Monday, November 2, 2015

Domba dan Gembala yang Baik (2)

(sambungan)

Pengalamannya sebagai gembala yang digembalakan Tuhan tidak menunggu waktu lama untuk dibuktikan lewat kasus nyata dan serius. Mari kita lihat kata-kata Daud ketika ia merasa terbakar mendengar provokasi yang dilakukan Goliat dan tentara-tentara Filistin lainnya. Pada saat itu semua tentara Israel termasuk Saul merasa ketakutan karena mereka jelas kalah besar dan kalah lengkap dibandingkan Goliat, tentara Filistin dan seluruh peralatan perang mereka yang lengkap, termasuk perisai dan baju besi pelindung yang secara detail disebutkan dalam 1 Samuel 17:4-7. Tapi ada perbedaan nyata memandang itu semua antara Daud dan para prajurit Israel lainnya. Apa yang membedakan adalah sebuah pengalaman pribadi bersama Tuhan. Itu kelebihan Daud yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan uniknya semua itu ia alami dalam masa-masa dirinya menjadi seorang gembala domba.

Daud berkata: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (ay 34-35). Bayangkan anak kecil yang mampu melawan singa atau beruang demi melindungi domba-domba gembalaannya! Jika ia mampu menghadapi singa dan beruang, mengapa harus takut kepada Goliat? "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (ay 36).

Pertanyaannya sekarang, bagaimana mungkin seorang anak kecil yang lemah secara fisik mampu melakukan itu sendirian? Daud memberikan jawabannya. "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (ay 37). Daud mungkin lemah, tapi Tuhan tidak! Tuhanlah yang melepaskan dirinya dari semua bahaya. Ia tahu bahwa ia berada bersama Tuhan dalam pekerjaannya, dan Tuhan memberkati pekerjaannya yang mungkin tidak ada apa-apanya di mata orang. Ketika yang lain dengan gagah menjadi tentara, ia hanyalah seorang gembala domba. Tapi lihatlah bagaimana penyertaan Tuhan mampu memberikan perbedaan. Justru dalam pekerjaan "sederhana" nya itu ia mengalami penyertaan Tuhan secara nyata, secara pribadi. Dan itu membuat cara pandang Daud berbeda dari orang Israel lainnya. Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Daud berhasil mengalahkan Goliat hanya dengan senjata sederhana, batu dan umban (ketapel). Ia mengemban tugasnya yang tidak sekeren jadi prajurit dengan sepenuh hati, ia memberikan yang terbaik dari dirinya untuk menjalankan tugas dengan baik, dan Tuhan sendiri yang berada bersamanya. Ia menggembalakan ternak ayahnya, menjaga dan melindungi para hewan ternak, memastikan mereka makan dan berada dalam keadaan aman, sementara Tuhan ada bersamanya sebagai gembala yang melindungi dan memberkatinya.

Saya membayangkan inilah yang diingat Daud ketika ia tengah memuji Tuhan dan merenungkan kebaikanNya. Dan ayat emas yang saya angkat sebagai ayat bacaan hari ini pun lahir. "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:1-3). Daud ingat akan pengalamannya sebagai gembala, yang rela mengorbankan nyawa demi melindungi domba-dombanya. Dia bekerja melindungi domba-domba yang dituntunnya agar selamat. Bukankah Tuhan pun demikian? Penyertaan Tuhan terbukti mampu melindunginya dari cakaran singa dan beruang,  juga dari raksasa Goliat yang berperalatan lengkap, dan itu merupakan sebuah pengalaman pribadi tersendiri yang luar biasa. Itulah sebabnya Daud bisa berkata bahwa Tuhan adalah gembalanya. Di kemudian hari Yesus kembali menyatakan dengan sangat jelas mengenai hal ini yang tertulis dalam Yohanes 10 seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Perkataan Yesus ini menggambarkan hubungan tepat seperti apa yang dialami Daud, dan inilah yang berlaku juga kepada kita hari ini. Kita adalah domba-domba yang lemah, yang rentan, namun bersama Gembala yang baik, kita tidak perlu khawatir. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Apakah kekhawatiran hari ini masih menyita hidup anda? Apakah berbagai tekanan terus melemahkan anda? Apakah pekerjaan anda hari ini terasa begitu biasa-biasa saja dan kelihatan rendah di mata orang lain? Dari pengalaman Daud kita bisa berkaca bahwa Tuhan bisa memakai itu semua secara luar biasa. Tuhan tetap bisa pakai itu agar kita bisa mengalamiNya secara pribadi.

Sesungguhnya mengalami Tuhan secara pribadi mampu memberikan cara pandang yang berbeda. Ayub sendiri akhirnya mengakui bahwa lewat penderitaanlah ia akhirnya mengenal Tuhan secara pribadi, bukan lagi atas apa kata orang semata. "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5). Kita akan bisa mengakui bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik, yang tidak akan membiarkan kita kekurangan, ketika kita sudah mengalami sendiri pengalaman-pengalaman indah bersama Tuhan. Dan itu bisa terjadi lewat pekerjaan kecil sekalipun, lewat berbagai penderitaan dan masalah yang mungkin sedang kita alami.

Oleh karena itu jangan kecil hati, jangan patah semangat, tapi bersyukurlah senantiasa. Alamilah penyertaan Tuhan secara pribadi, hingga pada suatu ketika kita bisa dengan keyakinan penuh berkata: "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."

THE LORD is my Shepherd, I shall not lack

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (4)

 (sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...