Friday, April 8, 2016

Korelasi Mengampuni dan Diampuni (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 6:12
======================
"dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami"

Sudahkkah anda menonton film berjudul "Railway Man"? Film yang dibintangi Nicole Kidman dan Colin Firth ini merupakan kisah nyata mengenai dua prajurit dari dua negara yang sedang berperang, Eric Lomax seorang tentara Inggris dan Takashi Nagase, tentara Jepang. Pada masa Perang Dunia II tepatnya tahun 1942, Lomax yang saat itu sudah berpangkat letnan ditangkap oleh tentara Jepang di Singapura. Ia kemudian disekap di Thailand, mengalami kerja paksa membangun rel kereta api di Burma dan mengalami penyiksaan mengerikan, brutal, diluar batas kemanusiaan oleh Kempetai karena ketahuan merangkai radio secara diam-diam. Orang yang kerap mengeksekusi penyiksaan dan kerap bertindak kejam kepadanya tidak lain adalah Takashi. Siksaan yang berlangsung untuk waktu yang cukup lama membuatnya hidup dengan trauma psikologis berat selama puluhan tahun setelah perang selesai. Ia tidak bisa hidup normal dan menjadi pasien dari sebuah Foundation medis yang secara khusus menangani korban penyiksaan.



Pada suatu hari di usia tuanya, 50 tahun setelah tragedi penyiksaan itu ia mengambil sebuah langkah luar biasa hebatnya. Ia mengambil keputusan untuk mengampuni Takashi. Bukan cuma lewat kata-kata, ia memutuskan untuk rekonsiliasi dengan Takashi. Yang lebih luar biasa lagi, rekonsiliasi itu ia lakukan di lokasi dimana ia dahulu mengalami penyiksaan. Setelah rekonsiliasi, Eric dan Takashi kemudian bahkan menjadi sahabat dekat hingga akhir hayat mereka.

Mengapa ia mau melakukan rekonsiliasi? Apa yang mendorongnya? Lomax bilang, ia harus mengambil langkah itu untuk membebaskan dirinya dari kepahitan dan rasa benci/dendam sepanjang hidupnya. Ia ingin bebas dari penderitaan psikologis selama puluhan tahun akibat trauma yang dideritanya. Tidak ada jalan lain untuk merdeka selain memberikan pengampunan. Mudahkah? Tentu tidak. Bayangkan ia harus bertemu dengan orang yang selama puluhan tahun memberinya penderitaan. Dulu fisik, lalu psikis. Dan pertemuan dengan penyiksanya dilakukan di tempat dimana ia mengalami perlakuan di luar batas itu. Ia bisa mengalahkan rasa takutnya, ia bahkan yang mengambil inisiatif untuk pemulihan, dan itu benar-benar membebaskannya. Ia meninggal dengan tenang dan damai di usia 93 tahun.

Tidak banyak orang yang bisa memiliki hati seperti Eric. Ada orang yang memendam dendam selama puluhan tahun dan tidak bisa lepas dari dendam itu sampai akhir hayatnya. Tidak ada sukacita saat kita mendendam, dan bayangkan dalam masa hidup yang singkat ini, sekian puluh tahun hidup harus dijalani tanpa sukacita karena membiarkan dendam menguasai diri. Kalau itu saja sudah parah, ada yang bahkan bertikai dan bermusuhan lebih dari satu generasi. Sampai tujuh turunan bahkan lebih. Generasi yang dibawah mungkin tidak lagi mengetahui latar belakangnya, tetapi mereka tetap harus bermusuhan dengan keturunan musuh nenek buyutnya. Dari pengalaman saya sendiri, mengampuni orang dan hidup tanpa dendam membuat hidup terasa jauh lebih ringan. Benar, ada kalanya orang berlaku demikian buruk kepada kita sehingga melukai perasaan atau bisa saja merugikan kita habis-habisan. Tetapi pengampunan tetap saja harus diberikan agar hidup kita terasa lebih lega tanpa ada perasaan yang terus memberatkan kita. Ada sebuah kata bijak yang sangat memberkati saya dan akan terus saya ingat saat ada orang yang mengecewakan atau menyakiti saya: "Forgive others, not because they deserve forgiveness but because you deserve peace." Sadari bahwa tidak melepaskan pengampunan pada akhirnya hanya akan membelenggu kita, menghalangi kita untuk bisa meneruskan hidup dengan damai dan sukacita.

Ada orang yang sulit mengampuni meski masalahnya sebenarnya tidaklah terlalu berat, tapi sebaliknya ada orang yang sanggup membuka pintu pengampunan meski kerugian dan penderitaan yang mereka tanggung luar biasa besarnya. Terlepas dari ketulusan orang untuk meminta maaf saat menyadari kesalahan atau masih tetap bersikukuh tidak mau minta maaf, pada kenyataannya kemampuan untuk memaafkan pun ternyata tidak kalah sulitnya. Itulah sebabnya Mahatma Gandhi pada suatu kali mengatakan bahwa "The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong." Orang lemah tidak akan pernah bisa mengampuni, karena mengampuni hanyalah atribut dari yang kuat.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker