Ayat bacaan: Keluaran 3:14 (English Amp)
===============
"And God said to Moses, I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE"
Ada orang yang saya kenal pernah bercerita tentang karirnya yang pada suatu kali mengalami lompatan besar. Ia bermula sebagai security di sebuah mall, seringnya ditugaskan untuk memonitor area parkir. Meski pekerjaannya bukanlah pekerjaan mentereng dengan gaji tinggi, ia ternyata melakukan pekerjaannya dengan bagus. Ia bercerita bahwa bagi dirinya tugasnya menjaga kendaraan itu adalah sebuah amanah yang harus ia pertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, dan sehebat apa ia bekerja hingga mendapat perhatian dari group pengelola mall, tapi kurang lebih setahun setelah ia bekerja, pada suatu kali ia dipanggil menghadap manajemen.
Alasan ia dipanggil sangat mengagetkannya. Ia ditawarkan mendapat promosi menjadi manager tenant. "Apakah kamu sanggup dan bersedia?" kata pihak manajemen kepadanya. Ia mengaku pada saat itu pikirannya masih kaget menerima tawaran seperti itu. Pikirannya berkecamuk. Tawaran loncatan karir dalam waktu setahun, itu diluar dugaan. "Siapa yang mau membuang kesempatan seperti itu?" katanya. Tapi di sisi lain, ia buta mengenai urusan mengelola tenant. Ia tidak tahu sistemnya, seperti apa bentuk kerjanya, dan tentu saja, menghadapi banyak penyewa dengan gaya berbeda-beda tentu tidak mudah. "Kalau biasanya saya cuma mengawasi mobil yang parkir alias diam atau benda mati, kali ini saya harus berhadapan dengan mahluk hidup dengan sikap, sifat, gaya dan modelnya masing-masing." katanya lagi.
Yang terjadi selanjutnya, ia kemudian langsung menerima tawaran itu. Ia tidak berkata: "Maaf pak, saya rasa saya tidak akan siap." Atau, "mohon beri saya waktu untuk mempertimbangkan", atau: "wah, saya belajar dulu pak, supaya tahu saya bakal sanggup atau tidak." Ia juga tidak merasa minder karena latar belakang pendidikannya yang terbilang rendah. Ia menjawab: "Baik pak, saya terima. Terima kasih atas kepercayaan Bapak." Itu yang ia ucapkan dengan mantap.
Pertanyaan yang muncul dari saya, apa yang membuatnya langsung menerima meski itu adalah sebuah dunia baru yang belum ia kenal, belum pernah ia lakukan dan jelas tidak ringan, atau minimal lebih berat dari gugus tugas sebelumnya? Apakah faktor gaji yang pasti lebih besar? Ia tertawa dan menjawab, bukan itu yang ada di pikirannya. Ia bercerita bahwa pada saat itu pikirannya berkelebat cepat. Dan yang muncul disana adalah sebuah pemikiran, yaitu bahwa, jika pimpinan menawarkan jabatan itu kepadanya, itu artinya sang pimpinan tentu melihat potensi yang ada pada dirinya meski ia sendiri belum melihatnya. "Kalau tidak, masa ia menawarkan itu kepada saya? Kan lebih bagus dia buka lowongan saja mencari sarjana atau orang yang sudah pengalaman untuk duduk di posisi itu", katanya.
Hal lain yang muncul di pikirannya adalah, bahwa ini merupakan peluang dari Tuhan untuk mengalami peningkatan. Artinya, kalau ia menolak, maka itu sama saja dengan ia membuang kesempatan emas yang dibukakan Tuhan untuk dirinya pada hari itu. Dua dasar inilah yang kemudian membawanya untuk menerima tawaran dengan mantap. "Saya bisa pelajari, dan nanti juga pasti akan terbiasa. Dan saya percaya kalau Allah membuka jalan, Dia pasti membantu saya." katanya lagi.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment