=====================
"Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Popularitas menjadi impian semua orang di jaman sekarang. Kalau dulu popularitas hanya bisa didapat dari keahlian atau kemampuan istimewa seseorang, hari ini dengan begitu banyaknya media, popularitas bisa dicapai dengan segala cara. Lewat video yang diunggah ke Youtube misalnya, ada banyak orang yang menampilkan hal-hal lucu meski tanpa makna agar bisa terkenal secara instan. Beberapa sukses menarik minat media seperti televisi sehingga menjadi tenar dalam sekejap, tapi mereka-mereka ini pun kemudian meredup tak kalah cepatnya pula karena tidak didukung oleh kesiapan baik secara mental maupun kemampuan. Korban eksploitasi media? Mungkin. Yang jelas popularitas instan ini ternyata merusak sikap (attitude) dari beberapa korbannya. Popularitas dadakan membuat mereka cepat berbangga diri sehingga terjebak pada perilaku sombong, gaya hidup hedon dan kelakuan buruk lainnya. Masih ada orang-orang yang menjalankan panggilan tanpa mempedulikan ketenaran, tetapi jumlahnya sangat sedikit dibanding orang yang mencari popularitas demi kepentingan sendiri. Masih ada orang-orang yang berusaha terus memuliakan Tuhan dalam apapun yang mereka kerjakan, tapi jumlahnya kalah banyak dibanding orang yang berpusat pada diri sendiri. Seperti apa kita harus menyikapi kesuksesan dan pentingkah popularitas menurut Tuhan?
Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk mengejar popularitas. Populer di mata orang lain itu tidaklah penting. Firman Tuhan mengatakan "Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Lukas 6:26). Celaka? Ya, celaka, karena semua itu bisa membuat kita lupa diri kemudian melupakan Sang Pemberinya sendiri. Apa yang dituntut dari kita adalah terus berupaya bukan menjadi orang besar tapi menjadi orang benar, semakin sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48), menghayati keberadaan kita sebagai manusia baru yang terus diperbaharui untuk lebih mengenal Allah dengan lebih dalam (Kolose 3:10) dan terus semakin menyerupai Yesus dengan pertolongan Roh Kudus yang telah dianugerahkan untuk diam di dalam diri kita. (2 Korintus 3:18). Itu yang diinginkan bagi kita, dan bukan untuk mengejar popularitas di mata manusia yang hanya sementara sifatnya.
Alkitab juga berkata, semakin tinggi kita menapak naik, kita seharusnya semakin kecil, dan Allah sendiri yang harus semakin besar. Yohanes Pembaptis bisa saja membanggakan diri sebagai sosok yang membaptis Yesus, tetapi lihatlah apa katanya. "Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya...Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yohanes 3:28,30). Kemuliaan Allah harus terus semakin besar lewat pribadi kita dan dalam saat yang sama kita harus terus semakin rendah hati dan tidak tergiur oleh dorongan mencari popularitas di mata manusia.
Tidak menganggap penting popularitas berarti harus siap dianggap aneh. Tapi kalau memang kita harus dianggap aneh oleh dunia, atau malah harus menghadapi resiko disingkirkan atau dikucilkan, biarlah. Itu jauh lebih baik ketimbang kita mentolerir berbagai bentuk pelanggaran yang akan semakin menjauhkan kita dari posisi kita sebagai ahli waris Tuhan. Yesus bahkan telah mengingatkan "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mengapa demikian? "Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." (Matius 16:25). Dan ini adalah sesuatu yang kekal. Something everlasting and eternal. Itu yang dijanjikan oleh Kristus, dan itulah yang jauh lebih pantas kita usahakan ketimbang mencari popularitas di dunia yang sifatnya hanya sementara ini. Itu tepat seperti apa yang dikatakan Yesus selanjutnya: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (ay 26). Apalah artinya popularitas di dunia dibandingkan dengan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hidup yang terberkati dalam Kerajaan Allah? Itu sama sekali tidak sebanding.
Melakukan sesuatu yang benar tapi beresiko disisihkan banyak orang atau dianggap bodoh, atau sebaliknya melakukan hal yang salah tapi akan dipuja-puja orang lain. Semua itu tergantung kita. Tidak mudah memang untuk tampil benar di dunia yang penuh kesesatan. Tidak mudah untuk tampil lurus di lingkungan yang bengkok. Tapi itulah yang menjadi panggilan kita. Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang benar dan bukan untuk menjadi populer di mata dunia. Kalaupun kita populer, jangan pakai popularitas itu demi kesombongan pribadi, tapi muliakanlah Tuhan di dalamnya. Pakai itu sebagai alat untuk memperluas KerajaanNya di muka bumi ini, tunjukkan keteladanan mengenai cara hidup benar yang berkenan di mata Tuhan. Populer atau tidak, itu tidak penting, karena bagaimana kita menjalani hidup yang sesuai kehendakNya, menjalankan sesuai rencanaNya dan memuliakan Tuhan didalamnya, itulah yang penting.
Kita diminta untuk menjadi orang benar dan bukan untuk menjadi populer
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
No comments:
Post a Comment