Saturday, November 21, 2015

Dengan Kacamata Iman (2)

(sambungan)

Ayat selanjutnya adalah mengenai keturunan yang dijanjikan. "Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia." (ay 11). Pada saat itu mereka sudah berusia sangat lanjut. Sara sudah lama menopause, Abraham sudah "mati pucuk". Secara manusiawi tidak akan ada lagi kemungkinan untuk punya anak. Tapi mereka bisa memegang janji Tuhan yang tentu terdengar sangat aneh karena diberikan kepada sepasang kakek nenek seperti Abraham dan Sara. Keturunan besar seperti bintang di langit dan pasir di laut? Kepada pasangan yang sudah sangat lanjut usia? Apa tidak salah? Kita mungkin akan tertawa ketika dijanjikan seperti itu, namun Abraham menerima janji dan memegangnya teguh, meski pembuktian itu tidak langsung datang seketika melainkan membutuhkan bertahun-tahun ke depan untuk digenapi. Dan kita tahu janji Tuhan itu secara ajaib terbukti. Abraham sudah mengetahuinya terlebih dahulu meski belum melihatnya, dan itu karena iman.

Lantas ketika Ishak sudah lahir, datang pula perintah Tuhan agar ia mengorbankan anak yang dijanjikan Tuhan sebagai persembahan. Lagi-lagi, jika kita diposisi Abraham, bagaimana reaksi kita? Sedih, kecewa, marah? Kepahitan? Dendam? Menuduh Tuhan mempermainkan kita seenaknya? Tapi tidak bagi Abraham. Alkitab kembali mencatat seperti ini: "Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." (ay 17-19).

Abraham tahu bahwa Tuhan tidak terbatas kuasaNya, dan ia tahu persis bahwa Tuhan bukanlah sosok kejam dan jahat. Semua itu pasti ada alasannya, dimana rancangan Tuhan itu akan selalu baik. Oleh karena itu ia taat, dan kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Dari mana ia memperoleh kepastian atau buktinya? Alkitab dengan jelas mengatakan, "Karena iman".  Karena iman ia mendapat segala bukti terhadap apa yang belum ia lihat dengan iman. Dia bisa memiliki visi yang jelas di masa depan karena ia percaya sepenuhnya kepada janji Tuhan, dan ia memiliki bukti nyata karena ia memandang dengan iman. FAITH is the assurance of the things we hope for, being the proof of things we do not see and the conviction of their reality.

Aplikasi dan implikasi iman sesungguhnya sangatlah luas. Iman mampu menjadi dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti kuat dari apapun yang belum kita lihat. Yesus berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Kuncinya hanya satu: percaya. Dan percaya akan hadir lewat iman. Dan jangan lupa, karena iman dalam Kristus pula kita dibenarkan, sehingga kita bisa hidup tenang dalam damai sejahtera. "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah." (Roma 5:1-2).

Kita memang tidak tahu apa yang bisa terjadi di kemudian hari. Sedetik dari sekarang pun kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi mampukah kita menjalaninya dengan tenang, dengan penuh rasa syukur? Mampukah kita percaya bahwa Tuhan akan selalu berada bersama kita dan melindungi kita? Bisakah kita memiliki visi seperti Abraham yang bisa melihat janji Tuhan dinyatakan jauh sebelum itu terjadi? Apa yang akan kita alami akan sangat tergantung dari cara pandang kita. Ingatlah bahwa meski semuanya belum terjadi, kita sudah memiliki bukti yaitu iman.

Oleh karena itu, marilah kita memandang ke depan dengan optimis. Pergunakan kacamata yang tepat dalam memandang masa depan, dan itu adalah kacamata iman. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan setiap anak-anakNya yang taat mengikuti kehendakNya. Itu sudah dibuktikan oleh para saksi iman sepanjang alkitab, itu sudah saya buktikan sendiri dan ada banyak orang yang pasti bisa memberi kesaksian yang sama. Hal yang sama pasti bisa terjadi pada diri anda juga. None of us can read the future, but we can look at it through faith. Use your faith and live happily.

Kacamata yang tepat akan memungkinkan anda melihat dengan baik

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (5)

 (sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...