Saturday, March 25, 2017

Hindari Dehidrasi Jiwa dan Roh (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Ratapan 3:24
======================
"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya."

Siapapun kita pasti pernah merasa haus. Mungkin malah tiap hari. Tapi yang namanya benar-benar haus baru saya rasakan pada sebuah pengalaman lebih sepuluh tahun lalu. Ceritanya begini. Suatu kali saat tengah dinas luar kota saya mengalami pecah ban. Waktu itu sudah lewat tengah malam dan itu terjadi bukan di daerah berpenduduk. Hanya ada pohon di kiri dan kanan. Saya mencoba mengganti ban, tapi saya teledor tidak memeriksa kelengkapan sebelum jalan. Dongkrak saya ternyata sudah berkarat sehingga tidak bisa diputar untuk mengangkat mobil. Kunci ban pun tidak ada. Senter juga tidak ada.

Seandainya terjadi sekarang saya pikir tentu lebih mudah. Saya bisa menelepon, menggunakan fasilitas senter pada smart phone dan mencari bantuan terdekat. Sayangnya peristiwa ini saya alami sebelum adanya telepon genggam. Saya mencoba meminta tolong kepada yang lewat, tapi namanya di jam seperti itu, tidak ada yang mau mengambil resiko untuk berhenti. Mobil yang lewat pun sangat jarang. Haus sudah saya rasakan sebelum ban pecah, rasanya menjadi lebih parah setelah mengangkat ban serap, mencoba memutar dongkrak dan sebagainya. Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan, saya pun menyerah, menunggu datangnya pagi. Pagi sudah datang, tetap tidak ada yang mau menolong. Menjelang siang barulah ada mobil menepi. Saya meminjam dongkrak dan kunci bannya, mengganti ban dan kemudian beranjak pergi.

Masalah mobil selesai, masalah haus ternyata masih harus menunggu, karena kira-kira sejam kemudian barulah saya bisa mendapatkan air minum. Itu kehausan yang paling parah yang pernah saya alami. Dan saya masih ingat betul bagaimana nikmatnya saat air akhirnya kembali mengalir di tenggorokan saya. Bagi saya, belum ada rasa haus yang mengalahkan rasa pada saat itu.

Kalau leher sebagai bagian dari tubuh jasmani akan memberitahukan kita saat haus, bagaimana dengan jiwa? Bagaikan baterai, jiwa bisa terkuras energinya (drain) dengan segala permasalahan hidup dan kesibukan setiap harinya. Beberapa masalah yang datang serentak kita bisa menjadi gelagapan, kelabakan dan jungkir balik. Pusing, lelah itu pasti, kalau tidak sampai panik. Tugas menumpuk,semua harus diselesaikan tepat pada waktunya dengan sebaik-baiknya, Berbagi hal yang harus diselesaikan menyita waktu, terkadang membuat kita seperti robot yang sudah terprogram dari pagi sampai malam, melakukan tugas demi tugas tanpa henti. Tarik nafas sesaat dan tidur beberapa jam, keesokan pagi semua akan berlangsung sama seperti kemarin. Belum lagi masalah-masalah yang tidak kunjung beres.

Semua itu bisa membuat kita kehilangan saat-saat khusus bersekutu dengan Tuhan, menikmati hadiratNya. Sebagian orang kemudian mengorbankan saat teduh, sudah terlalu lelah, atau kalaupun masih disempatkan tidak lagi punya waktu untuk berlama-lama. Dan tanpa kita sadari, jiwa kita mengalami kehausan lantas kekeringan.

Saat tubuh jasmani kurang cairan, kita diingatkan dengan rasa haus. Kekeringan jiwa tidak menimbulkan rasa haus seperti halnya tubuh jasmani, tapi tetap ada ciri-cirinya. Misalnya menjadi kurang sabar dan lekas emosi, mulai mudah merasa benci terhadap seseorang, tidak lagi peka terhadap suara/kehendak Tuhan dan mulai kehilangan kasih dalam hidupnya. Rasa cemas, bimbang, kuatir mulai semakin sering dirasakan, sulit membedakan mana yang benar dan salah, mudah terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran dunia yang bertentangan dengan prinsip Kerajaan, itupun bisa menjadi indikator bahwa jiwa dan roh mulai kekeringan.

Yang namanya haus, kering atau dehidrasi bisa mendatangkan masalah dalam hidup. Baik tubuh jasmani, maupun jiwa dan roh. Karena itulah jika tubuh kita bisa diselesaikan dengan minum air, jiwa dan roh butuh asupan Firman Tuhan secara teratur supaya jangan sampai mengalami dehidrasi atau kekeringan. Kalau dibiarkan, kita bisa semakin terbiasa jauh dari Tuhan dan bertambah dekat dengan dosa, dan itu akan mengarah kepada kegagalan kita menerima anugerah terbesar dari Tuhan, yaitu keselamatan kekal.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker