Friday, March 3, 2017

Sungkan (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Nehemia 2:7-8
===============
"Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku."

Sungkan dalam kamus memiliki tiga pengertian. Sebuah sikap malas atau enggan mengerjakan sesuatu, merasa tidak enak hati dan menaruh hormat atau segan. Dalam kehidupan sehari-hari saat ini sungkan lebih banyak dipakai pada pengertian kedua dan ketiga, yang kerap dihubungkan dengan rasa segan terhadap seseorang termasuk ketika kita ada perlu dengan mereka. "Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan-sungkan ya bilang sama saya," itu contohnya saat ada orang yang menawarkan bantuan dan berharap kita tidak segan untuk datang kepada mereka. Di satu sisi sebisa mungkin kita jangan merepotkan orang. Jangan sedikit-sedikit minta tolong sana sini. Tapi di sisi lain ada banyak orang yang terlalu segan untuk meminta tolong kepada orang lain. Ada yang segannya berlebihan, ada pula yang gengsi. Yang tidak mereka sadari, dengan sungkan itu mereka bisa kehilangan momen dan kesempatan untuk maju.

Sungkan merepotkan orang itu tidak salah. Tapi kalau sungkan sudah berlebihan tentu juga tidak baik. Kita harus ingat bahwa manusia pada hakekatnya sebagai mahluk sosial yang memang tidak sempurna. Sebagai mahluk sosial kita harus terhubung dan bekerja sama dengan orang lain agar bisa terus meningkat maju. Selalu saja ada saat dimana kita butuh uluran tangan atau bantuan dari orang lain. Kalau memang kita tidak bisa melakukannya dan membutuhkan orang lain, tidak ada salahnya kita sampaikan. Jangan lupa bahwa  Tuhan bisa, dan kerap memberkati kita dan memberi jawaban lewat tangan orang lain.

Akan hal ini kita bisa belajar dari Nehemia. Nehemia adalah satu dari orang-orang bangsa Yehuda yang kembali dari pembuangan di Babel seperti yang tercatat dalam kitab Ezra 2:2. Masa hidup Nehemia adalah di jaman ketika Yehuda menjadi bagian dari Persia. Nehemia merupakan orang dengan jabatan atau posisi yang cukup baik, yaitu sebagai juru minuman raja. Jabatan yang ia sandang ini memungkinkannya untuk memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sang raja Persia waktu itu yang bernama Artahsasta.

Pada suatu hari ia mendengar berita mengenaskan mengenai keadaan saudara-saudari sebangsanya yang telah kembali dari pembuangan. Ia merasa prihatin, karena di saat ia beruntung karena punya jabatan terpandang, ternyata bangsanya sendiri justru tengah menderita berada dalam kesengsaraan berat. "Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar." (Nehemia 1:3). Bagaimana reaksi Nehemia mendengar tentang kemalangan yang sedang diderita bangsanya? Nehemia tidak diam saja, ia menangis dan berkabung berhari-hari. Bukankah Nehemia bisa saja tidak peduli, karena dia sebenarnya sudah hidup baik dan berkecukupan dalam posisi aman? Tentu bisa. Tapi bukan itu yang menjadi sikapnya. Meski ia tidak mengalami kesusahan dalam hidup, ia turut merasakan kepedihan yang dirasakan bangsanya.

Ada banyak orang yang berhenti hanya pada rasa prihatin tanpa mau berbuat apa-apa, tapi tidak dengan Nehemia. Ia menjawab kesedihannya dengan mulai melakukan beberapa hal. Yang pertama, Nehemia berpuasa dan berdoa. Bukan hanya memohon ampun bagi bangsanya, tapi juga pembersihan atau pertobatan dari dosa-dosanya sendiri. Kenapa malah melakukan pembersihan atas dosa-dosanya? Apa hubungannya? Jawabannya sederhana. Nehemia paham bahwa doanya tidak akan punya pengaruh apabila ia sendiri belum bersih dari dosa. Maka dalam doanya ia berkata: "berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa." (ay 6).

Kisah ini berlanjut ke pasal 2. Pada suatu hari empat bulan kemudian, ketika Nehemia tengah menghidangkan anggur bagi raja Artahsasta, sang raja melihat wajah Nehemia yang murung. Artahsasta bertanya kepada Nehemia, apa gerangan yang terjadi. (ay 1-2). Nehemia lalu menceritakan rasa sedihnya melihat kehancuran bangsanya. (ay 3). Raja Artahsasta lalu menanyakan, apa yang sekiranya bisa ia bantu. Mendengar itu, Nehemia tidak langsung menjawab tapi kembali berdoa dalam hatinya. (ay 4). Setelah berdoa, Nehemia menyampaikan dengan jujur bahwa ia butuh pertolongan dari raja. "Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan Allahku yang murah melindungi aku." (ay 7-8).

Perhatikan bahwa Nehemia tidak berpangku tangan melihat kesusahan bangsanya dan ia pun tidak segan untuk meminta pertolongan. Dia tahu bahwa dia butuh pertolongan raja untuk bisa membangun kembali Yerusalem. Soal dikabulkan atau tidak itu nanti, yang penting sampaikan dulu. Ternyata Artahsasta mengabulkan permohonannya. Membuat sepucuk surat bukanlah hal sulit bagi seorang raja. Itu tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Nehemia, karena ia tidak memiliki otoritas untuk melakukan itu. Berawal dari sini, kita mengetahui bahwa Nehemia berhasil membangun kembali Yerusalem yang sudah hancur lebur. Apakah itu semua semata-mata karena keberuntungan? Tidak. Nehemia tahu pasti bahwa itu semua adalah berkat tangan Allah yang murah melindunginya. Tuhan menyalurkan berkatNya kepada Nehemia lewat perantaraan raja Artahsasta.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker