Ayat bacaan: Matius 21:31
=====================
"Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah."
From sinner to saint, itu transformasi ideal yang diinginkan oleh siapapun, termasuk oleh Tuhan sendiri. Yesus sendiri menegaskan bahwa kedatanganNya bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa (Markus 2:17). Ayat ini secara jelas menunjukkan keprihatinan Tuhan akan ciptaanNya yang istimewa. Tidak sebatas prihatin tapi Tuhan pun bersikap proaktif dengan mengorbankan Kristus demi menebus umat manusia. Anehnya justru manusia sendiri yang kerap memberi respon negatif terhadap mereka yang bertobat atau yang butuh support agar bisa kembali ke jalan yang benar. Jangankan membantu, menerima saja enggan. Kalau manusia begitu, yang sangat disayangkan ada banyak pula gereja yang justru sukanya menghakimi ketimbang merangkul. Entah sadar atau tidak, mereka justru mengambil prinsip berlawanan dengan Yesus. Kalau Yesus datang untuk memanggil orang berdosa, mereka malah sibuk mencari orang benar (atau orang kaya?), dan menolak orang-orang yang rindu untuk pulih karena tidak ingin kumpulan orang 'benar' menurut pandangan mereka pada kabur dari kursi-kursi yang mereka sediakan.
Kalau orang yang keluar dari penjara masih diberi cap residivis, orang yang tadinya tersesat dalam dosa pun sangat sulit untuk bisa diterima di kalangan orang percaya. Itu kan sama saja dengan cap residivis milik dunia? Begitu mudahnya menghakimi orang lain, menganggap bahwa dosa mereka jauh lebih besar dari kita, sehingga terburu-buru menganggap bahwa mereka sudah pasti berakhir di dalam siksaan kekal kelak. Begitu mudahnya menolak, mengabaikan dan membuang orang yang sebenarnya sangat butuh pertolongan. Sayang sekali, tapi faktanya ada banyak orang percaya baik individu, kelompok/golongan bahkan gereja yang masih mentok pada pola pikir seperti itu.
Akan hal ini, sangatlah menarik apabila kita melihat sebuah perumpamaan singkat namun dalam artinya yang diucapkan bukan oleh salah satu murid melainkan langsung oleh Yesus sendiri, yaitu perumpamaan tentang dua orang anak. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan ini bukan di hadapan masyarakat umum melainkan di hadapan para imam-imam kepala dan pemimpin Yahudi yang merasa diri mereka paling alim di antara yang lainnya. Para pemimpin rohani yang bukannya mencerminkan hati Allah yang adalah kasih tetapi sangat mudah menghakimi orang lain seperti yang tercatat berkali-kali dalam Injil.
Mari kita lihat ayatnya. "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur." (Matius 21:28). Inilah pembuka perumpamaan itu. Ketika anak sulung itu diminta untuk bekerja di kebun anggur, ternyata anak sulung itu menolak. (ay 29). Mungkin anak sulung menganggap bahwa sebagai anak tertua ia sudah pasti mendapatkan segalanya sehingga ia tidak perlu lagi berbuat apapun. Anak sulung itu tahu ia wajib melakukan kehendak ayahnya, tapi ia tidak melakukannya karena merasa dirinya sudah aman. Lalu sang ayah mendatangi anak keduanya dan mengulangi permintaannya. Tanggapan si anak kedua ternyata berbeda. Mulanya menolak, namun kemudian ia menyesal dan menuruti permintaan ayahnya. "Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga." (ay 30). Lihatlah ada perbedaan nyata antara keduanya.
Yesus pun kemudian menanyakan pendapat para imam dan tua-tua Yahudi: "Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." (ay 31). Mengapa? Inilah sebabnya: "Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (ay 32).
Perumpamaan ini sesungguhnya bicara sangat jelas. Perbedaan antara yang masuk ke dalam Kerajaan Allah dan yang tidak bukanlah tergantung dari apa yang terjadi di masa lalu, tapi dari bagaimana kita menyikapi hidup kita saat ini, apakah dengan menyesali penolakan kemudian berbalik untuk percaya atau tetap menolak untuk itu. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi itu tahu persis apa yang telah berulang kali dinubuatkan sebelumnya, namun mereka tidak juga bisa percaya meski sudah langsung bertemu muka dengan Kristus. Sementara di sisi lain, orang-orang berlumur dosa mungkin hidup dalam kegelapan sepanjang hidupnya, namun ketika mereka membuka hati mereka dan bertobat dengan sungguh-sungguh dan mau mempercayakan hidup mereka sepenuhnya pada Yesus, maka Kerajaan Allah pun menjadi bagian dari mereka.
Perumpamaan ini mengajarkan hal penting bagi kita. Kita tidak boleh menghakimi orang lain, menganggap bahwa kita jauh lebih baik dari mereka, dan dari sisi lain kita bisa belajar bahwa setiap orang, yang berlumur dosa sekalipun tetap diberikan kesempatan untuk mendapatkan janji Tuhan akan keselamatan dan menjadi bagian dalam Kerajaan Allah.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (4)
(sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment