Friday, October 6, 2023

Sukacita (2)

 (sambungan)

Tetapi itulah sebenarnya sebuah kekeliruan yang fundamental dalam memandang sukacita. Kita berpikir bahwa sukacita akan otomatis hadir jika hidup
ttanpa masalah. Tetapi bukankah kita sudah sering melihat, atau bahkan pernah mengalami saat dimana kita tidak merasa bahagia justru di tengah keadaan baik? Sebaliknya, ada orang yang hidupnya pas-pasan atau malah sedang kekurangan, tapi ternyata mereka masih punya sukacita.

Menyerahkan perasaan kepada kesulitan yang tengah dihadapi akan membuat kita semakin jauh dari sukacita. Kalau membiarkan hati dan otak kita terus memikirkan atau merasakan kesusahan, sukacita pun akan tergusur hingga pada akhirnya lenyap dari diri kita. Kita yang sedang susah akan mudah berkata bahwa kita bisa tidak mungkin bisa gembira ketika hidup sedang penuh dengan problema, tetapi masalahnya hidup yang berjalan tanpa masalah itu tidak akan pernah selalu ada setiap saat. Pada waktu-waktu tertentu kita akan berhadapan dengan setumpuk permasalahan, yang terkadang bahkan datang pada waktu bersamaan sekaligus.

Kalau kita gantungkan sukacita disana, mau kapan kita bisa bersukacita? Bukankah hidup hampir tidak pernah bisa sepenuhnya bebas tanpa masalah? Jika demikian, bagaimana kita bisa tetap merasakan sukacita meski di tengah kesulitan-kesulitan yang ada dalam hidup kita?

Lewat Daud kita bisa menemukan jawabannya. Lewat Daud kita bisa belajar bahwa sukacita yang bisa membawa rasa gembira dalam hidup ternyata bukan tergantung dari kesulitan-kesulitan yang kita alami, melainkan bergantung kepada seberapa jauh kita mengandalkan Tuhan dalam hidup kita, seberapa dekat kita berada denganNya, atau seberapa jauh kita menyadari  keberadaan Tuhan bersama dengan kita.

(bersambung)

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...