Tuesday, April 8, 2014

Belajar dari Seorang Atlit (3)

(sambungan)

3. Fokus pada tujuan
Apa target yang ingin anda capai? Jangka pendeknya apa, dan jangka panjangnya apa. Ini akan sangat menentukan skala prioritas dalam hidup anda. Seorang atlit tentu ingin menjuarai kompetisi atau turnamen. Mula-mulai dalam sirkuit lokal, kemudian nasional, lalu internasional dan kemudian ingin tercatat dalam sejarah dengan tinta emas. Singkatnya, ingin keluar jadi pemenang. Kalau itu targetnya, fokuslah kesana, kepada tujuan. Demikian kira-kira tips selanjutnya dari sang atlit.

Hidup sejatinya adalah sebuah perlombaan atau pertandingan, dimana kita harus berjuang dan rela berkorban agar bisa tampil sebagai pemenang. Lihatlah apa kata Paulus berikut: "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." (1 Korintus 9:24-25). Dalam sebuah pertandingan akan ada banyak peserta, tapi yang keluar sebagai pemenang hanya satu. Karena itu kita harus bertanding dengan fokus yang benar dan tepat pada tujuan. Kalau pertandingan olah raga hanya menghasilkan piala atau mahkota yang hanya sementara alias fana, pertandingan dalam hidup mengarahkan kita untuk memperoleh mahkota yang sifatnya abadi. Tidak akan habis, tidak akan diambil lagi, tidak akan digantikan oleh orang lain, dan berlaku untuk selama-lamanya. Seperti itulah mahkota yang sifatnya abadi.

Ada banyak orang yang mengalami kegagalan karena salah dalam menetapkan prioritas. Kesalahan menetapkan prioritas seringkali berawal karena keliru menetapkan fokus dan tujuan. Orang mempertuhankan harta, menghamba pada mamon karena mengira bahwa uang adalah sumber kebahagiaan dan segala yang baik. Tapi pada kenyataannya, seringkali itu menjadi sumber malapetaka yang mungkin saja tidak lagi bisa diperbaiki atau dipulihkan karena kerusakannya terlanjur fatal. Dunia mungkin terus mengajarkan kita untuk mengejar harta kekayaan agar bisa memiliki pergaulan kelas atas dan benda-benda yang dipercaya bisa mendatangkan kebahagiaan hidup, tapi firman Tuhan berkata: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Lihatlah bahwa ada kesalahan prioritas apabila yang didahulukan adalah hal-hal lain selain Kerajaan Allah, dimana kewarganegaraan kita seharusnya berada. Tidak salah jika kita harus bekerja untuk memperoleh penghasilan, tapi pastikan bahwa tujuan atau niatnya benar. Apakah itu hanya untuk pemuasan diri sendiri, untuk foya-foya atau dibuang kepada hal yang sia-sia atau bahkan merugikan, atau dipakai untuk memuliakan Tuhan dan memperluas KerajaanNya di muka bumi ini.

Tantangannya berat. Pesertanya banyak. Godaan ada disekeliling kita, demikian pula penyesatan arah. Apakah kita sanggup untuk tetap fokus pada tujuan dan kemudian keluar sebagai pemenang, menerima mahkota yang abadi atau kita gagal mencapai garis finish? Sekali lagi, fokus kepada tujuan yang benar akan memampukan kita untuk menetapkan skala prioritas yang benar pula. Jika anda masih belum mengatahui apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup anda, cobalah renungkan, cari tahu dan berdoalah minta petunjuk dari Tuhan. Dia akan selalu siap menyingkapkan apa yang menjadi rencanaNya atas hidup anda, bahkan Dia siap untuk menyingkapkan rahasia-rahasia Kerajaan apabila anda bergaul karib denganNya.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...