Ayat bacaan: Bilangan 22:30
===========================
"Ketika itu TUHAN membuka mulut keledai itu, sehingga ia berkata kepada Bileam: "Apakah yang kulakukan kepadamu, sampai engkau memukul aku tiga kali?"
Ada teman saya yang merupakan kritikus film 'diserang' oleh seorang sutradara gara-gara ia menulis kritik atas film buatan sang sutradara. Ketika artikelnya saya baca, saya tidak melihat adanya kalimat yang provokatif atau berpotensi menyinggung pembuatnya. Malah saya menangkap tulisan berisi himbauan dan masukan, itu lebih tepatnya dan bukan kritik. Tapi sang sutradara kemudian menghubungi teman saya dan melemparkan kata-kata kasar. Ini adalah sebuah contoh atau gambaran yang mungkin mewakili banyak orang hari ini. Semakin lama semakin banyak orang yang alergi terhadap kritik, apalagi teguran.
Kalau di gereja, ada banyak gereja yang melarang pendeta untuk menyampaikan kotbah yang bersifat keras. "Nanti jemaat tersinggung dan kabur.." itu kira-kira alasannya, seperti yang pernah diceritakan oleh seorang pendeta kepada saya beberapa waktu lalu. Gereja-gereja seperti ini hanya ingin kebaktiannya diisi oleh kotbah tentang berkat, kotbah yang bisa 'mengipas-ngipas' jemaat hingga terbuai lalu datang lagi minggu depan, syukur-syukur persembahannya jadi gede. Ini adalah fenomena dalam dunia 'per-gereja-an' hari ini. Kalau hal ini diteruskan, itu akan meng-encourage orang untuk menolak teguran. Padahal ada kalanya kita memang harus berlapang dada ditegur agar kita bisa lebih baik lagi. Ada kalanya kita tidak sadar saat melakukan kesalahan, dan teguran akan membuat kita cepat berbalik dan tidak berlarut-larut berbuat sesuatu yang salah atau buruk.
Jika anda baca di dalam kitab Perjanjian Lama, anda bisa melihat perbedaan saat Saul menerima teguran dari Samuel dengan saat Daud ditegur Natan. Saul menolak bertobat, sedang Daud mengakui, menyesali dan melakukan pertobatan menyeluruh. Tidaklah heran apabila Daud, meski sempat melakukan kesalahan fatal dan kemudian menerima konsekuensi berat, ia tetap dikatakan sebagai orang yang berkenan di hati Bapa.
Tapi hari ini saya bukan hendak membahas soal Daud dan Saul, melainkan tentang seseorang yang dicatat di dalam Alkitab, karena kebandelannya lantas ditegur bukan oleh manusia melainkan oleh seekor hewan yang kerap dianggap orang mewakili simbol kebodohan. Orang itu bernama Bileam. Apa rasanya mengalami itu? Bileam mengalami peristiwa yang bagi kita mungkin terasa sangat memalukan. Kebandelannya membuat Tuhan berbicara melalui keledai yang ditungganginya.
Mari kita lihat kisah singkat terjadinya peristiwa memalukan itu dalam kitab Bilangan 22. Pada saat itu Raja Balak mengirim beberapa utusannya menemui Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu disampaikan pada Bileam, Bileam pun meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan. Apa kata Tuhan? Dengan jelas Tuhan berkata: "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." (Bilangan 22:12).
Itu jelas merupakan sebuah larangan, dan Bileam pun sementara taat. Tapi kemudian penolakan Bileam disikapi Balak dengan kembali mengutus orang-orang yang lebih banyak dan lebih terhormat, ditambah upah yang jauh lebih besar. Bileam awalnya kembali menolak, tapi lihatlah, Bileam kemudian kembali mempertanyakan hal yang sama pada Tuhan. Meskipun keputusan bertanya pada Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan, tetapi jelas ketaatannya tidak penuh. Karena jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak perlu bertanya lagi, sebab sejak awal Tuhan sudah menyatakan tidak. Bileam kembali bertanya dan berharap Tuhan berubah pendirian.
Tuhan tahu isi hati Bileam dan kemudian terpaksa menguji kesetiaannya. Tuhan mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Tanpa diminta lagi oleh orang Moab, Bileam berangkat, dan itu membuat Allah marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar perintah Tuhan lewat perkataan halus, Tuhan pun memakai sarana lain. Dalam kasus Bileam, Tuhan memakai keledainya!
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Bileam dan Keledainya (1)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Perempuan Samaria di Sumur
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment