Monday, June 19, 2017

Pentingnya Melepaskan Pengampunan (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Matius 6:14
=================
"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga."

"Cukup sudah saya bersabar! Tidak ada lagi maaf baginya!" Seperti itulah ungkapan kekesalan dari seseorang yang saya kenal terhadap temannya yang telah menyakiti hatinya. Kalau dari ucapannya, kita bisa tahu bahwa temannya bukan cuma sekali membuatnya kesal tapi sudah berulang kali. Ibarat luka, jangankan sembuh, belum kering sudah diiris lagi. Berulang-ulang. Tentunya ia bukanlah orang satu-satunya yang mengalami hal ini. Saya dan anda pun pasti pernah mengalami perasaan seperti itu. Bahkan mungkin ada diantara teman-teman yang saat ini sedang merasakan kekesalan sedemikian rupa sehingga sulit sekali untuk bisa melepaskan pengampunan.

Pengampunan adalah sebuah alternatif reaksi sebagai respon dari rasa kecewa, kesal, sedih, marah yang timbul dari perilaku tidak menyenangkan, menyinggung hingga merugikan yang dilakukan oleh orang lain. Saya katakan alternatif karena ada reaksi lain yang bisa menjadi reaksi seperti membenci, mendendam hingga melakukan pembalasan. Ada kalanya orang melukai kita sedemikian parah sehingga sepertinya kita tidak punya alasan lagi untuk bisa mengampuni. Apalagi kalau apa yang mereka lakukan sudah mengakibatkan kerugian atau kehilangan yang tidak lagi bisa tergantikan atau kembali lagi. Kita sering lihat di televisi bagaimana keluarga yang salah satu anggotanya jadi korban pembunuhan menuntut hukuman setimpal yang seringkali mengarah pada harapan jatuhnya hukuman mati bagi pelaku. Saya tidak mau menyalahkan mereka karena apa yang mereka rasakan pasti tidak terperikan. Tapi apa sebenarnya yang seharusnya dilakukan oleh orang percaya? Apa kata Tuhan tentang pengampunan yang seharusnya kita jadikan panduan? Mengapa kita harus mengampuni? Adakah resiko apabila kita tidak mau melepaskan pengampunan? Atau, adakah batas bagi kita untuk memberi pengampunan baik dari segi jumlah maupun tingkatan berat tidaknya kesalahan seseorang?

Secara umum ada empat level mudah sulitnya buat kita melepaskan pengampunan.

Mengampuni yang menyadari kesalahannya, menyesali dan minta maaf, itu mudah.
Mengampuni yang tidak mengaku atau merasa salah, itu lebih sulit.
Mengampuni yang sudah salah masih provokatif dan terus cari masalah, itu lebih berat.
Mengampuni yang terlanjur mendatangkan kerugian, kehilangan atau kerusakan fatal dalam hidup kita jelas lebih sulit.

Ada di level mana kita hari ini bisa menjadi gambaran seperti apa buah dari pertumbuhan iman kita, sedalam dan sekuat apa kita berakar pada Tuhan. Apabila di level satu saja kita sudah sulit atau bahkan tidak bisa, kita tidak akan bisa berharap bahwa kita sanggup melakukannya di level berikutnya. Oleh karena itu kita bisa melatih diri dari perkara-perkara kecil dan relatif ringan untuk melepaskan pengampunan. Seperti halnya aspek-aspek lain kehidupan, dari pengalaman saya kebesaran dan kerelaan hati untuk bisa mengampuni memerlukan latihan dan seringkali perubahan cara pandang atau paradigma tentang bentuk kehidupan yang diinginkan Sang Pencipta untuk kita terapkan.

Satu hal yang pasti, kalau kita menggantungkan keputusan kita untuk mengampuni atau tidak pada berat ringannya kesalahan seseorang - yang tentu saja relatif dan subjektif - , kita akan sulit melakukannya. Pada suatu kali saya pernah disakiti oleh seseorang yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Sudah salah, ia masih provokatif dan menyerang. Melihat saya tidak menanggapi pakai otot seperti dirinya, ia malah merasa diatas angin karena merasa saya kalah melawan gertakannya. Tidak satupun Firman Tuhan yang membenarkan saya untuk membalas atau merespon sepertinya, itu saya tahu, bahkan dengan alasan bela diri sekalipun. Yang harus saya lakukan adalah mengampuninya saat itu juga, menyerahkan keadilan pada Tuhan (yang artinya kalau memang saya yang salah saya harus siap ditegur) dan terus mendoakan dan memberkatinya. Berat? Pada mulanya mungkin ya, tapi saat itu saya lakukan, ada perasaan damai dalam hati yang sangat berbanding terbalik dengan perasaan yang kita alami pada saat kita merespon balik dengan tindakan kekerasan.

Pada saat itu saya belajar tentang satu hal sederhana tetapi sangat berguna hingga hari ini, yaitu dari sudut mana seharusnya kita memandang untuk menyikapi provokasi atau perilaku buruk orang dengan memberi pengampunan terhadapnya. Kalau kita pandang dari sisi kesalahannya, maka kita tidak akan pernah selesai. Bukankah ia yang bersalah? Bukankah ia yang mulai? Yang menyerang? yang memancing? Yang menghujat, menghina atau menyerang? Lantas mengapa kita harus memaafkan, atau terkadang harus berbesar hati meminta maaf terlebih dahulu? Kalau dia tidak minta maaf, buat apa kita maafkan? Itu akan menjadi reaksi normal kebanyakan orang saat menghadapi situasi sulit seperti ini. Tapi cobalah pandang dari sisi lain, sebelum kita lihat apa kata Firman Tuhan akan hal ini, yaitu dari sisi kesehatan.

Ada begitu banyak penelitian yang membuktikan bahwa rasa sakit hati, dendam, amarah mendatangkan begitu banyak masalah dalam hidup kita. Mulai dari kepahitan, sulit maju, hingga berbagai sakit penyakit yang bisa sampai membawa konsekuensi berat bagi hidup kita seperti darah tinggi, jantung bahkan memicu pertumbuhan sel-sel kanker. Dari pengalaman saya, perbedaan sangat mudah dirasakan saat kita merespon dengan emosi dibandingkan saat kita mengampuni. Saat kita menanggapi dengan emosi, jantung terasa berdebar kencang dan keras, hati dan kepala terasa panas, dan Firman Tuhan banyak menyebutkan bahwa "amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah" (Yakobus 1:20).

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker