Friday, December 16, 2016

Binasanya Korah (1)

Ayat bacaan: Bilangan 26:10
==========================
"tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan."

Jika anda berjalan di mall, sekali waktu anda bisa bertemu dengan papan peringatan "hati-hati licin, awas jatuh", atau sejenisnya. Dalam bahasa Inggrisnya biasanya dikatakan: "Caution, slippery when wet." Itu akan dipasang saat ada petugas kebersihan tengah mengepel lantai sebagai peringatan agar pengunjung berhati-hati saat melewati lantai basah supaya tidak terpeleset dan jatuh. Bagi yang bawa anak balita, pegang segera anaknya karena mereka tidak mengerti dan bisa celaka.

Dalam kehidupan kita, seringkali kita bisa terpeleset, lupa terhadap peringatan Tuhan lewat sikap-sikap kita dan jatuh dalam dosa. Dan ini biasanya terjadi bukan di saat kita sedang dalam keadaan sulit atau biasa-biasa saja, tapi justru ketika kita sedang menikmati kesuksesan atau keberhasilan kita. Tidak jarang kita melihat banyak tokoh yang berusaha keras selama bertahun-tahun untuk sukses, tetapi kemudian hancur dalam sekejap mata akibat tersandung atau terpeleset masalah. Tidak jarang pula, konsekuensi yang harus ditanggung bisa berdampak lama, sulit untuk dibangun kembali atau bahkan menjadi akhir perjalanan karir atau hidup mereka. Papan peringatan sebenarnya sudah ada, semua peringatan, ketetapan, pesan, dan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Tapi masalahnya, berapa banyak orang yang mau mengindahkan? Kalau kita hidup jauh dari Tuhan, mengabaikan FirmanNya dan ikut hanyut dalam kerusakan moral dunia, kita hanya tinggal menunggu waktu untuk jatuh.

Kemarin kita sudah melihat pesan penting dari Paulus yang berbunyi: "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Korintus 10:12). Mempertahankan adalah jauh lebih berat ketimbang membangun sesuatu. Ada banyak faktor di dalam sebuah keberhasilan yang bisa membuat kita lupa diri, sesuatu yang mungkin tidak terjadi ketika kita sedang merintis atau membangun keberhasilan kita. Ada banyak orang yang tergelincir jatuh bukan ketika mereka berjuang, tapi justru ketika kesuksesan telah berhasil mereka raih. Maka tidaklah heran jika ketika kita sudah sukses, perjuangan bukan menjadi lebih mudah tapi malah akan menjadi jauh lebih berat lagi.

Lalu masih dari renungan kemarin, saya sudah menyinggung sedikit tentang Korah. Mari kita lihat kisah Korah lebih dalam. Korah sebenarnya pada mulanya merupakan seorang pemimpin yang cukup berpengaruh di masa ketika Israel keluar dari Mesir. Seperti halnya orang Lewi lainnya, Korah dipercaya untuk melakukan pekerjaan pada Kemah Suci Tuhan, bertugas bagi umat untuk melayani mereka. Dengan status seperti itu dengan sendirinya Korah mendapat kepercayaan yang lebih tinggi di banding orang Israel lainnya.

Itu adalah sebuah kehormatan yang seharusnya disyukuri dan ditanggungjawabi dengan sungguh-sungguh. Sayangnya tidaklah demikian. Korah terperosok dalam dosa pemberontakan. Ia menjadi lupa akan hakekat kepercayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya setelah sukses. Ia menghargai dirinya sendiri secara berlebihan dan kemudian gagal untuk mengenal batasan yang telah ditetapkan Tuhan baginya. Ia lupa kepada apa yang menjadi garis tugasnya dan menjadi angkuh.

Korah merencanakan makar, "mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan." (Bilangan 16:1-2). Mengapa ia memberontak? Karena ia merasa dirinya hebat diatas orang lain dan haus akan jabatan. Mereka ini adalah orang-orang yang merasa iri kepada Musa. Musa sempat menegur mereka: "Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?" (ay 9-10). Kesombongan Korah dan pengikut-pengikutnya membuat mereka lupa bahwa yang mereka lawan sebenarnya bukanlah Musa dan Harun saja melainkan Tuhan yang telah menggariskan langsung seperti apa mereka harus berjalan.

(bersambung)


No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...