Wednesday, April 6, 2016

Tidak Mengungkin Masa Lalu

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Filemon 1:11
=========================
"dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku."

Perselisihan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga adalah hal yang pasti pernah dialami semua orang yang sudah berkeluarga. Seperti yang kemarin saya sampaikan, seringkali pertengkaran dimulai dengan sebuah perselisihan yang sebetulnya ringan. Tapi perselisihan ringan yang dibiarkan berlarut-larut dan tidak ditangani kemudian menimbulkan emosi yang semakin meningkat sehingga pertengkaran membesar dan meluas. Meninggalkan luka-luka yang ajdinya sulit disembuhkan. Apa yang biasanya menyebabkan pertengkaran menjadi besar? Salah satu yang paling sering adalah faktor mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu. Masalah yang sebenarnya sudah diselesaikan pun kembali beterbangan keluar sehingga suasana malah semakin memanas. Saya sudah beberapa kali mencoba memulihkan hubungan yang hancur, dan yang membuat kondisi menjadi berat biasanya adalah saat luka-luka lama yang tidak dibereskan itu terus muncul ke permukaan. Saya dan istri juga bukannya tidak pernah berselisih. Hanya saja, setiap ada perselisihan kami sepakat untuk membatasi perdebatan hanya pada masalah yang tengah dihadapi dan tidak melebar kemana-mana. Lantas perselisihan pun diselesaikan langsung supaya tidak kemana-mana. Cara sederhana, tapi berhasil. Satu lagi, sulitnya orang mengampuni menjadi salah satu penyebab munculnya akar-akar pahit dalam sebuah pernikahan.

Hari ini saya diingatkan pada surat Paulus untuk Filemon. Filemon mempunyai seorang hamba bernama Onesimus. Onesimus pernah merugikan Filemon, kemungkinan mencuri sesuatu dan kemudian kabur (Filemon 1:18). Sesuai hukum Romawi saat itu, hukuman untuk jenis kejahatan ini adalah hukuman mati. Filemon kemudian bertemu dengan Paulus, dan kemudian setelah dilayani Paulus, Onenimus pun bertobat dan menerima Kristus. Hidupnya mengalami perubahan. Onenimus disuruh pulang kembali pada Filemon. Kemudian sepucuk surat dilayangkan Paulus kepada Filemon untuk memintanya menerima kehadiran Onenimus kembali, karena Onenimus yang sekarang bukanlah Onenimus yang dulu lagi, seperti yang kita lihat dari ayat bacaan hari ini. "Dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku." (Filemon 1:11). Paulus meminta agar Filemon mau memaafkan Onenimus dan menerimanya kembali, bukan lagi sebagai seorang hamba, tapi sebagai saudara yang kekasih di dalam Tuhan. (ay 16).

Cara pendekatan Paulus yang elegan dan bijaksana untuk mendamaikan keduanya digambarkan secara sangat menarik dalam surat Filemon. Dia tidak menempatkan diri sebagai seorang pemimpin rohani atau yang lebih tinggi dari Filemon, tapi menganggap bahwa Filemon sebagai saudara dan teman sekerja. Tidak ada paksaan atau perintah dari Paulus, malah secara luar biasa Paulus pun menyatakan siap menanggung segala kerugian yang pernah dibuat Onenimus. Intinya Paulus meminta agar Filemon tidak lagi mengungkit kesalahan di masa lalu dan mau menerima Onenimus kembali sebagai saudara seiman, karena Onenimus sudah berubah.

Sebagai murid Yesus yang taat, Paulus mengajarkan prinsip pengampunan seperti apa yang diajarkan Yesus. Pengampunan dari Kristus adalah pengampunan yang tuntas. Dia tidak pernah mengungkit lagi dosa yang telah kita akui di masa lalu. Oleh sebab itulah kita pun harus berbuat hal yang sama kepada saudara-saudara kita. "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15). Kita harus siap untuk mengampuni tanpa batas seperti yang firmanNya dalam perikop "Perumpamaan Tentang Pengampunan" (Matius 18:21-35). Dalam doa yang diajarkan Yesus Kristus pun kita membaca: "dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Matius 6:12). Disini kita melihat bahwa ada hubungan antara mengampuni dan diampuni.

Seorang teolog bernama Henry Ward Beecher pernah menulis: "Forgiveness ought to be like a canceled note torn in two, and burned up, so that it never can be shown against one." Ya, bagaikan nota yang sudah dibatalkan, disobek dan dibakar, sehingga tidak lagi bisa dipakai untuk mendakwa apa-apa, itulah bentuk pengampunan tuntas yang sesungguhnya. Terus mengungkit masa lalu mengakibatkan frustasi dan mempersulit pembaruan di masa depan. Janganlah mengungkit-ungkit masa lalu terutama ketika bertengkar, dan belajarlah memaafkan secara tuntas karena Kristus juga mengampuni secara tuntas.

"Forgiveness is not an occasional act, it is a permanent attitude." - Martin Luther King, Jr

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

2 comments :

Unknown said...

"Janganlah mengungkit-ungkit masa lalu terutama ketika bertengkar, dan belajarlah memaafkan secara tuntas karena Kristus juga mengampuni secara tuntas." Nice Posting :)

Unknown said...

tambahan koreksi penulisan judul, "Mengungkit"

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker