Sunday, April 3, 2016

Kehilangan Figur (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Mazmur 27:10
====================
 "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku."

Anda tentu tahu dengan Frankenstein. Tokoh ini muncul dari novel gothik/horror karya Mary Shelley di tahun 1817 yang menceritakan tentang seorang ilmuwan yang menciptakan raksasa dari potongan-potongan tubuh yang berbeda. Ada sebuah kesaksian yang pernah saya baca mengingatkan saya akan sosok Frankenstein ini. Ada seseorang yang sudah ditinggalkan ayahnya sejak ia masih berada dalam kandungan. Ibunya meninggal saat melahirkannya. Ia kemudian diangkat anak oleh teman ibunya, seorang wanita karir yang tidak menikah. Ia bercerita bahwa meski ia punya ibu, kehilangan figur ayah membuatnya terus mencari sosok ayah dari berbagai sumber. Di masa SMA ia bertemu dengan beberapa pembimbing rohani yang mengajarkan bagaimana seharusnya ia berperilaku sebagai seorang pria yang beranjak dewasa. Tahun berganti, pembimbing rohaninya pun berganti-ganti. Sifatnya berbeda-beda, pengalaman hidup mereka yang mereka bagikan pun berbeda. Dan ia mengatakan bahwa para pembimbing rohani ini bagaikan potongan-potongan yang membentuk figur seorang ayah baginya, seperti Frankenstein yang terbentuk dari fragmen atau potongan tubuh yang berbeda-beda pula. Apa yang membuat saya paling kagum, ia tidak menganggap hal ini sebagai sebuah "nasib buruk", karena ia melihat dari sisi positif. Ia bersyukur karena meski tidak sempurna dan berasal dari potongan-potongan yang berbeda, para 'ayah' asuh ini mengajarkan banyak hal yang baik dan mengenalkannya pada kehidupan dan Tuhan.

Saya merasa diberkati lewat reaksi dan kebesaran hatinya menyikapi hal ini, karena ada banyak orang lain yang mengalami masalah yang sama kemudian mengalami kepahitan dan sulit bertumbuh akibat kehilangan figur ayah atau ibu atau sekaligus keduanya. Ada pula anak-anak yang sebenarnya berasal dari keluarga yang lengkap dan kelihatan baik, tapi keluarganya disfungsional sehingga si anak tidak merasakan kehangatan maupun role model dari orang tuanya. Ada pula yang diasuh di keluarga baik-baik tetapi mereka bersikap bandel, membangkang dan tidak menghormati orang tuanya. Terus melawan, ribut dan tidak bersyukur, seolah-olah mereka berharap kalau bisa orang tuanya sekalian hilang ditelan bumi saja. Jika si orang tadi bertemu atau mendengar sifat anak-anak yang tidak bersyukur seperti ini, ia tentu sangat sedih, karena baginya mereka tidak menyadari seperti apa sakitnya tumbuh tanpa kehadiran ayah.

Alkitab mencatat beberapa kisah tokoh-tokoh luar biasa yang masa kecilnya tidak seberuntung kebanyakan dari kita. Misalnya Daud. Daud mengalami masa kecil yang cukup pahit. Ia tidak dianggap ada oleh orangtuanya dan hanya disuruh menggembalakan ternak. Sementara saudara-saudaranya yang lain disayangi dan dibesarkan dengan penuh perhatian dan keistimewaan, ia bagai dianak tirikan. Menggembalakan ternak sepintas terlihat bukan pekerjaan berat, tapi kalau kita pikirkan baik-baik, itu sebenarnya pekerjaan yang beresiko bahkan berbahaya. Ada banyak binatang buas yang bisa memangsa bukan saja ternak tapi juga dirinya setiap saat. Tapi justru dalam situasi seperti itulah Daud kemudian mengenal Tuhan dengan baik. Ia menyadari bahwa biar bagaimanapun Tuhan selalu ada melindunginya. Itulah yang kemudian yang membuat Daud sama sekali tidak takut menghadapi raksasa Goliat.

Bagaimana bahaya yang ia hadapi setiap hari menggembalakan ternak dan bagaimana ia memandang itu sebagai pengalaman yang memperkuat iman tercatat dalam Alkitab. Perhatikan reaksinya ketika disepelekan oleh Saul dan para prajurit Israel yang ketakutan melihat raksasa dengan tinggi 10 kaki dilengkapi peralatan perang lengkap. "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (1 Samuel 17:34-36). Daud bukannya membanggakan kekuatannya sendiri, tetapi ia menyatakan bahwa semua itu adalah berkat adanya Tuhan bersamanya. "Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (ay 37a). Kelak dikemudian hari Daud menyatakan kembali pengalaman kehidupan masa kecilnya antara ditolak orang tua dan hidup bersama Tuhan. "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku." (Mazmur 27:10).

(bersambung)

3 comments :

Unknown said...

keep posting, ditunggu kelanjutannya :)

Daniel said...

Amin

Unknown said...

Syalloom,

Puji Tuhan, sudah 3 tahun , setiap pagi saya selalu bersekutu dan mendengar Firman Tuhan dibantu dengan renungan ini.
Terima kasih, Tuhan Yesus selalu memberkati dan melindungi bapak dalam melayani dan juga keluarga bapak.

Salam,
Anna

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker