Friday, March 10, 2017

Membangun Chemistry (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 28:30
==========================
"Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya."

Band yang baru terbentuk biasanya harus melewati masa-masa pencocokan antar pemain terlebih dahulu, terlebih kalau personilnya baru kenal satu sama lain. Mereka perlu tahu gaya, selera dan cara bermain masing-masing. Semakin mereka kenal, semakin padu pula band tersebut. Saat mereka sudah saling mengenal, disanalah chemistry mulai terbentuk. Yang dimaksud dengan chemistry adalah interaksi kompleks emosional dan psikologis antara dua orang atau lebih. Itu disebut bagaikan reaksi kimia, dimana ada pencampuran beberapa bahan berbeda yang kemudian menghasilkan sesuatu yang baru, menyatu sempurna dan kemudian membawa manfaat. Dan itu diperlukan oleh sebuah band kalau mau bermain rapi terutama kalau bandnya punya konsep improvisasi.

Seorang perkusionis bercerita pada saya bahwa pada mulanya ia bingung dengan cara bermain band yang baru ia masuki. Maklum, ia awalnya bermain musik daerah tradisionil tapi kemudian bergabung dengan grup modern. Tapi lama kelamaan ia bisa menyerap pola bermain bandnya, demikian pula anggota yang lain menyesuaikan diri dengan ketukan perkusinya. "Sekarang saya sudah tahu, saya harus bagaimana saat yang satu lari kemana." katanya sambil tersenyum.

Dalam band seperti itu, dalam kehidupan pun sama. Tidak ada orang yang punya sifat persis sama dengan kita. Mirip bisa jadi, tapi tidak akan mungkin persis sama. Karenanya kalau kita tidak menyesuaikan diri dan hanya bertindak semau kita saja, bisa dipastikan kita akan sulit berinteraksi dengan orang lain dengan baik. Keluwesan diperlukan untuk menjalin hubungan yang erat dengan orang lain. Diperlukan usaha kita untuk mengenal mereka dan seringkali harus disertai dengan kerelaan hati untuk mengalah. Apalagi kalau orangnya sulit, misalnya orang yang dominan, pendiam atau sensitif, jelas diperlukan usaha yang lebih keras lagi.

Mudah bagi kita untuk dekat dengan orang ketika chemistrynya cepat terbentuk, sebaliknya ada orang-orang yang sulit kita dekati karena sifat, kebiasaan dan berbagai hal lainnya tidak 'nyambung' dengan kita. Kalau tidak perlu mungkin kita mudah untuk menghindari saja orang yang tidak nyambung dengan kita, tapi bagaimana kalau kita memang harus berhubungan dengan mereka karena alasan-alasan tertentu seperti dalam pekerjaan, tetangga dan sebagainya? Tentu kalau sudah begitu kita harus berusaha supaya kita bisa 'masuk' kepada mereka.

Hal ini menjadi semakin menarik jika kita hubungkan dengan sebuah tugas, atau lebih tepatnya disebut amanat yang diberikan Yesus langsung kepada kita, murid-muridNya. Tentu lebih mudah bagi kita menjangkau orang yang sudah membentuk chemistry serasi dengan kita, tapi itu menjadi sangat sukar jika kita tidak berhasil membangun hubungan yang baik dengan mereka. Seringkali kita kesulitan untuk menjangkau orang. Tidak tahu harus mulai dari mana, tidak tahu harus bagaimana. Sementara Tuhan Yesus menugaskan kita seperti ini: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20).

Artinya, kita punya tugas untuk menyampaikan kebenaran kepada semua orang tanpa terkecuali, yang tentu saja bukan sekedar berbicara tentang berkotbah atau membacakan Alkitab tetapi secara luas berbicara mengenai hidup yang menghasilkan buah seperti yang kita bahas dalam beberapa renungan terdahulu. Bagaimana kita bisa menjadi surat Kristus yang benar, alias menyatakan pribadi Kristus lewat cara hidup kita di dunia. Itu artinya bukan cuma orang-orang yang 'mudah' saja yang harus dijangkau, tetapi orang yang 'sulit' yang ditempatkan disekitar kita pun harus pula mendapat perhatian sama seriusnya. Ada keragaman manusia yang sangat luas di sekitar kita. Untuk bisa melakukan Amanat Agung dibutuhkan kerelaan untuk meluangkan atau mengorbankan sebagian waktu, tenaga, perasaan, keinginan, kenyamanan dan lain-lain, dan pengorbanan akan semakin besar diperlukan ketika berhadapan dengan orang-orang yang sulit.

Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang persis sama. Semua punya sesuatu yang unik dan berbeda, dan hal itu bisa kita sikapi dengan pandangan yang bermacam-macam pula. Ada yang memandang perbedaan itu sebagai berkat Tuhan yang patut disyukuri, ada pula yang memandangnya sebagai alasan untuk menjauh, atau bahkan menghujat. Ada orang yang bisa melihat perbedaan sebagai sesuatu yang bisa dijadikan kesempatan untuk belajar banyak, ada yang menyikapinya sebagai pembatas. Mereka ini akan terus memandang perbedaan sebagai sebuah ancaman.

Jangankan dengan yang tidak seiman, dengan saudara seiman saja perbedaan masih sering disikapi secara negatif. Kalau berbeda denominasi saja bisa membuat orang saling memandang sinis satu sama lain, bagaimana kita bisa berharap untuk melihat Kerajaan Allah turun di muka bumi ini lewat kita yang beriman kepada Kristus?  Kita memiliki tugasnya sendiri-sendiri. Paulus menggambarkannya seperti ini: "Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain." (Roma 12:4-5). Jika diantara kita saja sudah saling tuding dan merendahkan, bagaimana mungkin kita bisa menunaikan tugas kita seperti Amanat Agung yang sudah dipesankan Yesus kepada setiap muridNya, termasuk kita didalamnya?

Mari kita lihat apa yang dilakukan Paulus sehubungan dengan menjangkau jiwa. Selama bertahun-tahun setelah pertobatannya, Paulus terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mewartakan kabar keselamatan. Perjalanan yang ia tempuh sama sekali tidak pendek jaraknya. Ia terus bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain bahkan hingga menyentuh Asia Kecil sebelum akhirnya ia ditangkap dan dipenjarakan di Roma. Ia banyak mendapat hambatan dalam pelayanannya. Bukan saja kesulitan tapi juga berbagai siksaan. Meski demikian, Paulus dikenal sebagai figur yang teguh dan taat dalam menjalankan tugasnya. Ia mengabdikan sisa hidupnya sepenuhnya untuk memperluas Kerajaan Allah di muka bumi ini. Paulus terus berusaha menyentuh orang dengan pemberitaan Injil karena ia peduli terhadap keselamatan orang lain dan rindu agar semakin banyak orang yang mengenal Yesus.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker