Monday, November 16, 2015

OKB

Ayat bacaan: 2 Tawarikh 12:1
==============================
"Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh."

Siapa sih yang tidak ingin kaya? Kalau boleh memilih tentu tidak satupun dari kita yang ingin dengan sengaja hidup kekurangan. Jangankan kekurangan, pas-pasan saja sudah sulit rasanya, apalagi kalau kita menyadari bahwa kita hidup ditengah serangan konsumerisme yang luar biasa dahsyatnya. Dalam perjalanan hidup, saya belajar banyak akan hal ini. Saya pernah lebih dari cukup, kemudian terhempas drastis ke titik terendah, tapi lalu bangkit lagi setelah bertobat. Apa yang saya rasakan adalah jauh lebih baik kalau kita hidup biasa-biasa saja tapi didalamnya ada Tuhan yang menjaga ketimbang punya harta berlimpah tapi tanpa Tuhan. Yesus bilang, ngengat dan karat serta pencuri bisa menghancurkan semuanya, dan itu sungguh benar adanya. Satu hal lagi, akan sangat berbahaya apabila kesuksesan atau kekayaan itu datang pada kita tetapi mental kita belum siap untuk itu. Itu bisa membuat kita tersesat jauh dan kemudian jatuh dalam berbagai bentuk dosa. Obat-obat terlarang, dosa perzinahan, kehidupan malam, gaya hedonisme, dosa keangkuhan/kesombongan, itu baru sedikit contoh dari jerat/jebakan dosa yang siap menelan kita apabila mental kita belum siap untuk menerima kekayaan dan/atau popularitas tersebut. Dan biasanya, hal itu akan segera terlihat jelas kasat mata.

Ada istilah yang sangat sering dipakai untuk menggambarkan mereka yan tiba-tiba kaya mendadak tapi mentalnya belum siap, yaitu OKB alias Orang Kaya Baru. Istilah ini sering disematkan kepada seseorang yang tiba-tiba berubah sikap dan tingkah lakunya di mata masyarakat setelah pamor atau kekayaan mereka meningkat jauh dari biasanya. Ketika dulu mereka ramah, kini mereka menjadi angkuh. Jangankan menyapa, melihat saja tidak mau. Dagu terangkat ke atas, omongan menjadi tinggi dan cenderung merendahkan orang lain. Ini sesuatu yang mungkin sering kita lihat langsung di tengah-tengah kita. Harta dan kekuasaan memang bisa membuat perubahan instan dalam hidup seseorang. Adalah baik jika itu semua membuat seseorang malah menjadi semakin rendah hati dan semakin rajin membantu sesama, tapi yang sering terjadi malah sebaliknya. Kesombongan timbul, bertambah pelit dan tidak lagi peduli terhadap orang lain bahkan mudah merendahkan orang. Hal seperti ini bukan hanya terjadi bagi orang-orang dunia, di kalangan orang percaya pun kita bisa menjumpai hal ini.

Betapa ironisnya, ketika kita berdoa meminta pertolongan Tuhan di kala kita hidup berkekurangan, lalu Tuhan menurunkan berkatNya, kita bukannya bersyukur dan memuliakanNya dengan menjadi saluran berkat bagi orang lain, tapi kita malah tergoda untuk bersikap sombong. Saat dalam keadaan pas-pasan manusia rajin beribadah dan berdoa, tetapi ketika dipulihkan secepat itu pula manusia berubah dan menggantikan prioritasnya dengan harta. Tuhan tidak lagi ada di posisi teratas dalam hidupnya. Haruskah kita takut akan kekayaan, jabatan, popularitas atau otoritas? Haruskah itu kita anggap tabu dan kita harus memilih untuk hidup susah? Seharusnya tidak, kalau kita tahu bagaimana kita harus menyikapinya dan tahu untuk apa itu semua diberikan kepada kita. Tapi namanya manusia, sangat banyak orang yang mengalami perubahan sikap menjadi lebih buruk setelah mengalami kesuksesan. Dan itu sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satunya adalah raja Rehabeam, anak Salomo, seorang raja Yehuda.

Kisahnya bisa kita baca dalam kitab 2 Tawarikh. Dikatakan: "Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh." (2 Tawarikh 12:1). Perhatikan bahwa Rehabeam lupa diri ketika berada di puncak kejayaannya. Dia tidak merasa butuh Tuhan dan mengira bahwa semua itu adalah hasil usahanya sendiri. Dia terlena dalam kebanggaan berlebihan dengan apa yang ia miliki. Kekayaannya dan negerinya, juga kekuatan pasukannya. Sifat seperti ini adalah sesuatu yang sangat salah di mata Tuhan, karena dalam kesempatan lain FirmanNya sudah berkata: "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).

Kembali kepada kisah Rehabeam, apa yang terjadi adalah datangnya malapetaka lewat serangan dari Mesir dan aliansinya yaitu orang Libia, Suki dan Etiopia yang dipimpin oleh raja Sisak. Serangan ini segera memporakporandakan Yehuda. Nabi Semaya pun kemudian datang untuk menyampaikan teguran Tuhan kepada Rehabeam. "Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yerusalem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Akupun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak." (2 Tawarikh 12:5). Untunglah Rehabeam lekas sadar bahwa tanpa campur tangan Tuhan ia tidaklah ada apa-apanya. Lalu ia segera datang merendahkan dirinya dan bertobat. Melihat kesungguhan hati Rehabeam tersebut, Tuhan yang penuh belas kasih pun segera mengurungkan niatnya untuk menghukum Rehabeam dan rakyatnya. "Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda." (ay 12).

Kesombongan tidaklah pernah mendapat tempat di mata Tuhan. Lihatlah bahwa kehancuran tidak jadi ditimpakan karena sang raja merendahkan dirinya dan selain itu, di Yehuda sebenarnya masih ada hal-hal baik yang menjadi pertimbangan Tuhan untuk mengampuni mereka. Perihal kerendahan hati, Firman Tuhan sudah berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6). Jauh sebelumnya, ayah Rehabeam sendiri yaitu Salomo mengatakan "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5), juga "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (ay 8).

Apabila kesalahan sudah terlanjur kita lakukan, berbaliklah segera. Kita punya Tuhan yang panjang sabar dan penuh kasih yang akan segera mengampuni kita begitu kita datang kepadaNya membawa pertobatan sungguh-sungguh. Jangan lupa bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), tidak ada apapun yang bisa kita banggakan, karena semua yang kita miliki berasal dari Tuhan (Ulangan 8:14-18).

Mari kita periksa diri kita hari ini, apakah bentuk-bentuk kesombongan, keangkuhan, kepongahan, sikap tinggi hati dan sebagainya masih ada dalam diri kita? Apakah kita masih menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama atau tidak? Jika masih ada, bereskanlah segera. Datanglah merendahkan diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh, sebelum kehancuran terlanjur menimpa diri kita. Kekayaan dan berbagai berkat seharusnya disikapi dengan rasa syukur dan kerinduan untuk menjadi saluran kasih Tuhan, bukan malah menjadi awal masuknya berbagai dosa yang menggagalkan kita menerima anugerah keselamatan.

Stay humble, be thankful and bless others

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...