Friday, November 20, 2015

Dengan Kacamata Iman (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Ibrani 11:1
====================
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."

Letakkan empat kacamata di atas meja. Ada kacamata minus, kacamata plus, kacamata hitam dan kacamata 3D. Anda tentu tahu fungsi atau kegunaan masing-masing bukan? Walaupun sama-sama kacamata, masing-masing punya fungsinya sendiri. Kacamata minus untuk yang matanya susah melihat jauh, kacamata plus untuk yang kabur kalau membaca atau melihat objek dekat, kacamata hitam untuk memblok sinar matahari agar tidak silau dan kacamata 3D agar anda bisa menikmati tontonan film dengan format timbul tiga dimensi. Apabila anda membolak-balik kacamata dan kegunaannya tentu kacamata itu tidak akan memberikan manfaat apapun bagi anda. Bayangkan anda yang matanya minus pakai kacamata plus untuk melihat objek yang tidak dekat, yang matanya plus pakai kacamata minus untuk membaca, yang silau pakai kacamata 3D dan yang nonton film pakai kacamata hitam. Tidak nyambung sama sekali bukan? Bukannya bermanfaat tapi tidak akan ada gunanya atau malah semakin mengganggu.

Hal yang sama terjadi saat kita hendak memandang hidup kita ke depan. Lihatlah ada begitu banyak orang yang pesimis karena berhadapan dengan segala ketidakpastian. Tidak ada yang bisa membaca masa depannya secara pasti. No one can read the future. Itu bisa membuat kita cemas, gelisah atau bahkan takut. Karena ketidakpastian itu maka ada banyak orang yang terjebak untuk mengejar harta yang kata dunia bisa menjamin masa depan manusia. Semakin banyak uang, semakin aman. Itu kan yang diajarkan? Tapi kenapa banyak yang kaya raya malah tidak tenang dan bahagia hidupnya? Mereka takut semua itu hilang, ada yang mengambil, krisis yang membuat nilai uang menjadi anjlok tidak karuan dan sebagainya. Belum lagi kepastian dari sisi keamanan dan keadilan yang katanya dijamin negara tapi pada kenyataanya belum juga bisa terealisasi. Bagaimana orang tidak terus mencari celah korupsi, menipu dan mengorbankan orang lain dan berkejar-kejaran untuk terus semakin menumpuk kalau yang dilihat oleh mata mereka adalah masa depan yang seperti itu? Kita tidak bisa membaca masa depan. Benar. Tapi Firman Tuhan tidak pernah mengajarkan kita untuk cemas, gelisah apalagi takut. Kalau begitu, adakah kacamata khusus yang bisa kita pakai agar kita bisa melihat ke depan dan karenanya bisa merasa tenang? Adakah kacamata yang bisa membuat kita tidak perlu ragu dalam melangkah, tidak perlu takut dan kehilangan damai sejahtera serta sukacita? Ada. Namanya kacamata iman.

Perhatikan dan cerna baik-baik ayat berikut. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Dasar dari segala sesuatu, dari apapun yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat, dari yang belum kita alami. Dasar, dan bukti. Dari apa yang kita harapkan, dan dari yang belum bisa kita lihat. Itu adalah iman. We can look at the still unseen, at the future in close or far distance through faith. 

Jika demikian, jelaslah terlihat betapa pentingnya iman dalam hidup kita. Seberapa besar iman yang kita butuhkan? Yesus berkata "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Matius 17:20). Artinya ketika kita belum mengalami janji Tuhan, iman kita masih lebih kecil dari biji sesawi, yang ukurannya sangatlah kecil, dengan diameter rata-rata kurang dari satu milimeter. Sangat kecil bukan? Padahal jika kita memiliki iman seukuran itu saja akan bisa membawa dampak yang begitu besar.

Iman seringkali mudah diucapkan namun sulit untuk dipraktekkan atau diaplikasikan. Semua orang boleh saja mengaku sudah memiliki iman, tetapi semua akan terlihat jelas dari bagaimana reaksi kita dalam menghadapi situasi sulit atau pandangan kita ketika menatap masa depan yang penuh ketidakpastian. Reaksi dan pandangan kita, bagaimana respon kita dalam hidup, apakah ketenangan, damai sejahtera dan sukacita atau kegelisahan, rasa takut dan kecemasan yang ada disana, itu akan menunjukkan dengan jelas sebesar apa sesungguhnya iman kita saat ini. Sejauh mana kita percaya kepada janji Tuhan. Iman adalah buktinya.

Mari kita ambil satu tokoh saja sebagai contoh, yaitu Abraham. Kenapa Abraham yang saya ambil? Sebab Abraham disebut bapa orang beriman. Mengapa ia dikatakan demikian? Karena lewat kesaksian hidupnya ada serangkaian kisah yang menggambarkan tingkat keimanan sesuai ayat bacaan kita secara luar biasa besar.

"Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui." (Ibrani 11:8). Mari kita berandai-andai sejenak. Apabila kita ada di posisi Abraham, maukah kita pergi ke sebuah tempat yang tidak pernah kita kenal sebelumnya, di saat kita sedang hidup dengan tenteram, meninggalkan semua kenyamanan kita pada usia yang sudah tidak lagi muda? Jawaban ya mungkin mudah kita lakukan ketika kita sudah mengetahui apa yang terjadi selanjutnya. Karena kita sudah mengetahui kisah Abraham dan apa yang terjadi, maka mungkin mudah bagi kita untuk mengatakan ya. Tapi pada saat itu apakah Abraham tahu apa yang akan terjadi? Tidak. Tapi apakah ia taat dan pergi sesuai dengan panggilan Tuhan? Ya. Dan itu terjadi karena ia mengandalkan atau memandang dengan imannya. Meski tidak ada yang pasti dan pada saat itu ia belum mendapat penjelasan apa-apa mengenai tujuan Tuhan, nyatanya ia tetap pergi dan berdiam di tanah asing yang dijanjikan Tuhan kepadanya. (ay 9). Sekali lagi, itu karena imannya. Dan lihatlah apa yang ditulis alkitab mengenai itu. "Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah." (ay 10). Abraham memiliki visi tentang masa depan, sesuatu yang belum ia lihat secara nyata, sesuatu yang belum terjadi. Tetapi ia teguh melangkah karena ia memiliki bukti, yang ia peroleh lewat iman.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker