuh berbagi beban dan bukan mencari jawaban untuk saat ini. Masalah mungkin belum akan selesai, tapi setidaknya kita merasa lega dan lebih ringan dalam menghadadpinya. Tuhan juga menyediakan itu buat kita.

Saya akan beri satu contoh lagi dari pengalaman teman saya. Ia sempat dipenjara sekian bulan karena dituduh rekan bisnisnya melakukan apa yang sebenarnya tidak ia lakukan. Tidak ada bukti, semua pembelaan tidak dianggap oleh hakim, dan ia pun menolak melakukan kecurangan agar bisa mendapat kemudahan. Akibatnya ia harus rela mendekam di penjara. Awalnya ia merasa sangat kecewa pada Tuhan yang membiarkan semua itu terjadi. Dipenjara itu tidak enak. Ia punya suami dan anak yang sebenarnya harus ia urus sebagai ibu rumah tangga. Tapi ia tidak mau berlama-lama dalam perasaan itu. Suatu malam ia berdoa. Ia mengatakan bahwa ia mungkin belum tahu apa maksud dan rencana Tuhan menempatkannya disana, kenapa ia dibiarkan mendapat perlakuan tidak adil, tapi ia mau taat dan mempercayakan pada Tuhan.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker