Wednesday, January 25, 2017

How Much Longer? (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Mazmur 13:2
=====================
"Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?"

Ada orang yang tidak begitu masalah dengan menunggu, ada yang menganggapnya benar-benar masalah. Istri saya lahir dari keluarga yang punya masalah dengan menunggu, sedang saya tidak. Walaupun saya bisa merasa bosan kalau sedang menunggu sesuatu, tapi itu bukan sesuatu yang merusak mood. Sedang istri saya tipenya kurang sabaran. Menunggu sedikit saja bisa membuatnya kesal. Saya tahu itu sejak masa pacaran dan memastikan bahwa kalau sudah janji saya tidak akan terlambat. Lebih baik saya yang menunggu ketimbang dia.

Meski reaksi berbeda-beda bagi setiap orang, secara umum menunggu sering dianggap sebagai sebuah kegiatan yang membosankan dan bisa jadi menjengkelkan. Kenapa? Karena selain membuat waktu terbuang, menunggu itu mengandung unsur ketidakpastian sehingga bisa memunculkan perasaan tak tenang atau gelisah.

Sekarang, bagaimana kalau yang ditunggu bukan soal giliran untuk dilayani atau untuk bertemu orang tapi menanti datangnya pertolongan dari Tuhan? Tidak bisa dipungkiri kita semua berharap itu datang secepatnya. Tapi bagaimana kalau jawaban tidak kunjung datang? Satu doa, dua, tiga, kalau Tuhan belum juga menolong, banyak yang kemudian kecewa bahkan putus asa. Banyak orang yang sulit bersabar apalagi kalau sedang berada dalam keadaan terdesak dan tertekan. Di saat seperti itu mereka tidak lagi bisa mengucap syukur, padahal firman Tuhan sudah mengingatkan kita untuk tetap mengucap syukur dalam segala hal karena itulah yang sesungguhnya dikehendaki Allah dalam Kristus. (1 Tesalonika 5:18). Mereka tahu ayat ini, tapi berkata: bagaimana kita bisa mengucap syukur kalau kita sedang tidak berada dalam keadaan baik? Pemahaman manusia akan sebuah ucapan syukur seringkali sempit dengan hanya digantungkan kepada sebuah kondisi, situasi atau keadaan yang sedang dihadapi saja.

Ada masa dimana kita mengalami kesulitan sebagai bagian dari hidup, meski kita sudah mengikuti kehendak Tuhan dengan sebaik-baiknya. Ada waktu kita harus merasakan kesedihan bahkan penderitaan dengan berbagai bentuk. Firman Tuhan sudah mengatakan bahwa "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya." (Pengkotbah 3:1). Sebagai manusia yang memiliki perasaan, tentu rasa itu menyakitkan kita, dan tidak ada satupun dari kita yang ingin berlama-lama berada dalam perasaan sakit itu. Kita ingin sesegera mungkin lepas. Kalau belum juga, kita bertanya-tanya berapa lama lagi Tuhan akan melepaskan kita, bahkan bisa saja mempertanyakan kenapa Tuhan seolah memalingkan muka dari kita.

Hal yang sama juga dialami oleh banyak tokoh Alkitab dalam berbagai kesempatan, termasuk Daud yang imannya sebenarnya sudah sangat teruji. Suatu kali Daud mengalami pergumulan berat. Semua musuhnya bersorak-sorak mengejeknya, dan ia pun sempat merasa mengalami itu sendirian saja tanpa ada yang peduli, termasuk merasa bahwa Tuhan pun sama, tidak peduli terhadap dirinya. Ia berada dalam titik rendah sampai-sampai Daud berseru: "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Daud terus bertanya, "Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?" (ay 3).

Dalam tekanan dan penderitaan yang kita alami, sama seperti Daud kita pun sering mempertanyakan hal yang sama. Itu adalah hal yang manusiawi dan mungkin saja terjadi sekali waktu, tapi penting bagi kita untuk tidak membiarkan hal itu berlarut-larut, terus memandang kepada masalah atau bahkan menyalahkan Tuhan.  Daud boleh saja berseru seperti itu dalam keadaan kalut, tapi lihatlah bahwa Daud tidak mau terjebak berlama-lama pada perasaan seperti itu. Daud tidak ingin tenggelam dalam perasaan yang tidak enak lalu putus asa. Daud tidak mau membiarkan perasaannya berlarut-larut lalu kecewa pada Tuhan. Kita bisa melihat bagaimana ia kemudian bangkit dan kembali mengandalkan imannya. Daud percaya bahwa pertolongan Tuhan untuk mengatasi segala perkara, termasuk perkara dirinya dan melepaskannya dari kesesakan hanyalah soal waktu saja.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker