Monday, April 11, 2016

Korelasi Mengampuni dan Diampuni (4)

webmaster | 10:00:00 PM |
(sambungan)

Seringkali kita berlaku seperti si hamba dalam perumpamaan Yesus dalam Matius 18:21-35. Atas kesalahan kita yang luar biasa banyak, Tuhan tidak menuntut kita membayar hutang dosa yang begitu besar. Dia membebaskan kita, bahkan menganugerahkan AnakNya yang tunggal untuk menggantikan kita di atas kayu salib, menebus dosa-dosa kita agar kita tidak berakhir dalam kebinasaan. Itu sebuah kasih berukuran luar biasa, yang dilakukan saat kita masih penuh dengan dosa dalam hubungan yang terputus dengan Tuhan. Bukan salahnya Tuhan tapi salah kita, namun Tuhan bersikap proaktif, digerakkan oleh kasih dengan memberikan anugerah sebesar itu.

Sayangnya kebanyakan orang tidak menyadari itu. Kita begitu sulitnya mengampuni orang-orang yang bersalah, menyinggung, menyakiti atau menipu kita. Kalau orang minta maaf kita mungkin bilang ya tapi di hati sebenarnya masih tersimpan dendam yang belum beres. Ada juga yang berkata: "buat apa saya maafkan? Orangnya saja tidak minta maaf." Atau, kedua pihak sama-sama tidak merasa bersalah, sehingga gengsi untuk minta maaf duluan. Apakah orang yang bersalah itu sudah minta maaf atau tidak, itu seharusnya tidak menjadi soal. Ingatlah bagaimana Tuhan menyatakan belas kasihanNya kepada kita. Ingatlah bagaimana Tuhan membebaskan kita, mengampuni kita secara total dan bukan setengah-setengah. Jika Tuhan saja mau berbuat itu mengapa kita tidak? Lagipula, kalau masalah hubungan antara mengampuni dan diampuni ini disebutkan dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 6:12, itu artinya hal ini sesungguhnya amatlah penting.

Lebih lanjut lagi, lihatlah apa yang dikatakan Yesus saat memberi nasihat mengenai doa. "Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25). Itu wajib untuk kita lakukan agar doa-doa kita jangan sampai terhalang dan sia-sia saja. Selanjutnya dikatakan: "(Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)" (ay 26). Kembali kita lihat keterkaitan kuat antara diampuni dan mengampuni. Menahan dendam atau sakit hati bukan saja buruk bagi kesehatan tapi juga sangat merugikan kita dalam membangun hubungan yang bebas hambatan dengan Tuhan.

Terkadang memang tidak mudah bagi kita untuk mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita atau telah merugikan kita. Tapi pengampunan merupakan hal yang wajib diberikan oleh anak-anak Tuhan kepada orang yang telah menyakiti kita, dan idealnya itu seharusnya tanpa batas. Itu sebuah keharusan karena bukankah Tuhan sendiri tidak pernah berpelit pengampunan kepada kita? Coba pikir, ada berapa banyak kesalahan yang kita perbuat dalam hidup kita, dan seringkali pelanggaran-pelanggaran berat kita lakukan, yang seharusnya akan berakibat kebinasaan. Jika memakai standar kepantasan, ada banyak kesalahan yang rasanya tidak pantas dimaafkan dan seharusnya untuk itu kita harus siap menanggung hukuman berat. Tapi Tuhan begitu mengasihi kita dan selalu siap untuk mengampuni kita begitu kita bertobat. Itu bentuk kasih Tuhan yang luar biasa.

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker