Friday, June 27, 2014

Real Love Needs Real Action (1)

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:18
=======================
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."

Ada banyak masalah yang bisa menimbulkan masalah dalam hubungan antar pasangan. Salah satu yang tersering adalah kurangnya perhatian dari salah satunya. Banyak yang bercerita bahwa pasangan mereka pintar dalam berkata 'i love you', tetapi pada prakteknya mereka sangat cuek terhadap kebutuhan pasangannya. Saat para pria berpikir bahwa kata-kata cinta atau bahkan membelikan barang-barang berharga untuk wanita sudah cukup untuk menunjukkan kepedulian, seringkali wanita butuh sesuatu yang diluar itu, misalnya mendengar dan menyimak saat mereka menceritakan sesuatu, ada pada saat mereka butuh, mau turun tangan membantu untuk urusan-urusan rumah tangga, ikut mengurus anak yang masih kecil bersama-sama dan sebagainya. "Bilang cinta tapi tidak peduli keluhan atau kebutuhan istri, itu sama saja dengan gombal kan?" kata salah satu wanita muda yang hubungannya tampaknya punya masalah ini. Tentu tidak salah kalau kita mengungkapkan cinta lewat perkataan kepada pasangan kita, itu malah bagus dan indah. Tetapi satu hal yang pasti, real love needs real action. Kasih butuh sebuah tindakan nyata, sebuah perbuatan yang sifatnya aktif, bukan pasif. Masalah kasih yang butuh tindakan nyata bukan hanya melulu soal pasangan, tetapi juga dalam kaitannya dengan orang lain. Kita jelas perlu menjadi saluran kasih Bapa untuk menjangkau orang-orang disekitar kita, dan itu tidak akan pernah bisa terjadi kalau kita berhenti hanya sebatas omongan saja. Kita mengungkapkan rasa iba, rasa simpati, rasa iba, tapi tidak ada hal yang bisa kita lakukan bagi mereka. Ada tetangga kesusahan, kita hanya berkata kasihan tetapi tidak mengulurkan tangan untuk meringankan beban mereka. Hati yang tergerak merasa kasihan merupakan satu langkah awal yang baik, tapi itu akan sia-sia kalau tidak ditindaklanjuti dengan bergerak melakukan sesuatu.

Mengatakan kasih dan simpati lewat perkataan itu mudah. Tapi sebesar atau seserius apa kasih kita kepada seseorang biasanya justru akan terlihat dari sebesar apa kita mau berbuat sesuatu yang ril atau nyata buat mereka atau bahkan sejauh mana kita rela berkorban bagi mereka. Bagaimana orang yang kita kasihi itu bisa percaya kita benar mengasihi mereka kalau kita sama sekali tidak peduli terhadap keadaan mereka, walau kita terus membombardir mereka dengan kata-kata cinta? Bagaimana kita bisa mengaku peduli terhadap penderitaan orang kalau kita tidak pernah berusaha untuk meringankan beban mereka? Atau bagaimana mungkin kita mengaku mengasihi seseorang tapi kita biarkan mereka melakukan kesalahan, atau kita malah ikut-ikutan? Mengaku mengasihi tetapi sering menyakiti, mengaku sayang tapi selalu menghilang ketika dibutuhkan, itu sama sekali bukan bentuk kasih yang sebenarnya. Kasih membutuhkan lebih dari sekedar kata-kata. Kasih membutuhkan perbuatan, tindakan nyata, real action, dan tindakan-tindakan itu harus berada dalam koridor kebenaran. Itu idealnya, dan itulah yang dinyatakan oleh firman Tuhan.

Firman tersebut disampaikan Yohanes dalam pengajaran tentang kasih. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Sebuah kasih sejati bukanlah kasih yang hanya dinyatakan di bibir atau dengan lidah saja, tetapi harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan nyata yang berada dalam kebenaran. He taught us to love not just in theory or in speech, but in deed and in truth, in practice and in sincerity. In other words, real love is not something merely in theory but needs real action. 

Sampai sejauh mana dan seserius apa? Lihat apa katanya sebelum ayat ini. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ay 16-17). Kalau menyerahkan nyawa terdengar terlalu berat, apakah kita sudah bisa membagikan apa yang kita miliki untuk membantu saudara-saudara kita yang tengah menderita kekurangan, atau kita masih berhenti hanya pada ucapan kasihan, atau yang lebih parah lagi, kita sama sekali tidak peduli terhadap mereka?

Hal ini menjadi sangat penting karena biar bagaimanapun kasih merupakan dasar dari kekristenan. Kasih dalam kekristenan tidak eksklusif, tidak berlaku hanya untuk segelintir orang atau kelompok, tapi harus bisa menyentuh seluas yang bisa kita raih, tanpa memandang perbedaan dan latar belakang. Alangkah sayangnya apabila di antara orang percaya masih menunjukkan sikap seperti cara orang yang tidak mengenal Kristus dalam mengasihi. Itu akan memberikan sebuah gambaran keliru dari bentuk kasih Kristus yang sebenarnya. Karena kasih yang menjadi dasar ini sifatnya luas, maka tindakan nyata pun menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita adopsi dalam menyatakan kasih. Kita tidak bisa mengaku memiliki kasih Allah kalau kita tidak peduli terhadap penderitaan orang lain, atau kalau hanya sekedar di bibir saja tetapi tidak pernah mewujudkannya dalam bentuk-bentuk nyata. '

(bersambung)

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker